Warga Berharap Kecipratan Rezeki Proyek Ruang Limpah Sungai Jakarta
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sedang menyelesaikan proyek pengendalian banjir, yaitu ruang limpah sungai. Tempat itu nantinya akan menjadi ruang publik. Warga sekitar berharap bisa ambil bagian.
JAKARTA, KOMPAS — Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta sedang gencar menyelesaikan proyek pengendalian banjir, yaitu pembangunan ruang limpah sungai atau waduk. Selain berfungsi sebagai pengendalian banjir, ruang limpah sungai berfungsi sebagai ruang terbuka hijau dan biru sekaligus ruang publik.
Nantinya, ruang publik tersebut juga disiapkan untuk pedagang dengan jumlah terbatas. Sejumlah warga di sekitar lokasi pembangunan berharap turut kecipratan manfaat dari proyek tersebut dengan dapat berdagang di ruang publiknya.
Ada empat ruang limpah sungai (RLS) yang tengah dibangun, yakni Brigif dan Lebak Bulus di Jakarta Selatan, serta Pondok Ranggon dan Wirajasa di Jakarta Timur. RLS dibangun setelah pembebasan lahan sejumlah permukiman dan kedai tuntas.
RLS merupakan bagian dari proyek 942, yaitu pembangunan sembilan polder, empat waduk, dan revitalisasi dua sungai. RLS Brigif yang berlokasi di Jagakarsa, Jakarta Selatan, digagas sejak zaman Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo tahun 2014. Proyek tersebut kemudian diresmikan Anies Baswedan pada Kamis (6/10/2022) meskipun proses pembangunan belum tuntas sepenuhnya.
Warga yang berjualan di samping RLS Brigif, Dwi (27), sangat berharap nantinya bisa berjualan di ruang publik RLS Brigif. Ia mengatakan, pihak pelaksana proyek RLS Brigif pernah menyebutkan jika pembangunan sudah rampung, maka warga sekitar dapat berjualan bagi yang telah mengurus surat usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
”Saya sudah buat surat UMKM, sudah bertanya ke kelurahan, kecamatan, dan mengurus ke ketua rukun warga (RW), tetapi tidak ada kejelasan. Padahal, dulu kedai ibu saya korban gusuran sekitar tahun 2014. Semoga warga sekitar bisa dikasih kesempatan jualan di sana (RLS Brigif). Jangan sampai brand (merek) besar yang jualan di sana,” kata Dwi saat ditemui Kompas, Senin (5/12/2022).
Baca juga: Waduk Brigif Harapan Pengendalian Banjir di Jakarta
Dwi mengungkapkan, RLS Brigif dulunya merupakan tempat pemancingan. Ibunya telah membuka kedai di sana sejak tahun 1990 an.
Ketika digusur, kedainya baru saja dibangun dan menghabiskan Rp 6 juta untuk merenovasi kedai. Namun, ibunya tidak pernah mendapat ganti rugi sama sekali.
Dari pantauan di RLS Brigif pada Senin (5/12/2022) pukul 12.30-15.00, tampak bagian depan waduk Brigif masih ditutupi seng dan terdapat informasi belum dibuka untuk umum. RLS Brigif memiliki luas total 10 hektar, yakni 3,3 hektar di bagian atas dan 6,7 hektar di bagian bawah.
Belum selesai
Petugas keselamatan dan kesehatan kerja, Samuel, mengungkapkan, pengerjaan RLS belum rampung karena di bagian atas baru akan dipasang penerangan jalan umum dan penanaman kabel listrik sehingga warga yang berlalu lintas akan terganggu karena masih banyak pekerjaan proyek.
”Waduk bagian bawah masih ada pekerjaan yang belum selesai, progresnya sekitar 85 persen. Sementara waduk bagian atas hampir selesai,” kata Samuel di RLS Brigif.
Lihat juga: Waduk Brigif di Jagakarsa
RLS Brigif mampu menampung sekitar 308.000 meter kubik volume air dari aliran Kali Krukut sehingga diharapkan bisa mengendalikan banjir di sejumlah wilayah di Jakarta Selatan, seperti di kawasan Ciganjur, Cilandak, Kemang, Petogogan, Kebayoran, dan Palmerah.
Walaupun belum dibuka untuk umum, setiap pagi dan sore sejumlah warga sekitar dapat masuk secara bebas untuk jogging ataupun olahraga lainnya. Di dalam lokasi RLS Brigif terdapat pintu masuk yang terhubung ke permukiman warga. Pintu tersebut dulunya dibatasi larangan memasuki wilayah RLS Brigif. Namun, saat ini larangan tersebut tidak ada.
