Waduk Brigif Harapan Pengendalian Banjir di Jakarta
Waduk Brigif di Jagakarsa mampu menampung sekitar 308.000 meter kubik volume air dari aliran Kali Krukut. Waduk ini diharapkan jadi salah satu infrastruktur kunci pengendali banjir di sejumlah wilayah di Jakarta Selatan.
Oleh
AGUIDO ADRI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meresmikan Waduk Brigif, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Kamis (6/10/2022). Waduk yang kini masih dalam proses penyelesaian dan dibangun sebagai ruang limpahan air Kali Krukut itu diharapkan mampu mengendalikan banjir di sebagian wilayah Jakarta.
Dalam sambutannya, Gubernur Anies mengatakan, Waduk Brigif merupakan konsep baru dalam mengendalikan air sungai, terutama saat hujan berintensitas tinggi. Konsep Waduk Brigif ialah ruang tampung air sungai atau ruang limpah sungai.
”Jika terjadi hujan ekstrem di hulu, lahan seperti ini bisa menampung air agar volume air yang masuk ke dalam kota terkendali. Artinya, kita berharap tidak menimbulkan banjir. Ini menjadi tempat parkir air,” kata Anies.
Pembangunan Waduk Brigif, kata Anies, merupakan hasil kajian dari beberapa sungai di dunia, seperti Kallang River di Bishan Park, Singapura, serta Sungai Meuse atau Maas dan Sungai Wall di Belanda.
Progresnya (waduk) hingga Desember masih dipegang dan pengelolaannya oleh SDA, karena ini baru mencapai 70 persen. Masih ada yang harus diselesaikan.
”Kita mengadopsi ilmu pengetahuan terbaru untuk menyelesaikan masalah menahun di Jakarta. Ini merupakan nature base solution atau solusi berbasis alam. Kita menekankan pembangunan berkelanjutan dengan mengadopsi pendekatan baru yang sudah terbukti dalam pengendalian air,” kata Anies.
Kepala Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta Yusmada Faizal mengatakan, ruang limpah sungai Brigif yang memiliki sekitar 10,06 hektar merupakan bagian dari proyek 942, yaitu pembangunan dan rehabilitasi sembilan polder, empat waduk, dan revitalisasi dua sungai.
Sembilan polder dalam proyek 942 tersebut berlokasi di Kelapa Gading, Pulomas, Muara Angke, Teluk Gong, Mangga Dua, Green Garden, Marunda JGC, Tipala-Adhyaksa, dan Kamal.
Sementara pembangunan empat waduk itu yakni Brigif dan Lebak Bulus di Jakarta Selatan serta Pondok Ranggon dan Wirajasa di Jakarta Timur. Adapun revitalisasi dua sungai tersebut yaitu di sodetan Muara Bahari-Kali Besar dan Kali Ciliwung-Pasar Baru.
Waduk Brigif di Jagakarsa mampu menampung sekitar 308.000 meter kubik volume air dari aliran Kali Krukut sehingga diharapkan bisa mengendalikan banjir di sejumlah wilayah di Jakarta Selatan, seperti di kawasan Ciganjur, Cilandak, Kemang, Petogogan, Kebayoran, dan Palmerah.
”Progresnya (waduk) hingga Desember masih dipegang dan pengelolaannya oleh SDA karena ini baru mencapai 70 persen. Masih ada yang harus diselesaikan,” ujar Yusmada.
Dalam pembangunan itu, pengerjaan berupa galian tanah, dinding penahan tanah untuk pengamanan lereng, penataan saluran penghubung (PHB) Salak dan inlet, outlet, serta kantong lumpur.
Sebagai ruang terbuka hijau, resapan air, dan konservasi, Waduk Brigif memiliki sejumlah fasilitas penunjang, seperti jalan inspeksi, kantor pengelola dan ruang informasi, jembatan, dan lanskap waduk.
Duta Besar Singapura untuk Indonesia Kwok Fook Seng yang turut hadir dalam peresmian Waduk Brigif mengatakan, ia merasa senang bisa berbagi pengalaman dengan Indonesia khususnya Pemprov DKI Jakarta. Solusi dari pembangunan Waduk Brigif diharapkan menjadi solusi terhadap permasalahan perkotaan dan solusi itu bisa mengglobal.
”Bagi warga Singapura, air bukan hanya sumber daya, tetapi juga sumber hidup sehingga menjadi solusi dan inovasi di tengah-tengah kehidupan,” kata Kwok Fook Seng.