Arkeolog menyebut rel trem kuno di lokasi proyek MRT fase 2A rute Glodok-Kota Tua, di Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat, merupakan rel trem listrik tertua di Asia sejak awal 1930-an.
Oleh
Atiek Ishlahiyah Al Hamasy
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Arkeolog dari Universitas Indonesia, Charunia Arni, menyebut, rel trem kuno di lokasi proyek MRT fase 2A rute Glodok-Kota Tua, di Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat, merupakan rel trem tertua di Asia. Infrastruktur tersebut merupakan bagian dari jalur trem listrik di awal 1930-an, yang sebelumnya juga dipakai untuk jalur trem kuda dan uap pada abad ke-19.
”Rel trem ini sudah dari abad ke-19, tertua di Indonesia dan Asia. Jalur rel trem ini menghubungkan kawasan Kota Tua ke Harmoni,” kata arkeolog yang akrab disapa Lisa tersebut, Rabu (16/11/2022), di lokasi penemuan rel trem.
Lokasi penemuan rel trem sepanjang sekitar 100 meter tersebut tepat di depan Halte Transjakarta Harmoni. Sebagian rel trem masih tertutup bebatuan dan tanah.
Saat dikunjungi, sejumlah pekerja proyek sedang mengupas rel trem kuno tersebut menggunakan jack hammer dan martil. Terlihat juga ekskavator mini sedang mengupas lapisan aspal dan batu pondasi rel trem.
Rel trem yang terbuat dari baja tersebut membentang dari simpang Harmoni hingga simpang pertokoan Duta Merlin, Jakarta Pusat. Adapun bantalan rel trem tersebut terbuat dari kayu jati yang masih kokoh dan tebal.
Mengenai struktur rel trem, satu struktural rel trem terdiri dari 16 bantalan, yang terdiri dari bantalan baja, bantalan kayu, atau kombinasi keduanya. ”Kalau di sini, seluruh bantalannya menggunakan kayu. Kalau yang menggunakan baja ada di Mangga Besar,” ucap Lisa.
Dia menambahkan, batang rel trem tersebut antara satu dan lainnya tidak disambung dengan las seperti lazimnya saat ini, tetapi dengan pelat baja menggunakan baut dan mur.
Sejarah trem
Lisa menjelaskan, awal mula trem muncul lantaran Pemerintah Hindia Belanda kala itu ingin mengangkut hasil pertanian, seperti kopi dan teh, dalam jumlah banyak. Pilihan pun jatuh pada membangun transportasi massal.
Wacana membangun rel trem pertama (trem kuda) muncul sekitar tahun 1860-an, tetapi baru beroperasi pada 1869 setelah mendapat izin pada 1866. Trem tersebut pertama kali beroperasi di Batavia dengan jalur pertama dari Gerbang Pasar Ikan ke Harmoni. Setelah itu disusul dengan trem uap pada 1881 dan trem listrik pada 1899.
Usulan menggunakan rel trem listrik kembali disuarakan oleh Pemerintah Belanda di ujung 1920-an. Maka dari itu, pada 1930 awal, Pemerintah Hindia Belanda mulai melakukan elektrifikasi trem di Batavia.
Namun, usia trem listrik tidak berlangsung lama dan dihapus pada 1960 lantaran dianggap tidak sesuai dengan kondisi Kota Jakarta. Selanjutnya, keberadaan trem listrik diganti oleh bus saat kondisi jalan raya di Jakarta sudah jauh lebih baik dengan adanya aspal.
”Pemerintah memutuskan meniadakan trem lagi karena jalannya terlalu cepat dan suka berhenti di sembarang tempat. Untuk menghemat biaya, jalurnya tidak dibongkar, tetapi ditutup langsung dengan aspal,” ujar Lisa.
Lisa mengatakan, rel trem tersebut akan direlokasi agar kondisinya tidak terganggu dengan proyek pembangunan MRT. ”Jadi, setelah ini rel tremnya akan diekspos, kemudian didokumentasi, didata, dan sebagainya yang sesuai dengan kaidah ilmu arkeologi,” ucapnya.
Semua komponen rel trem akan dilepas satu per satu, kemudian dipindahkan ke tempat penyimpanan sementara milik Perum PPD di Jelambar. ”Kami belum bisa memastikan berapa waktu yang dibutuhkan dan kapan pengangkatan ini dimulai,” ujar Lisa.
Pihak PT MRT Jakarta (Perseroda) memastikan bahwa rel trem yang ditemukan di area konstruksi paket kontrak 202 (CP202) akan direlokasi dengan baik. Hal ini agar kondisinya tetap terjaga seperti saat pertama ditemukan.
Secara umum, rel trem ditemukan pada kedalaman 27 sentimeter.
”Hingga saat ini terdapat enam titik ekskavasi penemuan rel trem di area pembangunan CP202 dari total delapan titik ekskavasi yang dilakukan,” kata Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta Silvia Halim.
Di antaranya dua dari tiga titik di area pembangunan Stasiun Harmoni, dua titik di area pembangunan Stasiun Sawah Besar, dan dua dari tiga titik di area pembangunan Stasiun Mangga Besar. Secara umum, rel trem ditemukan pada kedalaman 27 sentimeter.
Secara total, terdapat lebih kurang 118 span rel atau sepanjang 1,4 kilometer yang akan direlokasi dan dilestarikan. Komponennya terdiri dari batang rel, lempengan penyambung batang rel, bantalan rel yang terbuat dari kayu dan baja, baut dan sekrup, serta penambat rel dan batuan ballast.
CP202 merupakan paket kontrak pembangunan MRT Jakarta fase 2A bakal pembangunan Stasiun Harmoni, Stasiun Sawah Besar, dan Stasiun Mangga Besar dengan total jalur sepanjang sekitar 1,8 km.
Dikutip dari Kompas.id (10 November 2022), Sekretaris Perusahaan PT MRT Jakarta Rendi Alhial menyampaikan, peninggalan bersejarah itu sebagian akan dimuseumkan di museum mini dalam stasiun MRT Jakarta. Sementara sebagian lainnya akan dimuseumkan di Stasiun Monas atau Stasiun Jakarta Kota.
Untuk sisanya, pihak MRT menyerahkan kepada Dinas Kebudayaan DKI Jakarta. Sejumlah opsi yang memungkinkan adalah didistribusikan ke museum lain, seperti Museum Kereta Api di Bandung atau Museum Transportasi di Taman Mini Indonesia Indah (TMII).