Menanti Relokasi Sembilan Desa di Cianjur yang Dilalui Sesar Cugenang
Dari survei BMKG, area Sesar Cugenang dinyatakan sebagai zona berbahaya untuk dihuni karena rawan gempa. Relokasi menjadi upaya mitigasi bencana agar tidak menimbulkan korban jiwa.

Sekolah Dasar Negeri Sukamaju 1, Kampung Pangkalan, Desa Benjot, Kecamatan Cugenang, Cianjur, merupakan sekolah yang paling parah terdampak gempa bermagnitudo 5,6.
Gempa bermagnitudo 5,6 di Cianjur, Jawa Barat, dipicu pergeseran sesar baru yang dinamakan Patahan Cugenang. Sesar ini membentang sepanjang 9 kilometer melintasi sembilan desa. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika merekomendasikan agar tidak mendirikan bangunan di jalur patahan itu.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, pihaknya pada 5-8 Desember 2022 melakukan survei untuk melacak jejak patahan dan pengukuran retakan di lokasi yang diperkirakan sebagai episentrum gempa Cianjur. Survei dilakukan di beberapa wilayah, seperti Desa Sarampad, Talaga, Cijedil, dan Cibulakan.
Berdasarkan hasil survei lapangan surface rupture (rekahan permukaan tanah), sebaran titik longsor dan kerusakan lahan teridentifikasi bahwa arah rekahan permukaan tanah yang diduga sebagai jalur patahan menunjukkan arah sesuai focal mechanism (mekanisme sumber) gempa, yaitu berarah N 347°E.
Baca Juga: Kisah Orang-orang Berhati Terang
Berdasarkan analisis mekanisme sumber dan sebaran titik gempa susulan, analisis citra satelit dan foto udara, serta survei detail lapangan terhadap pola sebaran dan karakteristik rekahan permukaan tanah, sebaran titik longsor, kelurusan morfologi, dan pola sebaran kerusakan bangunan, disimpulkan bahwa gempa Cianjur disebabkan oleh sesar baru Cugenang.
”Patahan atau Sesar Cugenang tersebut membentang sepanjang sekitar 9 Kilometer melintasi sembilan desa di dua kecamatan. Ini adalah sesar yang baru teridentifikasi dalam survei,” kata Dwikorita, dalam keterangan resminya di laman BMKG.

Tangkapan layar dari laman BMKG. Foto udara zona bahaya patahan aktif Cugenang.
Adapun wilayah yang dilintasi garis patahan tersebut adalah enam desa di Kecamatan Cugenang, yakni Desa Cibeureum, Desa Nyalindung, Desa Mangunkerta, Desa Sarampad, Desa Cibulakan, dan Desa Benjot. Lalu, dua desa di Kecamatan Pacet, yaitu Desa Ciherang dan Desa Ciputri. Selain itu, satu desa lagi di ujung patahan, yakni Desa Nagrak, Kecamatan Cianjur.
Dari survei itu, area sesar dinyatakan sebagai zona berbahaya untuk dihuni karena rawan gempa. Menurut Dwikorita, penemuan atau penetapan zona patahan baru ini sangat vital dalam mendukung proses rehabilitasi dan rekonstruksi berbagai bangunan yang terdampak gempa. Jangan sampai dalam prosesnya rumah warga ataupun berbagai fasilitas umum dan sosial lainnya kembali didirikan di jalur gempa tersebut.
”Karena Sesar Cugenang adalah sesar aktif, maka rentan kembali mengalami pergeseran atau deformasi, getaran, serta kerusakan lahan dan bangunan. Area sepanjang patahan harus dikosongkan dari peruntukan sebagai permukiman sehingga, jika terjadi gempa kembali di titik yang sama, tidak ada korban jiwa ataupun kerugian materil,” tuturnya.
Namun, lanjut Dwikorita, area yang berada di jalur Sesar Cugenang tetap bisa dimanfaatkan untuk keperluan pertanian, kawasan konservasi, lahan resapan, ataupun dikembangkan menjadi destinasi wisata dengan konsep ruang terbuka tanpa bangunan permanen.
Dari survei itu, Dwikorita menyampaikan rekomendasi kepada pemerintah daerah Cianjur terkait kelayakan lahan hunian tetap berdasarkan jenis dan kondisi tanah, jarak lokasi lahan terhadap episentrum, serta tingkat guncangan tanah dalam skala MMI (modified mercalli intensity) yang terukur dari jaringan accelerograph dan nilai percepatan tanah maksimum (peak ground acceleration).
Mau direlokasi pun tidak masalah daripada di situ lagi lalu gempa datang lagi. Kejadian kemarin sudah sangat memukul. Itu kejadian terakhir, jangan ada lagi. Tidak kuat hidup dalam ketakutan dan kesedihan.

