Kasus Ibu Muda Bakar Diri yang Mengentak Kesadaran Publik
Seorang ibu rumah tangga tewas secara tragis diduga karena membakar diri di Kota Tangerang, Senin lalu. Korban sempat belanja di lokapasar sebelum kejadian naas dan pesanan itu datang Selasa kemarin.
TANGERANG, KOMPAS — Seorang ibu rumah tangga berinisial INI (42) diduga nekat mengakhiri hidupnya dengan membakar diri menggunakan bensin di Perumahan Pondok Makmur, Kelurahan Gebang Raya, Kecamatan Periuk, Kota Tangerang, Banten, pada Senin (28/11/2022).
Kasus ini menjadi pembicaraan baik di dunia maya maupun nyata. Bagi sebagian masyarakat, kasus ini mengingatkan bahwa bunuh diri bisa dilakukan oleh orang yang selama ini dikenal baik dan tanpa masalah. Mengenal dan mendeteksi kondisi mental orang terdekat, termasuk diri sendiri, diperlukan untuk mengantisipasi keinginan bunuh diri yang tidak hanya menyakiti si pelaku, tetapi juga keluarga.
Salah seorang saksi, Paulus Marwoto (67), yang tinggal di depan rumah INI mengungkapkan, awalnya tetangga di sebelah rumah INI memberi tahu dirinya bahwa dari lantai dua rumah INI keluar asap pada Senin sekitar pukul 10.00. Paulus langsung melapor kepada ketua RT dan mencoba menghubungi suami INI.
Baca juga : Keinginan Bunuh Diri Jangan Dianggap Remeh
Paulus mengira kepulan asap di lantai dua muncul karena terjadi kebakaran. Ia pun mencoba membuka pagar, tetapi dikunci dari dalam. Tak lama kemudian suami INI datang dan berteriak, ”Ada istri saya di dalam.” Kemudian sang suami mendobrak pintu yang terkunci dari dalam. Ketika pintu dibuka, kepulan asap sudah memenuhi rumah INI.
Melihat istrinya terbakar, suami INI sontak berteriak, ”Bunda kenapa tega lakuin ini.”
”Ketika ditemukan, korban dengan posisi duduk di siku tangga, kaki selonjor, di samping tubuhnya ada korek api gas warna biru dan bantal. Baju, tubuh, serta muka penuh luka bakar akibat terbakar dengan bensin. Kemarin saya masuk masih ada api kecil,” kata Paulus saat ditemui di tempat kejadian perkara, Selasa.
Saat kejadian naas itu terjadi, Paulus menduga tidak ada satu pun orang di rumah INI karena INI terbiasa menjaga toko pulsa miliknya yang berada sekitar 200 meter dari rumahnya. Anak pertamanya sedang study tour ke Bandung dan anak keduanya sedang belajar di salah satu sekolah pendidikan anak usia dini. Sang suami sedang bekerja di sebuah pabrik keramik.
Saksi lain, penjual bensin yang berada di depan toko pulsa milik INI, Ahmad Zaenal (58), mengatakan, INI membeli 4 liter pertalite, 1 botol minuman bersoda seharga Rp 5.000, dan sebuah korek api gas berwarna biru. Saat itu Zaenal sempat menanyakan mengapa INI membeli bensin banyak sekali.
”INI menyebutkan mobilnya kehabisan bensin dan suaminya yang akan membayar, tapi tadi sudah dibayar sama saudaranya. Toko pulsa sempat dibuka sebentar kemarin, tapi setelah membeli bensin langsung tutup,” ujar Zaenal.
Salah seorang tetangga, Andre (31), menyebutkan, aksi nekat bakar diri itu diduga sudah direncanakan. Ini karena anak sulung INI menuturkan, sebelum ia pergi ke Bandung, ibunya sempat mengatakan, ”Sampai ketemu di lain waktu, ya, Nak. Hati-hati di jalan.”
Paketnya datang ke rumah saya, ini dititipin, nanti saya kasih ke suaminya. Dilihat dari waktu, sebelum kejadian (dugaan bunuh diri) dia beli paket ini.
Namun, para tetangga korban tidak menyangka INI mengakhiri hidupnya secara tragis karena ia dikenal baik.
”Baik banget, ramah, kami sering beli pulsa sama dia. Enggak nyangka kalau meninggal dengan cara seperti itu,” katanya. Korban diketahui tinggal di rumah itu sudah empat tahun. Selain itu, tetangga mengetahui INI merupakan istri kedua.
Lihat juga : Ibu di Garut Racuni Dua Anak, kemudian Bunuh Diri
Pada Selasa pukul 11.30-15.00, garis polisi terpasang di depan rumah INI. Selain itu, terdapat tenda dan kursi untuk pengajian di depan rumah.
Andre menyebutkan, sekitar pukul 10.00, INI telah dibawa ke TPU Selapajang dari RSUD Kota Tangerang. INI disebut sempat membeli barang di sebuah lokapasar. Dalam keterangan paket tersebut, transaksi dilakukan pada Senin pukul 09.36. ”Paketnya datang ke rumah saya, ini dititipin, nanti saya kasih ke suaminya. Dilihat dari waktu, sebelum kejadian dia beli paket ini,” ucapnya.
