Heru Budi Tinjau Kesiapan Labkesda DKI Jakarta untuk Deteksi Dini Gagal Ginjal
Labkesda DKI Jakarta ditunjuk sebagai rujukan pemeriksaan toksikologi yang standarnya akan sama di seluruh Indonesia.
Oleh
ZULIAN FATHA NURIZAL
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Upaya pencegahan kasus gagal ginjal pada anak balita yang akhir-akhir ini meningkat di DKI Jakarta terus dilakukan. Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heri Budi Hartono meninjau kesiapan sarana dan prasarana Laboratorium Kesehatan Daerah atau Labkesda DKI Jakarta yang ditunjuk sebagai rujukan oleh Kementerian Kesehatan.
”Hari ini, memastikan Labkesda DKI komplet untuk menjadi tempat rujukan dan pelatihan Labkesda daerah lainnya agar standarnya sama,” ujarnya, Kamis (20/10/2022), di Labkesda DKI Jakarta, Rawasari, Jakarta Pusat.
Saat meninjau kesiapan sarana dan prasarana, Heru Budi didampingi oleh Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti serta Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan (Farmalkes) Rizka Andalusia. Ia berharap kasus gagal ginjal di DKI dan di seluruh Indonesia tidak bertambah.
”Semoga dengan ditunjuknya Labkesda DKI sebagai rujukan bisa membantu mendeteksi dini penyebab gagal ginjal dan penanganan bisa lebih cepat,” tambahnya.
Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan (Farmalkes) Rizka Andalusia mengatakan, ditunjuknya Labkesda DKI Jakarta oleh Kementerian Kesehatan sebagai pusat rujukan pemeriksaan toksikologi karena sarana dan prasarananya yang sudah siap. Selain itu, untuk memudahkan diagnosis dengan penyamaan standar di seluruh Indonesia.
Rizka menjelaskan, toksikologi merupakan senyawa toksik (beracun) dalam tubuh atau obat yang dapat merugikan kesehatan. ”Jadi, kalau ada kasus di Bali, Sumatera, enggak perlu kirim sampel ke sini (DKI Jakarta) lagi. Cukup di daerah karena standarnya nanti sudah sama,” ujar Rizka.
Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti mengungkapkan, laporan data yang diolah oleh pihaknya menunjukkan kasus gagal ginjal di DKI Jakarta dan sekitarnya meningkat. Sejak Januari sebanyak 40 orang meninggal, 16 orang dalam perawatan, dan 15 orang dinyatakan sembuh.
”Data sementara yang kami himpun dan olah sejak Januari sampai 19 Oktober kemarin ada terlapor 71 kasus. Sebanyak 60 di antaranya balita dan 11 kasus berusia rentang 15-18 tahun. Sebagian besar pasien dilaporkan berjenis kelamin laki-laki,” kata Widya.
Meningkatnya tren kasus, menurut Widya, disebabkan saat ini rumah sakit dan puskesmas sudah memiliki informasi lengkap dengan adanya edaran dari Kemenkes dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Ia juga menegaskan pihaknya sudah proaktif melakukan sosialisasi dan identifikasi kasus di puskesmas dan rumah sakit di DKI Jakarta sesuai dengan surat edaran Kemenkes.
”Kesiapan kita adalah mengumpulkan seluruh RS di DKI untuk melakukan sosialisasi edukasi terkait SE yang sudah dikeluarkan Kemenkes sehingga ada sensitivitas dan identifikasi lebih dini apakah memang di RS ada kasus yang belum dilaporkan," tambahnya.
Widyastuti mengatakan, Labkesda ini bisa difungsikan sebagai lokasi uji toksikologi dan pelatihan pada Jumat (21/10/2022). Untuk saat ini, pihaknya masih merampungkan optimasi metode pengujian. ”Hari ini optimasi, kemarin rapat. Kalau sudah selesai, besok bisa menerima. Pelatihan juga besok,” ucapnya.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu, yang dihubungi secara terpisah di Jakarta, Rabu (12/10/2022), mengatakan, Kementerian Kesehatan telah membentuk tim khusus untuk penanggulangan gagal ginjal akut progresif atipikal yang dilaporkan terjadi di Indonesia. Tim tersebut terdiri dari Kementerian Kesehatan, Ikatan Dokter Anak Indonesia, dan RS Cipto Mangunkusumo (Kompas.id 12/10/2022).