Presiden Joko Widodo meninjau pembangunan rumah tahan gempa dengan teknologi panel struktur RISHA (rumah instan sederhana sehat) di lokasi relokasi warga korban gempa di Desa Sirnagalih, Kecamatan Cilaku, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (5/12/2022).
Relokasi
Meski pemerintah menjanjikan bantuan perbaikan rumah terdampak gempa, sejumlah warga mengaku khawatir jika terjadi gempa besar seperti pada Senin (21/11/2022).
Nurhasanah (42), warga Kampung Dadap Jajar, Desa Benjot, berharap pemerintah bisa segera memberikan bantuan perbaikan dan membangun rumah warga yang luluh lantak oleh gempa. Desa Benjot, satu dari sembilan desa yang masuk dalam zona berbahaya karena dilalui Sesar Cugenang.
”Kasihan bapak, sudah tua dan sakit, tidak bisa mendapatkan perawatan tenang di rumah karena hancur. Bantuan rumah ini agar bisa segera kami terima langsung. Ada tempat berlindung untuk kami. Bantuan medis dan lainnya terus berjalan. Sekarang memang butuh rumah itu,” kata Nurhasanah, Minggu (11/12).
Rumah ibu tiga anak itu hancur rata dengan tanah. Begitu pula dengan rumah orangtua dan adiknya, rusak parah. Nurhasanah belum mengetahui jika desanya masuk dalam kawasan zona berbahaya. Oleh karena itu, jika nanti mendapatkan bantuan perbaikan, konstruksi rumahnya tahan gempa. Ia dan keluarganya pun rela direlokasi jika tidak mendapat dana bantuan perbaikan rumah.
”Mau direlokasi pun tidak masalah daripada di situ lagi lalu gempa datang lagi. Kejadian kemarin sudah sangat memukul. Itu kejadian terakhir, jangan ada lagi. Tidak kuat hidup dalam ketakutan dan kesedihan,” ujarnya.

Kondisi di posko pengungsian Badan Intelijen Negara (BIN), Desa Cijedil, Cugenang, Kamis (8/12/2022). Meski bantuan terus mengalir, warga berharap bisa kembali ke rumah masing-masing dan segera mendapatkan bantuan perbaikan rumah.
Wardi (43), warga Kampung Salakawung, Desa Rancagoong, Kecamatan Cilaku, merasa beruntung dan berterima kasih menjadi salah satu yang menerima bantuan stimulan rumah tahap pertama senilai Rp 60 juta.
Uang itu akan ia pakai untuk menyicil membeli bahan-bahan bangunan untuk memperbaiki rumahnya yang rusak berat. Ia berharap bantuan dana dari pemerintah cukup dan kelak bisa tahan gempa.
”Nah, bingung ini bangunnya gimana, katanya harus konstruksi tahan gempa. Nanti tolong bapak dilihat; dibantu ya, kami enggak tahu. Tapi, ini akhirnya dapat bantuan, senang. Tapi, masih butuh bantuan pemenuhan lainnya. Terima kasih untuk semuanya,” kata Wardi.
Diberitakan sebelumnya, Presiden Joko Widodo memberikan bantuan stimulan rumah kepada sebanyak 8.100 keluarga korban gempa. Batuan untuk 8.100 keluarga itu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu rumah rusak berat semula Rp 50 juta menjadi Rp 60 juta, rumah rusak sedang Rp 25 juta menjadi Rp 30 juta, dan rumah rusak ringan Rp 10 juta menjadi Rp 15 juta.
”Saya putuskan untuk ditambah. Saya menitip agar pembangunan segera dimulai, rumah-rumah yang runtuhan segera dibersihkan dari puing-puing. Kayu dan bata-batanya (yang masih bagus) dibersihkan bisa dipakai lagi,” kata Jokowi, Rabu (8/12).