Pukul 13.45, polisi datang setelah suami dan anak-anak korban tiba di rumah dua tingkat itu, kemudian mencabut garis polisi yang terpasang. Setelah itu, suami beserta anak-anak meninggalkan rumah tersebut.
Tidak diketahui barang yang dipesan dan dibeli INI. Namun, hal ini memicu pertanyaan, barang apa yang dipesan oleh seseorang yang diduga bunuh diri? Apakah normal orang yang akan bunuh diri berbelanja ke lokapasar? Apakah barang pesanan itu merupakan pesan pribadi dari INI untuk keluarganya?
Masalah rumah tangga
Kepala Unit Reserse Kriminal Kepolisian Sektor Jatiuwung Ajun Komisaris Nurjaya mengatakan, Senin sekitar pukul 08.00, INI keluar naik motor. Rekaman CCTV menunjukkan ia pergi ke warung membeli bensin empat botol. Setelah itu, ia kembali lagi ke rumah, terlihat di CCTV sekitar pukul 09.30. Setelah itu, pintu dikunci dan dia tidak keluar lagi. Saat kejadian, suaminya sedang bekerja dan mengantar anak sekolah. Adapun anak pertama pergi study tour ke Bandung. Korban tinggal sendiri di rumah.
Setengah jam kemudian, asap keluar dari lantai dua, warga mengira rumah terbakar. Pintu digedor, tetapi tidak ada respons dan akhirnya didobrak. Ternyata korban telah meninggal dalam kondisi terbakar.
”Kami lakukan olah TKP, Inafis datang juga, setelah menanyakan keterangan para saksi, murni bunuh diri. Motifnya (diduga) karena sering dimarahi suaminya. Dugaan suaminya, istrinya selingkuh, akhirnya cekcok mulut. Sebelum bunuh diri, INI sempat telepon suaminya dan suaminya marah-marah,” kata Nurjaya.
Ia mengatakan, setelah pihaknya meminta keterangan para saksi, keluarga INI datang, lalu korban dimakamkan. Atas perintah pimpinan, garis polisi dibuka agar rumah bisa dibersihkan dan ditempati kembali.
Terkait dugaan cekcok rumah tangga ataupun isu perselingkuhan masih belum dapat dipastikan sebagai penyebab utama bunuh diri INI. Ibu dua anak yang telah kehilangan nyawa itu tidak dapat membela diri atau memberikan keterangan lebih jelas. Proses penyelidikan polisi pun masih sangat awal, belum ada kesimpulan yang dapat diambil.
Baca juga : Praktik Perselingkuhan di Tengah Masyarakat Urban yang Berujung Fatal
Sosiolog Universitas Nasional, Sigit Rochadi, mengatakan, bunuh diri terjadi karena beberapa sebab. Namun, yang paling dominan adalah faktor depresi dan ekonomi. Ada beberapa jenis orang bunuh diri, yaitu egoistik karena merasa tidak terintegrasi dengan lingkungan sosial. Lalu bunuh diri altruistik, yaitu bunuh diri karena merasa sangat bertanggung jawab dengan lingkungan sosialnya.
INI termasuk kategori yang manakah? Belum ada yang dapat memastikannya saat ini.
Sosiolog Universitas Negeri Jakarta, Yuanita Aprilandini Siregar, mengungkapkan, selama dua tahun pandemi, yang terpapar langsung adalah keluarga karena pola hidup berubah total. Walaupun beberapa bulan terakhir kehidupan mulai kembali normal, jangan dilupakan bahwa dalam dua tahun pembatasan, tidak hanya virus yang menggerogoti fisik, kesehatan mental juga tergerus. Banyak efek samping psikologis ketika keluarga menanggung beban, seperti pendidikan anak dan pekerjaan yang dilakukan di rumah.
Ini kan pakai api, kalau saya lihat ada kemarahan. Api itu representasi emosi yang marah. Emosinya bukan sedih, tapi kemarahan.
Ibu rumah tangga merupakan garda terdepan dalam manajemen keluarga. Mereka tidak hanya mengatur keuangan, tetapi juga aspek psikologis anggota keluarganya. Jika ibu rumah tangga tidak dapat mengatur aspek tersebut, keluarga menjadi beban depresi.
Bunuh diri tidak hanya disebabkan faktor internal, seperti individu yang depresi, tetapi juga faktor eksternal yang menyebabkan depresi itu. Seorang ibu rumah tangga yang dapat memanipulasi keadaan dengan terlihat baik di depan orang-orang dan menganggap manipulasi suatu yang wajar di satu titik ketika sudah tidak kuat bisa menghasilkan keputusan bunuh diri.
”Ini kan pakai api, kalau saya lihat ada kemarahan. Api itu representasi emosi yang marah. Emosinya bukan sedih, tapi kemarahan,” ujarnya.
Ada beberapa tren masalah tidak terlalu berat, tetapi jika kondisi psikologis sudah terguncang, seringan apa pun akan beda penyikapannya. Ibu rumah tangga terkadang tidak sadar dia butuh pertolongan. Dia menyembunyikannya dengan keadaan yang seolah baik-baik saja. Padahal tidak demikian, ibu rumah tangga yang tidak tersentuh sebetulnya butuh pertolongan.
”Makanya, pergi ke psikolog itu bukan sesuatu yang memalukan, agar bisa diintervensi sejak masih ringan. Orang terdekat harus peka jika seseorang melakukan hal yang tidak lazim,” katanya.