Rampas Kendaraan Warga Siang Hari, Dua Begal Tewas
Awalnya, FN yang sedang mengendarai sepeda motor tiba-tiba dihampiri dua pelaku yang merampas kunci lalu kendaraan korban. Warga yang mengetahui hal itu beramai-ramai mengejar dan menangkap para pelaku.
Oleh
STEFANUS ATO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dua begal tanpa identitas tewas setelah babak belur dihajar massa ketika merampas sepeda motor seorang warga di Desa Karangeja, Pebayuran, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Selasa (10/1/2023) siang. Polisi masih menyelidiki kasus itu termasuk mengidentifikasi identitas para pelaku.
Kepala Kepolisian Sektor Pebayuran Ajun Komisaris Ani Widayati mengatakan, kasus pencurian kendaraan bermotor roda dua yang berujung tewasnya dua pelaku terjadi di Kampung Kobak Rante, Desa Karangeja, Selasa sekitar pukul 11.20. Awalnya, korban berinisial FN yang sedang mengendarai sepeda motor tiba-tiba dihampiri dua pelaku yang kemudian merampas kunci kontak motor korban.
”Pelaku mengacungkan celurit dan berhasil merebut motor korban. Korban kemudian berteriak meminta pertolongan,” kata Ani saat dihubungi, Selasa sore, di Bekasi.
Teriakan permintaan tolong dari korban mengundang perhatian warga sekitar. Warga pun beramai-ramai mengejar dan menangkap para pelaku.
Ani enggan menjawab saat dikonfirmasi penyebab kedua pelaku tewas. Dia pun tak menampik saat dikonfirmasi mengenai ada pengeroyokan massa yang berujung tewasnya dua pelaku begal tak berindentitas itu.
”Tapi, meninggalnya di rumah sakit saat sudah ada penanganan dari dokter. Meninggalnya 30 menit kemudian saat sudah dirawat di Rumah Sakit Proklamasi Rengasdenglok,” kata Ani.
Polisi saat ini masih menyelidiki kasus pencurian yang berujung tewasnya dua pelaku begal itu. Polisi juga sedang mengidentifikasi identitas dua begal naas itu.
Terhalang pintu tol
Kasus pencurian yang berujung tewasnya pelaku juga pernah terjadi di Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, pada 20 Desember 2022 malam. Saat itu, seorang pencuri mobil berinisial K (42) tak mampu menyelamatkan diri dari amukan massa setelah upayanya untuk kabur terhalang palang pintu tol.
Kasus pengeroyokan berujung tewasnya K terjadi saat pelaku terlibat pencurian mobil Avanza di rumah warga di Jalan Mawar Raya, Jatimulya, Tambun Selatan, Selasa (20/12/2022) pukul 02.00. Pencurian kendaraan itu disadari Irfan Rohmana (32), pemilik mobil yang belum beristirahat.
”Sekitar pukul 02.00, seusai merokok, saya masuk ke kamar. Ternyata ada bunyi mobil,” kata Irfan, Rabu (21/12/2022), di Bekasi.
Irfan kemudian bergegas keluar rumah. Saat itu, mobil miliknya sudah melaju mendekati jalan besar dan berjalan beriringan dengan mobil Toyota Calya yang diduga dikemudikan oleh sesama komplotan pencurian.
Irfan yang menyadari pencurian itu kemudian melompat keluar pagar rumah. Irfan yang saat itu bertemu salah seorang petugas keamanan kemudian meminjam sepeda motor petugas itu dan terus mengejar komplotan pencuri yang kabur beriiringan.
”Apesnya, saat masuk tol, dua mobil ini tidak menyebar. Mereka tetap beriringan, jadi mobil Avanza lolos, yang satu ketutup palang tol,” kata Irfan.
Mobil Toyota Calya tersebut terhalang palang pintu Gerbang Tol (GT) Bekasi Timur. Warga sekitar yang saat itu berada tak jauh dari GT Bekasi Timur kemudian menangkap pelaku dan menggiringnya ke pos keamanan lingkungan tempat awal pencurian kendaraan. Di sana, pelaku jadi bulan-bulanan warga yang berujung pada tewasnya pelaku.
Kepala Kepolisian Sektor Tambun Ajun Komisaris Risnawati melalui Bagian Humas Kepolisian Resor Metro Bekasi membenarkan adanya kejadian pencurian kendaraan yang berujung tewasnya salah seorang pelaku tersebut. Meski demikian, pihak kepolisian sejauh ini belum memberi pernyataan terkait penanganan kasus pengeroyokan massal itu.
Warga frustrasi
Sosiolog Universitas Negeri Jakarta, Rakhmat Hidayat, mengatakan, amukan massa terhadap pelaku begal hingga kejahatan jalanan lain dipengaruhi beragam faktor. Amukan warga dinilai sebagai bentuk pertahanan diri.
”Warga ingin menunjukkan bahwa dengan cara itu mereka bisa menghadapi ancaman begal. Upaya melindungi diri dan memproteksi lingkungan dianggap sebagai tindakan rasional,” kata Rakhmat, (Kompas, 21/12/2022).
Amukan warga dalam merespons kejahatan jalanan yang berulang juga dinilai sebagai akumulasi dari emosi warga yang kian memuncak. Warga semakin tertekan, terancam, hingga berujung pada kekecewaan lantaran kejahatan di jalanan tak kunjung berkurang.
”Ini ekspresi dari rasa frustrasi dan kemarahan publik. Kejahatan jalanan yang berulang jadi keresahan kita semua,” ucapnya.