Pekerja merampungkan pembangunan konstruksi modul rumah tahan gempa dengan teknologi panel struktur RISHA (rumah instan sederhana sehat) di Desa Sirnagalih, Kecamatan Cilaku, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (5/12/2022).
Presiden Jokowi menjelaskan, kriteria kerusakan bangunan sudah ditentukan berdasarkan survei oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), pada Rabu (7/12/2022) tercatat ada total 53.480 rumah rusak; sebanyak 12.956 bangunan di antaranya rumah rusak berat, 15.196 rusak sedang, dan 25.256 rusak ringan. Selain itu, ada sebanyak 540 bangunan fasilitas pendidikan rusak, 272 rumah ibadah rusak, dan 18 bangunan fasilitas kesehatan rusak.
Presiden meminta masyarakat mengikuti konstruksi dari Kementerian PUPR dalam membangun rumah tahan gempa. Hal tersebut penting mengingat Indonesia terletak di kawasan cincin api sehingga rawan bencana.
Presiden juga meminta kepada Kepala BNPB Suharyanto agar prosedur pencairan bantuan stimulan disederhanakan untuk mempermudah warga.
”Saya sudah perintah ke Pak Kepala BNPB Suharyanto agar prosedurnya itu disederhanakan, tidak memakai administrasi yang berbelit-belit. Bapak-Ibu sudah pegang tabungan, itu memang uang Bapak-Ibu. Nanti tahapannya akan kita buat sesederhana mungkin,” kata Jokowi.
Presiden dan rombongan juga meninjau SDN Sukamaju 1, Kampung Pangkalan, Desa Benjot, Cugenang, yang rata dengan tanah. Di lokasi itu, Presiden Jokowi juga memberikan bantuan logistik sekaligus menginstruksikan kepada Menteri PUPR Basuki Hadimuljono agar pembangunan sekolah selesai dalam tiga bulan. Saat ini, para murid belajar di tenda darurat.
”Pembangunan (sekolah dan rumah) ini agar warga dan anak kembali berkegiatan. Kita ingin mengonsentrasikan pembangunan rumah dan pendidikan,” ujar Presiden.

Alat berat digunakan untuk membersihkan areal SDN Sukamaju 1 dari puing-puing runtuhan sekolah yang terletak di Kampung Pangkalan, Desa Benjot, Kecamatan Cugenang, Cianjur, Kamis (8/12/2022).
Selain itu, bagi rumah dan fasilitas umum yang berada di zona merah, pemerintah akan melakukan relokasi ke tempat yang lebih aman. Meski begitu, perlu terlebih dahulu dilakukan komunikasi sosial dengan masyarakat yang lebih intens terkait rencana relokasi.
”Untuk lokasi yang berada di zona merah seperti di Cugenang, mau tidak mau harus direlokasi karena di sini pusatnya, dipindahkan ke dua lokasi; 200 unit bangunan akhir bulan ini sudah selesai di Sirnagalih. Berikut 2.000 unit secepatnya di tempat lainnya,” kata Presiden.
Menteri PUPR Basuki dalam keterangan resminya akan mengerahkan sebanyak 100 tenaga kerja untuk membangun rumah korban bencana gempa.
Baca Juga: Zona Gempa Cianjur dan Rumah Tahan Gempa
Selain itu, Pemerintah Kabupaten Cianjur telah menyediakan lahan di Sirnagalih, Kecamatan Cilaku, sekitar 2,5 hektar dan di Kecamatan Mande sekitar 30 hektar. Lahan tersebut mulai dibersihkan dan disiapkan untuk permukiman warga.
Di lokasi Mande, direncanakan ada sekitar 2.400 rumah instan sederhana sehat (RISHA) dengan struktur tahan gempa yang ditargetkan tuntas sebelum Lebaran 2023.