Dari data per 11.00 WIB, Selasa (22/11/2022), ada 253 korban gempa dirawat di Rumah Sakit Cimacan, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur. Kebanyakan korban adalah warga Kecamatan Cugenang dan Pacet.
Oleh
RIVALDO ARNOLD BELEKUBUN
·4 menit baca
CIANJUR, KOMPAS — Sebanyak 237 korban gempa dari Kecamatan Cugenang dan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Cimacan, Cipanas. Pihak RSUD Cimacan membutuhkan bantuan logistik dan sukarelawan untuk merawat warga yang terluka. Hingga saat ini, ratusan penyintas gempa masih mengungsi di tenda-tenda darurat dan membutuhkan bantuan.
Dari data RSUD Cimacan pukul 13.00, Selasa (22/11/2022), korban gempa yang diantar ke rumah sakit tersebut adalah sebanyak 253 orang. Sejumlah 150 orang di antaranya menderita luka ringan, 50 orang luka sedang, 8 orang luka berat, 16 orang perlu rawat inap, dan 16 orang meninggal. Adapun 13 orang sisanya masih diperiksa dan didata.
Akibat keterbatasan ruangan, sejumlah warga yang luka ringan seperti luka kecil dan tergores, dirawat di tenda darurat yang didirikan Kementerian Sosial (Kemensos) di halaman RSUD tersebut. Adapun warga yang selesai dirawat, telah pulang ke rumahnya ataupun ke tempat pengungsian. Warga yang luka berat dan berisiko kematian dirujuk ke rumah sakit di Bogor, Ciawi, atau Jakarta.
Koordinator Lapangan Bencana RSUD Cimacan Rizky Utama mengatakan, untuk menangani masalah kekurangan ruang perawatan, diberlakukan ketentuan bahwa rumah sakit hanya akan merawat korban gempa yang terluka sedang dan berat. Untuk korban yang luka ringan akan dirawat di tempat pengungsian dengan menurunkan tim petugas kesehatan RSUD Cimacan ke tenda-tenda pengungsian warga.
Selain kekurangan ruang, RSUD Cimacan juga kekurangan tenaga medis untuk perawatan dan pengantaran korban menggunakan ambulans. Mereka bekerja sejak proses evakuasi. Banyaknya korban yang harus dirawat membuat petugas di RSUD tersebut kelelahan,
"Jadi yang bertugas hari ini adalah mereka yang juga bertugas kemarin, jadi sudah lelah semua. Istirahatnya sebentar, minimal membaringkan badan, lalu setelah itu, langsung bertugas lagi. Makanya, masih kurang (petugas medis), kami butuh bantuan," ujarnya di posko medis yang dibangun di depan RSUD Cimacan.
Dari pantauan Kompas, ada empat ambulans milik RSUD Cimacan yang digunakan 24 jam semenjak evakuasi gempa kemarin. Beberapa ambulans sukarelawan juga membantu proses pengantaran korban dari lokasi menuju rumah sakit.
Semenjak Senin (21/11) mobil-mobil ambulans itu lalu lalang di jalan nasional Cipanas menuju Cianjur mengantar korban gempa di sekitar Kecamatan Pacet dan Kecamatan Cugenang ke RSUD Cimacan. Hingga saat ini, Selasa (22/11) siang, bunyi sirene terus terdengar.
Saya harap ada bantuan dan perhatian dari pemerintah agar mengarahkan lebih banyak petugas kesehatan ke lapangan.
Ida (33), korban luka ringan yang saat ini mengungsi di tenda dekat rumahnya di Desa Cuputri, Pacet, Cianjur, Jawa Barat, mengatakan, warga membutuhkan bantuan medis untuk menangani luka dan penyakit. Beberapa warga di tendanya mengalami demam dan penyakit lain setelah dievakuasi ke tenda pengungsian. Selain itu, banyak warga lanjut usia dan ibu hamil yang membutuhkan perawatan khusus di tengah situasi mengungsi.
”Beberapa warga yang terluka berat telah diantar ke RSUD Cimacan, tetapi kami yang memiliki luka ringan juga butuh penanganan medis dan obat-obatan. Saya harap ada bantuan dan perhatian dari pemerintah agar mengarahkan lebih banyak petugas kesehatan ke lapangan,” ujar Ida sembari menggendong anaknya yang berusia 3 tahun di salah satu tenda pengungsian yang didirikan Kemensos.
Melalui rilis resmi, Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Muhammad Syahril mengatakan, sejumlah tenaga kesehatan telah digerakkan ke lokasi-lokasi pengungsian. Dari bidang kedokteran dan tenaga kesehatan ada 22 tenaga kesehatan dan 1 ambulans. Lalu dari Kantor Kesehatan Pelabuhan ada 26 tenaga kesehatan dan 3 ambulans.
Sementara dari Ikatan Dokter Indonesia ada 3 dokter spesialis bedah, 1 tim medis dan 1 ambulans, serta dari Perhimpunan Ahli Bedah Ortopedi Indonesia diturunkan 3 dokter spesialis bedah ortopedi, dan 5 petugas pusat keselamatan publik (Public Safety Center-PSC) di nomor 119.
Kemenkes juga mengirimkan logistik kesehatan berupa tenda rangka ukuran 6 meter x 12 meter, velbed, kit operasional, obat-obatan, masker, masker anak, alat pelindung diri, oksigen konsentrator, antigen kit, emergency kit, handscoon, body bag, popok dewasa dan anak, paket kesehatan keliling, dan family kit.
Kemenkes juga mengatur prosedur penanggulangan rujukan gawat darurat. Bagi korban luka ringan mendapatkan perawatan di RSUD Cimacan dan RS Dr Hafiz. Bagi korban dengan luka sedang dirawat di RS Bhayangkara dan RS Lapangan TNI. Sementara untuk pasien dengan luka berat yang memerlukan pengobatan segera karena kondisi yang kritis dan membutuhkan operasi besar, dirujuk ke tiga rumah sakit, yaitu RS Hasan Sadikin Badung, RSUD Kota Bogor, dan RS Sukabumi.