Keinginan Bunuh Diri Jangan Dianggap Remeh
Jangan pernah menganggap remeh ketika seseorang menyatakan dirinya hendak bunuh diri atau mengakhiri hidup. Segera berikan dukungan mental. Jika perlu, segera diajak untuk dibantu psikolog atau psikiater profesional.
”Rasanya aku ingin mati saja” atau ”aku sudah tidak berguna lagi hidup di dunia” merupakan kalimat yang tidak boleh diabaikan. Apabila ada orang terdekat yang menyampaikan keinginan tersebut, jangan diremehkan, apalagi dianggap berlebihan.
Keinginan bunuh diri bisa menjadi tanda dan gejala dari perilaku bunuh diri itu sendiri. Tanda tersebut harus segera ditanggapi. Pendampingan yang tepat dibutuhkan untuk mencegah terjadinya bunuh diri. Jika perlu, segera lakukan rujukan ke profesional seperti psikolog ataupun psikiater.
”Tanda dan gejala bunuh diri patut dikenali.Jangan pernah menganggap bahwa orang ini lebay (berlebihan) atau hanya mencari perhatian sampai kita bisa buktikan persoalannya bisa dihadapi dan tidak terjadi bunuh diri," kata psikiater sekaligus Kepala Instalasi Rehabilitasi Psikososial Rumah Sakit dr H Marzoeki Mahdi Bogor, Lahargo Kembaren.
Lahargo memaparkan hal itu dalam webinar bertajuk "Depresi dengan Pikiran hingga Perilaku Bunuh Diri", di Jakarta, Sabtu (10/9/2022). Seminar tersebut diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan Johnson & Johnson Indonesia.
Seorang yang bunuh diri ataupun masih mencoba bunuh diri sebenarnya tidak sungguh-sungguh ingin mengakhiri hidupnya. Mereka biasanya ingin penderitaan atau konflik yang dialami cepat berakhir. Sayangnya, bunuh diri menjadi pilihan terakhir karena seolah tidak ada bantuan lain yang bisa diharapkan.
Ingin bunuh diri, itu refleksi dari persoalan kompleks. Kasus bunuh diri yang tinggi menunjukkan besarnya masalah kesehatan mental di masyarakat. Hal itu juga berarti pengelolaan kesehatan mental belum berjalan dengan baik.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, setiap 40 detik terdapat satu orang meninggal karena bunuh diri atau setara 800.000 orang per tahun melakukan bunuh diri. Sementara di Indonesia pada 2020 melaporkan terdapat 671 kasus kematian akibat bunuh diri.
Pada dasarnya, bunuh diri bisa dicegah. Tidak ada seorang pun yang melakukan bunuh diri karena benar-benar ingin mati. Seseorang yang melakukan bunuh diri lebih karena ingin mengakhiri kepedihan yang dialami pada hidupnya.
Tanda dan gejala bunuh diri patut dikenali. Jangan pernah menganggap bahwa orang ini lebai (berlebihan) atau hanya mencari perhatian sampai kita bisa buktikan persoalannya bisa dihadapi dan tidak terjadi bunuh diri. (Lahargo Kembaren)
Selain berbicara tentang keinginan mengakhiri hidup atau bunuh diri, tanda dan gejala lain yang patut diwaspadai seperti berbicara tentang perasaan kosong dan tidak punya harapan untuk hidup.
Pada sejumlah orang, ditemukan juga tanda dengan membuat rencana untuk bunuh diri, berbicara tentang rasa bersalah dan malu yang sangat berat. Beberapa tanda lainnya yakni berbicara tentang perasaan terjebak dan tidak memiliki jalan keluar atas masalahnya, serta merasa sakit berkepanjangan secara fisik ataupun psikis.
Tanda lainnya bisa ditunjukkan dengan adanya rasa bahwa dirinya menjadi beban berat bagi orang lain. Kondisi ini sering menyebabkan seseorang kehilangan minat pada hal-hal yang disukai sebelumnya. Mereka pun cenderung mengurung diri atau mengisolasi diri sendiri. Ada pula yang meminta maaf dan mengucapkan selamat tinggal kepada teman dan keluarga secara lisan ataupun tulisan di media sosial.
Baca juga: Bunuh Diri Bisa Dicegah, Jangan Abaikan Stres dan Depresi
Menurut Lahargo, tanda dan gejala tersebut harus diwaspadai. Penanganan yang tepat serta aksi yang cepat dapat membantu seseorang yang berisiko bunuh diri bisa tetap bertahap dalam kehidupannya. Terapi dari profesional kesehatan jiwa, seperti psikiater, perawat jiwa, psikolog, pekerja sosial, dan dokter umum terlatih, bisa menolong memulihkan mental seseorang.
Pencegahan bunuh diri bisa dilakukan dengan membangun harapan pada diri seseorang. Pastikan bahwa orang yang mengalami persoalan mental tidak sendiri. Ada solusi lain untuk menghadapi masalah selain bunuh diri.
