Warga Resah Munculnya Kasus Gagal Ginjal Akut pada Anak
Penyebab penyakit gangguan gagal ginjal akut pada anak masih belum diketahui. Para orangtua harus mencermati gejala awal, di antaranya demam, diare dan muntah, serta batuk pilek.
Oleh
HIDAYAT SALAM
·3 menit baca
HIDAYAT SALAM
Warga menunggu antrean di ruang tunggu loket Puskesmas Jatinegara, Jakarta Timur, Selasa (30/8/2022).
JAKARTA, KOMPAS – Warga Jakarta resah dengan kemunculan penyakit gangguan gagal ginjal akut yang belum diketahui penyebabnya. Pemerintah diminta meningkatkan sosialisasi terutama pencegahan awal dan deteksi dini gejala terkait penyakit tersebut.
Orangtua mulai khawatir ketika informasi kemunculan gangguan ginjal akut yang dialami oleh anak-anak ramai di media dalam sepekan terakhir. Laman resmi Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta mencatat, sejak Januari 2022 sampai 13 Oktober 2022 terdapat 42 kasus gagal ginjal akut misterius pada anak-anak.
Huriawati (35), warga Kelurahan Jati Rawamangun, Jakarta Timur, Minggu (16/10/2022), mengatakan khawatir karena hingga kini penyebab dari penyakit gangguan gagal ginjal akut pada anak belum juga diketahui. Sebagai ibu dengan satu anak, ia merasa takut dengan gejala-gejala seperti demam, diare, dan muntah.
”Saya jadi khawatir ketika anak susah buang air kecil. Informasi yang beredar itu salah satu gejalanya dan disarankan dibawa ke dokter untuk diperiksa,” katanya.
Sukesih (45), warga Kelurahan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, mengatakan, langkah pencegahan yang dilakukan untuk menghindari anak mengalami gejala tersebut belum sepenuhnya diketahui. Ia pun mengantisipasi dengan kebutuhan keluarga, terutama konsumsi makanan lengkap harus terpenuhi dan gizi seimbang serta menerapkan pola hidup sehat.
HIDAYAT SALAM
Sejumlah anak sekolah dasar bermain di SDN Kota Bambu 03 Pagi/04 Petang di Palmerah, Jakarta Barat, Selasa (30/8/2022). Orangtua mulai khawatir dengan merebaknya penyakit gagal ginjal akut pada anak-anak belakangan ini.
Dinkes DKI mencatat, dari jumlah itu, 37 kasus anak balita dan lima kasus usia 5-18 tahun. Dari 42 kasus itu,sebanyak 25 orang meninggal, 7 kasus rawat inap, dan 10 kasus sembuh.
Berdasarkan pemberitaan Kompas (14/10/2022), Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes DKI Dwi Oktavia mengatakan, terdapat 42 kasus gagal ginjal akut misterius pada anak-anak. Rinciannya, 29 kasus menimpa anak laki-laki dan 13 kasus anak perempuan.
Dwi mengatakan, jika anak sakit, diminta agar orangtua segera memeriksakan anak ke dokter. Orangtua harus mencermati gejala awal, di antaranya demam, diare dan muntah, serta batuk pilek.
”Perhatikan frekuensi dan jumlah buang air kecil. Jika berkurang dari biasanya atau bahkan tidak buang air kecil sama sekali, jangan tunda untuk berobat,” ucap Dwi.
Sementara itu, pada acara konferensi pers daring yang diadakan Kementerian Kesehatan bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Jumat (14/10/2022), Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI Piprim Basarah Yanuarso mengatakan, terdapat 152 anak yang mengalami gagal ginjal akut progresif atipikal. Penyakit gagal ginjal akut pada anak ini dialami oleh anak umur nol hingga 18 tahun.
HIDAYAT SALAM
Ilustrasi. Antrean pengunjung di depan Instalasi Gawat Darurat RSUD Pasar Rebo, Jakarta Timur, Minggu (16/10/2022),
Sejak pertengahan September 2022, ditemukan 76 kasus, disusul hingga per 14 Oktober 2022 telah ditemukan 21 kasus. Namun, kasus pada Oktober itu lebih rendah daripada kasus pada Agustus, yakni 36 kasus.
Dokter spesialis anak dan dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Yanti Susianti, mengatakan, gagal ginjal akut ini ditandai dengan kondisi mendadak anak yang tidak bisa berkemih atau buang air kecil. Hal ini dapat disebabkan oleh diare, demam, atau batuk pilek, yang akhirnya anak tersebut tidak dapat buang air kecil.
Menurut dia, pemerintah saat ini sudah tanggap dengan membentuk tim khusus dalam mencari penyebabnya yang hingga kini belum diketahui. Walaupun ada dugaan keracunan obat yang mengandung etilen glikol (CH₂OH)₂, hal itu masih harus diteliti. Ia tetap meminta masyarakat menunggu informasi resmi dari pemerintah perihal penyebab terjadinya gangguan gagal ginjal akut tersebut.
Bagi orangtua, jika anak sakit, ia mengimbau, agar segera berobat dan pantau buang air kecil anak. Seharusnya anak bisa buang air kecil 5-6 kali per hari dan berwarna bening. Apalagi, jangan sampai menunggu anak tersebut tidak bisa buang air kecil.