Selain RLS Brigif, RLS Lebak Bulus yang berlokasi di Jalan Lebak Bulus V, Cilandak, Jakarta Selatan, juga masih proses pengerjaan. Pantauan di RLS Lebak Bulus pada Senin pukul 10.30-12.00, terdapat sejumlah petugas masih menyelesaikan proyek dengan alat berat, beberapa petugas mengerjakan area jogging track dan menanam sejumlah pohon.
Berbeda dengan RLS Brigif yang tidak dibuka untuk umum, RLS Lebak Bulus menjadi area terbuka karena sejumlah warga sedang memancing di RLS Lebak Bulus dan beberapa anak bermain di sekitar RLS Lebak Bulus.
Pedagang lainnya di sekitar RLS Lebak Bulus, yang tidak ingin disebut namanya, juga sangat berharap mendapat tempat untuk berjualan di sana. Sebab, pihak RLS pernah menyebutkan akan ada tempat berdagang di RLS Lebak Bulus ketika rampung pengerjaannya.
”Semoga ucapannya benar warga yang terdampak penggusuran bisa jualan nantinya,” ujarnya. Ia juga korban penggusuran pembebasan lahan RLS Lebak Bulus.
Saat ini ia telah membeli rumah di Parung dan berjualan setiap hari di RLS Lebak Bulus. Ia pun waswas warung sementaranya itu akan digusur karena berdiri di atas lahan jalanan yang belum dibangun pihak RLS Lebak Bulus.
Selain belum rampungnya pengerjaan RLS, beberapa jalan dan trotoar belum selesai dibangun. Warga menyebutkan, RLS ramai dikunjungi pagi dan sore hari. Sekitar 30 warga berolahraga dan memancing setiap harinya. Warga berharap area yang akan menjadi ruang publik itu benar-benar memiliki dampak positif bagi warga sekitar.
Lihat juga: Wajah Waduk Lebak Bulus
Pembangunan RLS Lebak Bulus akan berkontribusi terhadap pengendalian banjir di sekitar DAS Kali Grogol, khususnya daerah Ciganjur, Cilandak, Kemang, Petogogan, Kebayoran, dan Palmerah. RLS itu mampu menampung luapan air Kali Grogol saat volume debit air meninggi akibat curah hujan tinggi dan memiliki kapasitas tampung 44.000 meter kubik air sungai.
Sekretaris Dinas Sumber Daya Air Jakarta Dudi Gardesi mengungkapkan, progres pengerjaan RLS Brigif, Lebak Bulus, dan Pondok Ranggon di atas 90 persen. RLS tersebut sudah pernah dilakukan sosialisasi dan peresmiannya akan dilakukan akhir Desember 2022.
”Hitungannya tidak spesifik karena harus dihitung ulang di lapangan. Menjelang akhir tahun, kami semua sedang sibuk di lapangan,” ujarnya.
Ia menyebutkan, RLS berfungsi sebagai pengendalian banjir serta ruang terbuka hijau dan biru sekaligus ruang publik. Nantinya akan dipersiapkan untuk pedagang dalam jumlah terbatas.
Dihubungi terpisah, dosen planologi Universitas Trisakti, Jakarta, Yayat Supriyatna, mengatakan, RLS berfungsi sebagai kolam retensi ketika sungai mengalami kelebihan daya tampung saat curah hujan tinggi. Sungai tidak mengalirkan air secara maksimal, maka RLS berfungsi sebagai kolam limpasan.
RLS mampu mengurangi tinggi permukaan air, sungai tidak akan melimpah pada bagian kiri dan kanan. RLS berpotensi mengurangi sekitar 30 persen terjadinya genangan atau banjir di kawasan sepanjang aliran sungai.
”Harusnya dihitung berapa ribu meter kubik yang bisa ditampung. RLS dibutuhkan ketika muka air sungai sedang tinggi dan curah hujan tinggi. Dengan adanya RLS, diharapkan menjadi alternatif bagi rumah air,” ujarnya.
Jakarta sebetulnya memiliki rumah air, seperti situ dan rawa. Namun, sekarang, kata Yayat, sudah hilang karena diuruk menjadi perumahan. Menurut dia, Jakarta membutuhkan lebih banyak kolam retensi dan polder.
Selain itu, RLS bisa menjadi destinasi wisata, ruang rekreasi, sekaligus pengembangan UMKM. Penataannya harus sinkron antara jalan masuk, tempat parkir, pengelolaan, dan kebersihan.
”Harus terencana jangan hanya ada RLS saja, tetapi ditata pengelolaannya. Pendekatannya bersinergi. Dinas sumber daya air, dinas pariwisata, dinas pekerjaan umum, dan dinas kehutanan. Harus dikerjakan ramai-ramai, Kasihan kalau sekadar waduk saja,” ujarnya.