Sementara Guru Besar Tetap bidang Keperawatan Jiwa dari Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) Universitas Indonesia Budi Anna Keliat menuturkan, upaya meningkatkan harga diri atau martabat juga penting untuk mencegah kemungkinan bunuh diri. Dukungan penuh patut diberikan untuk mencari pertolongan.
”Yakinkan mereka bahwa mereka membutuhkan bantuan selama masa krisis dan mereka tidak akan disalahkan atau dihakimi saat meminta bantuan kepada petugas kesehatan mental atau kelompok pendukung,” katanya.
Percobaan bunuh diri
Budi mengatakan, pada kondisi tertentu perlu juga memahami pertolongan pertama pada percobaan bunuh diri. Ketika mengetahui ada seseorang yang mencoba bunuh diri, pastikan diri aman juga korban dan lingkungan. Segera panggil bantuan seperti petugas kesehatan, rumah sakit, ataupun polisi.
Baca juga: Keterbatasan Akses Layanan Kesehatan Jiwa Perburuk Risiko Bunuh Diri
Jika korban yang mencoba bunuh diri dalam kondisi stabil tetapi ditemukan luka, pertolongan pertama dapat diberikan. Amankan lingkungan korban dari benda-benda yang dapat digunakan untuk bunuh diri. Selain itu, jangan biarkan korban sendirian.
Ketika korban menceritakan perasaan dan keadaan yang dialami, sebaiknya dengarkan dengan sabar dan tenang. ”Jangan mendominasi pembicaraan. Dengarkan. Jangan juga menghakimi korban, apalagi berdebat. Tampilkan empati kepada korban sehingga jangan pula remehkan masalahnya,” ujar Budi.
Adapun bunuh diri pun dipandang sebagai proses akibat manajemen stres kurang baik. Bunuh diri dapat bermula dari masalah depresi pada seseorang yang tidak terkelola dengan baik. Depresi berat dapat memicu seseorang berpikir untuk melukai diri sendiri (self harm) dan mengakhiri hidup dengan bunuh diri.
Pada saat seseorang sudah berupaya menyakiti dirinya, itu perlu disadari sebagai tanda bahwa orang tersebut membutuhkan bantuan. Dengan mengatasi dan mendeteksi adanya gangguan sejak dini, tindakan bunuh diri seharusnya bisa dicegah.
Depresi
Data WHO pada 2022 menyebutkan, 1 dari 8 orang atau sebanyak 970 juta orang di dunia mengalami gangguan kesehatan mental. Gangguan kecemasan dan depresi merupakan gangguan yang paling umum dialami. Prevalensi depresi pada penduduk usia di atas 15 tahun di Indonesia pada 2018 sebesar 6,1 persen.
Depresi bisa ditandai dengan perasaan (mood) yang depresif. Perasaan ini ditandai dengan kesedihan yang mendalam, sulit merasa senang, energi rendah, mati rasa, dan cenderung menutup diri.
Baca juga: Pandemi Tingkatkan Risiko Bunuh Diri
Psikolog klinis yang juga Ketua II Pengurus Pusat Ikatan Psikolog Klinis Indonesia, Ratih Ibrahim, memaparkan, pada seseorang dengan depresi juga akan mengarah pada kondisi kehilangan energi, minat, dan cenderung mudah kelelahan. Aktivitas dan produktivitas menurun dan mengabaikan tanggung jawab.
Pada satu sisi, seseorang dengan depresi juga lebih sering merasa bersalah, putus asa, dan tidak berguna. Kondisi depresi dapat berpengaruh pada kesehatan fisik. Performa dan prestasi pun menurun. Penurunan juga terjadi pada kualitas hubungan dengan keluarga dan teman. Kesempatan berkontribusi dalam masyarakat akhirnya berkurang.
Konseling bisa membantu seseorang untuk mengatasi depresi. Intervensi lain dapat dilakukan melalui psikoterapi ataupun farmakoterapi. Untuk mencegah depresi, gaya hidup sehat menjadi faktor penting. Itu artinya seseorang harus bisa menjaga kesehatan fisik, kognitif, emosi, perilaku, dan sosial.
”Kita harus bisa membangun support system (sistem pendukung) untuk diri kita sendiri dan orang terdekat kita agar jangan merasa sendiri dalam ketidakpastian. Depresi bisa dicegah. Artinya, kita juga bisa menghindarkan diri dari bunuh diri. Mengapa itu penting? Karena kita tahu semua kehidupan itu bermakna,” tutur Ratih.
Disclamer: Informasi dalam tulisan ini tidak bertujuan untuk menginspirasi siapa pun melakukan tindakan serupa. Jika Anda mengalami gejala depresi dengan kecenderungan ingin mencoba bunuh diri, segera konsultasikan masalah Anda ke penyedia layanan kesehatan mental seperti psikolog, psikiater, dan klinik kesehatan jiwa.