Bayang-bayang Trauma Korban di Transportasi Publik Jakarta
Rangkaian kasus pelecehan seksual yang terjadi baik pada perempuan maupun laki-laki di transportasi umum di Jakarta meninggalkan trauma bagi para korban.
Oleh
Ayu Octavi Anjani
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pelecehan seksual di transportasi publik masih terus terjadi di Jakarta. Trauma masih membayangi korban pelecehan seksual, bahkan korban mulai enggan menaiki transportasi publik.
Pelecehan seksual baru-baru ini dialami oleh korban SN (30), seorang karyawan swasta. Korban yang merupakan seorang laki-laki itu mengalami pelecehan oleh pelaku yang juga laki-laki di dalam bus Transjakarta tujuan Pulo Gadung, Jakarta Timur, pada Rabu (2/11/2022). Pelaku menyentuh alat vital korban di tengah padatnya penumpang di dalam bus Transjakarta yang sedang melaju pada pukul 19.32.
SN yang tidak mampu berbuat apa-apa di dalam bus Transjakarta yang padat penumpang akhirnya turun bersama pelaku dan langsung menonjok pelaku di Halte Pemuda Rawamangun, Jakarta Timur. Pelaku langsung diamankan oleh petugas serta diminta memberikan kartu identitas.
”Saya mengalami trauma yang cukup berat semenjak kejadian itu. Saya menjadi sangat takut naik transportasi publik, terlebih Transjakarta,” katanya saat dihubungi pada Jumat (4/11/2022).
Saya selalu merasa sedih dan jijik setiap kali memikirkan kejadian itu.
Saat ini, SN mulai kembali mengendarai kendaraan pribadinya ketimbang menggunakan transportasi publik sejak kejadian pelecehan seksual yang menimpanya. Bahkan, hari itu korban tidak pergi bekerja lantaran masih merasakan trauma mendalam serta takut jika kembali bertemu pelaku.
Hingga saat ini diketahui SN masih terus menunggu jadwal konsultasi dengan psikolog dan sedang dalam proses pemulihan trauma. Dirinya sebagai laki-laki tidak menyangka akan mengalami pelecehan seksual oleh pelaku yang juga laki-laki di transportasi umum, seperti Transjakarta.
”Saya selalu merasa sedih dan jijik setiap kali memikirkan kejadian itu. Tidak pernah bisa saya lupakan bagaimana saat itu pelaku menyentuh alat vital saya, sedangkan saya hanya berdiam diri karena terlalu terkejut,” kata SN.
Kejadian yang sama terjadi pada korban PG (24), seorang perempuan, yang mengalami pelecehan seksual di Halte Pluit, Jakarta Utara, saat hendak menaiki bus Transjakarta 1A tujuan Pantai Maju pada Selasa (1/11/2022) pukul 10.33.
Pelaku melakukan pelecehan seksual dengan menempelkan alat vitalnya ke lengan korban yang duduk di kursi area tengah sayap kanan dan tidak dekat dengan jendela. Pelaku mendekati korban, kemudian menggesekkan alat vitalnya ke lengan korban. Pelaku pernah melakukan aksinya sebanyak dua kali pada korban lain.
PG mengatakan, awalnya tidak dapat menerima kenyataan dirinya telah mengalami pelecehan seksual. Dirinya juga merasa trauma dan sangat takut ketika hendak menceritakan kejadian tersebut kepada publik.
”Saya merasa sangat marah dan sedih dalam satu waktu, saat tahu mengalami pelecehan seksual. Saya trauma dan lebih waspada ketika tidak sengaja melihat laki-laki yang mirip pelaku. Itu bentuk respons tubuh saya,” katanya, Jumat.
Tidak hanya di bus Transjakarta, pelecehan seksual juga beberapa kali terjadi di kereta rel listrik (KRL). SA (24), seorang karyawan swasta yang rutin menggunakan KRL, mengatakan pernah mengalami pengalaman kurang menyenangkan ketika menaiki KRL.
”Beberapa minggu lalu pernah seperti ada yang menyentuh pinggang saya, tapi waktu itu sedang ramai orang karena pagi-pagi sekali. Sejak saat itu, saya mulai waspada kalau naik KRL,” katanya saat turun dari kereta di Stasiun Jatinegara, Jakarta Timur (Kompas.id, 29/10/2022).
Hanya imbauan
Setelah kejadian pelecehan seksual pada Rabu (2/11/2022), Kepala Divisi Sekretaris Perusahaan PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) Anang Rizkani Noor mengimbau para korban untuk segera melaporkan tindak pelecehan seksual yang dialami. Selain itu, dirinya mengimbau masyarakat Jakarta untuk tetap waspada terhadap pelaku pelecehan seksual.
Tidak hanya pihak Transjakarta yang angkat bicara mengenai kasus pelecehan seksual yang dialami sejumlah penumpangnya, pihak Kereta Commuter Indonesia (KCI) juga memberikan imbauan serupa. Manajer Humas KCI Leza Arlan mengimbau masyarakat dan korban untuk lebih waspada dan berani melaporkan langsung tindak pelecehan seksual di KRL.
”Sehari saja warga Jakarta yang naik KRL itu lebih dari 700.000 orang. Oleh karena itu, kita semua perlu lebih waspada terhadap pelecehan seksual,” katanya, Jumat.
Namun, menurut sejumlah korban, imbauan tersebut dirasa tidak mampu mengurangi kasus pelecehan seksual di transportasi publik. SN menilai imbauan tidak berperan besar mengurangi kasus pelecehan seksual di Jakarta.
”Armada Transjakarta perlu diperbanyak mengingat penduduk Jakarta padat sekali, khususnya di Koridor 4 arah Pulo Gadung-Dukuh Atas. Saya dilecehkan saat padat penumpang,” kata SN.
Korban lain, PG, bahkan mengatakan pernah meminta agar pelaku dimasukkan ke daftar hitam supaya tidak lagi muncul dan memanfaatkan transportasi publik. Namun, hingga saat ini pelaku masih berkeliaran dan melakukan pelecehan seksual.