Meski Berat, Jakarta Terus Cetak Kemajuan di Bidang Angkutan Umum
Dalam beberapa tahun terakhir, Jakarta terus membenahi angkutan umum guna menanggulangi kemacetan dan polusi udara yang kian kronis.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Masyarakat Transportasi Indonesia mengakui pesatnya kemajuan Jakarta sebagai barometer perkembangan transportasi publik di Indonesia. Komitmen pembangunan di Jakarta kini telah mengubah paradigma bertransportasi masyarakat.
”Jalan itu tidak untuk kendaraan, tapi untuk manusianya, seperti yang sudah kita rasakan di Jakarta dalam 1-2 tahun terakhir,” ujar Tory Darmantoro, Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (30/12/2022).
Jakarta diakui telah mampu mengoptimalisasi transportasi urban berbasis rel hingga pengelolaan infrastruktur dan pengoperasian yang terintegrasi. Dijelaskan Aditya Dwi Laksana, Ketua Forum Transportasi Perkeretaapian dan Angkutan Jalan Antarkota, kemajuan itu menunjukkan keseriusan pemerintah membangun transportasi massal, yang akan diteruskan ke wilayah lain di Indonesia.
”Kita lihat selama tiga tahun terakhir, MRT, LRT, KA bandara, dan KRL dibangun dan dioperasikan secara masif. Lalu, dua tahun terakhir kita lihat adanya suatu pengelolaan integrasi antara infrastruktur dan pengoperasian antarmoda, terutama dimulai di DKI Jakarta,” tutur Aditya pada kesempatan yang sama.
Integrasi infrastruktur dan pengoperasian transportasi publik itu dimulai dengan pembentukan PT Moda Integrasi Transportasi Jakarta (MITJ) dan anak-anak perusahaannya, seperti Jaklingko, untuk mengintegrasikan transportasi perkotaan antarmoda berbasis rel dan berbasis jalan raya.
Pencapaian ini tidak terlepas dari arahan Presiden Joko Widodo pada 2019 yang melibatkan jajaran pemerintahan daerah di tiga provinsi dan kementerian terkait. Saat ini, integrasi tidak hanya terkait fisik, tetapi sampai pada sistem pembayaran, tiket, dan tarif yang telah mulai dijalankan.
Perkembangan ini juga tidak lepas dari pemanfaatan teknologi. Jabodetabek untuk pertama kalinya akan segera mengoperasikan kereta driver less melalui LRT. Meski tetap membutuhkan tenaga manusia untuk pelayanan penumpang dan pengambilalihan kereta dalam keadaan darurat, ini menjadi sejarah baru bagi perkeretaapian di Indonesia.
Tantangan
Pencapaian Jakarta dalam membuat sistem transportasi terintegrasi tentu tidak lepas dari kendala. Menyatukan pengelola angkutan yang beragam, menurut Aditya, membutuhkan upaya untuk saling menyelaraskan ketersediaan infrastruktur.
”Tantangan dari ini, MRT pingin untung, Transjakarta pingin untung, semuanya mau untung. Kompleksitasnya ada di fasilitas infrastruktur. Contoh kecil, mau bayar pakai aplikasi mudah, tetapi reader (mesin pembaca)-nya lama. Memang enggak mudah, tapi harus dimulai,” ucapnya.
Transjakarta sebaiknya fokus pada pembinaan keselamatan dan manajemen sistem operasi. Kalau mau operasi, bikin anak usaha sendiri.
Hal lain yang menjadi tantangan adalah kapasitas manajerial dan kualitas sumber daya manusia (SDM). Transjakarta, misalnya, menjadi salah satu tantangan karena beberapa masalah yang menjadi sorotan. Salah satunya terkait kejadian kecelakaan.
Dinas Perhubungan DKI Jakarta mencatat, bus Transjakarta terlibat dalam 827 kecelakaan pada periode Januari-September 2022. Angka ini hampir tiga kali lipat dari total kecelakaan yang melibatkan bus Transjakarta sepanjang 2021.
Aditya pun berpendapat, tidak hanya dari SDM, pelatihan dan pengawasan manajemen juga masih perlu dibenahi dari Transjakarta. Moda transportasi yang menurut Badan Pusat Statistik Jakarta penumpangnya mencapai hampir 100 juta orang tahun 2021 itu harus dikuasai perusahaan pemegang holding murni.
Pembenahan
Transjakarta dinilai perlu fokus memanajeri mitra operator yang ada saat ini dan tidak lagi menjalankan operasi sendiri. ”Transjakarta sebaiknya fokus pada pembinaan keselamatan dan manajemen sistem operasi. Kalau mau operasi, bikin anak usaha sendiri. Faktor keselamatan memang belum prioritas,” tutur Aditya.
Kepala Divisi Sekretaris Perusahaan PT Transjakarta Anang Rizkani Noor mengatakan, pihaknya mengupayakan komitmen mitranya dalam menjaga kinerja keselamatan, kepatuhan pramudi, dan keandalan teknis. Upaya ini salah satunya diwujudkan dengan memberikan penghargaan kepada mitra mereka yang berprestasi melalui ajang Operator Awards.
”Ke depan, melalui ajang Operator Awards, Transjakarta dan mitra operator bisa memperkuat kerja sama dalam meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat,” kata Anang dalam keterangan tertulis hari ini.
Tahun ini, ajang itu memberikan penghargaan, antara lain, kepada operator PT Mayasari Bakti. Mereka meraih dua penghargaan, yakni pramudi terbaik dan manajemen pengemudi terbaik.
”Kami bersyukur bahwa performa kami menyediakan layanan terbaik bagi publik melalui pramudi terbaik dan manajemen pengemudi terbaik dihargai oleh pemerintah DKI Jakarta melalui BUMD-nya. Ini menjadi cambuk bagi kami untuk terus meningkatkan kualitas layanan,” tutur Direktur Mayasari Bakti Ahmad Zulkifli.