Rel Trem Kuno Batavia di Lokasi Proyek MRT akan Dimuseumkan
Rangkaian rel trem Batavia kembali ditemukan di lokasi proyek MRT fase 2A rute Glodok-Kota Tua di Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat.
Oleh
Atiek Ishlahiyah Al Hamasy
·3 menit baca
ATIEK ISHLAHIYAH AL HAMASY
Rangkaian rel trem Batavia di lokasi proyek Mass Rapid Transit atau MRT fase 2A rute Glodok-Kota Tua di Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat, Kamis (10/11/2022).
JAKARTA, KOMPAS — Rangkaian rel trem Batavia kembali ditemukan di lokasi proyek MRT fase 2A rute Glodok-Kota Tua di Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat. Proses pengangkatan rel trem yang terbentang lebih kurang 100 meter tersebut segera dimulai. Kemudian, rel akan dikirim ke sejumlah museum.
Saat dihubungi pada Kamis (10/11/2022), Sekretaris Perusahaan PT MRT Jakarta Rendi Alhial menyampaikan, rel trem itu ditemukan pada Rabu (9/11/2022) oleh pekerja proyek MRT. Selanjutnya, tim arkeolog dari Dinas Kebudayaan DKI Jakarta dan Universitas Indonesia secara bertahap akan mengekskavasi rel trem kemudian dibawa ke tempat penyimpanan sementara milik Perum PPD di Jelambar. Tim juga akan mencari tahu panjang pasti jalur trem tersebut.
Menurut Rendi, rencana berikutnya, peninggalan bersejarah itu sebagian akan dimuseumkan di museum mini dalam stasiun MRT Jakarta. Sementara sebagian lainnya akan dimuseumkan di Stasiun Monas atau Stasiun Jakarta Kota. ”Temuan budaya lain saat proyek MRT, seperti terakota, saluran air, artefak, dan lainnya juga akan kami pamerkan,” ujarnya.
Untuk sisanya, pihak MRT menyerahkan kepada Dinas Kebudayaan DKI Jakarta. Sejumlah opsi yang memungkinkan adalah didistribusikan ke museum lain, seperti Museum Kereta Api di Bandung atau Museum Transportasi di Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
RIZA FATHONI
Pekerja dan arkeolog menginspeksi dan membersihkan rel trem sisa peninggalan kolonial Belanda di lokasi pembangunan MRT Jakarta fase 2A Glodok-Kota di kawasan Glodok, Jakarta Barat, Senin (27/12/2021).
Rendi menjelaskan, rel trem yang ditemukan itu sudah tidak dapat digunakan lagi. Hal ini lantaran trem Belanda itu sudah berusia lebih dari satu abad. ”Sudah terkena beton dan aspal juga saat ada peninggian jalan raya. Jadi memang mesti diangkut dan tidak digunakan lagi,” ucapnya.
Ia melanjutkan, untuk penggencaran transportasi umum, pemerintah provinsi lebih mengutamakan transportasi berbasis rel yang modern, seperti MRT, Light Rail Transit (LRT), dan Kereta Commuter Indonesia (KCI).
Menanggapi hal ini, arkeolog Universitas Indonesia Chandrian Attahiyat mengatakan, penemuan rel trem tersebut merupakan kepanjangan dari rel trem yang ditemukan tahun lalu. Dalam proyek MRT, belakangan memang sering terjadi penemuan rel trem Batavia.
Oleh karena itu, ke depan rel trem dapat saja ditemukan lagi selama proyek MRT berjalan. ”Selama penemuan tersebut berada di lokasi atau jalur yang sama dengan perencanaan jalur MRT,” ucapnya.
Ia menegaskan bahwa rel trem yang ditemukan tersebut sudah seharusnya diperlakukan sebagai cagar budaya. Dengan begitu, MRT berkewajiban mengamankan penemuan rel tersebut.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta Iwan Henry Wardhana mengatakan, pihaknya sudah melakukan pendampingan terhadap kegiatan yang dilakukan MRT, khususnya penggalian atau penemuan cagar budaya.
Jangan sampai kayu dan relnya dicabut oleh pihak yang tidak memiliki kewenangan.
”Saya telah menugaskan Kepala Bidang Perlindungan dan Kepala Unit Pengelola Pusat Konservasi Cagar Budaya untuk selalu melakukan asistensi dan pendampingan kepada PT MRT,” ucapnya.
Penemuan rel trem zaman Belanda tersebut menambah daftar penemuan peninggalan bersejarah sepanjang pembangunan MRT rute Bundaran HI-Jakarta Kota. Sebelumnya, pada pembangunan MRT fase 2, juga pernah ditemukan sejumlah cagar budaya, seperti jembatan kuno Glodok, saluran air, dan artefak.
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Pekerja membersihkan terakota berupa saluran air kuno Batavia di proyek pembangunan jalur MRT Jakarta fase 2A CP-203 di kawasan Glodok, Jakarta, Selasa (20/9/2022).
Sejak pembangunan MRT yang dimulai pada Februari 2020, Dinas Kebudayaan fokus pada pelindungan cagar budaya. Hal itu lantaran di jalur Bundaran HI-Kota banyak struktur cagar budaya, baik yang ada di permukaan maupun dalam tanah.
Mengutip dari pemberitaan Kompas.id (22 September 2022), untuk penanganan dan pelestarian, pada 30 Juli 2022, tim MRT bersama jajaran dinas kebudayaan, tim ahli cagar budaya (TACB), dan tim sidang pemugaran (TSP) sudah menyepakati untuk melakukan proses dokumentasi yang baik atas semua temuan pada proyek MRT.
Menurut sejumlah warga, temuan bersejarah itu harus dijaga. ”Jangan sampai kayu dan relnya dicabut oleh pihak yang tidak memiliki kewenangan,” ujar Indra (23), mahasiswa.
Arini Siswanti (26), warga lain, berpendapat akan lebih baik jika rel trem itu dapat dioperasikan kembali untuk wisata kota. Senada dengan Arini, Apri Zalman (35) juga berharap trem dapat diaktifkan kembali agar mengurangi kemacetan dan masyarakat dapat beralih ke angkutan umum.