Anies Resmikan Halte Ikonik Bundaran Hotel Indonesia bagi Semua Warga Jakarta
Area komersial pada bagian atas Halte Bundaran Hotel Indonesia untuk memenuhi kebutuhan warga saat bermobilitas dan area menikmati kawasan Bundaran Hotel Indonesia dan Tugu Selamat Datang dari ketinggian.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meresmikan operasional halte ikonik Bundaran Hotel Indonesia di Jakarta Pusat. Keberadaan area komersial pada bagian atas halte tersebut untuk memenuhi kebutuhan warga saat bermobilitas dan area bagi semua orang menikmati kawasan Bundaran Hotel Indonesia dan Tugu Selamat Datang dari ketinggian. Peresmian berlangsung pada Sabtu (15/10/2022) sore, di area komersial Halte Bundaran Hotel Indonesia. Rintik-rintik hujan mengiringi penandatanganan prasasti Halte Bundaran Hotel Indonesia dan tiga halte ikonik lain, yakni Halte Tosar, Halte Dukuh Atas, dan Halte Thamrin oleh Anies. Anies menuturkan, Halte Bundaran Hotel Indonesia unik karena memfasilitasi berbagai kegiatan. Halte ini melayani naik dan turun penumpang, banyak rute, pemberhentian yang terhubung dengan MRT, area komersial, dan anjungan menikmati kawasan Bundaran Hotel Indonesia dan Tugu Selamat Datang. ”Kami ingin agar kawasan ini bisa dinikmati dari ketinggian oleh siapa saja. Bukan hanya mereka yang makmur, tetapi di fasilitas milik Pemprov, rakyat bisa menikmati, seperti yang lain di kafe, restoran, dan hotel di sekitarnya,” tuturnya. Revitalisasi halte ikonik Bundaran Hotel Indonesia melengkapi pembangunan jalur pedestrian yang lebar supaya seluruh warga bisa menikmati kawasan Sudirman-Thamrin.
Menurut Anies, revitalisasi Halte Bundaran Hotel Indonesia peruntukannya bagi warga Jakarta yang menggunakan angkutan umum. Oleh karena itu, jangan timbul anggapan bahwa harus melakukan tap in dan tap out di halte untuk bisa menikmati kawasan Bundaran Hotel Indonesia dan Tugu Selamat Datang dari ketinggian. ”Datang bukan naik kendaraan pribadi terus tap in. Ini kesetaraan dalam wujud karya. Saya ingin sekali warga Jakarta menikmati sama dengan mereka yang berkemampuan. Itulah spirit dari rancangan ini,” ucapnya.
Transjakarta merevitalisasi 46 halte sejak April 2022. Revitalisasi mencakup empat halte ikonik, empat halte integrasi, dan sebanyak 38 halte biasa. Revitalisasi halte ikonik Bundaran Hotel Indonesia dan Tosari menjadi polemik karena bentuk bangunannya mengganggu visual Bundaran Hotel Indonesia dan Tugu Selamat Datang. Prosesnya juga dinilai tidak melalui diskusi atau pembicaraan dengan tim ahli cagar budaya dan tim sidang pemugaran DKI Jakarta. ”Halte Bundaran Hotel Indonesia sudah bisa dioperasikan sebagai bagian dari empat halte ikonik. Keberadaan taman pandang ke ikon Jakarta sebagai upaya membuat ruang ketiga,” ujar Direktur Utama Transjakarta Mochammad Yana Aditya. Taman pandang ini terletak di anjungan yang menghadap ke kawasan Bundaran Hotel Indonesia dan Tugu Selamat Datang. Bentuknya melingkar, berlantai kayu, berpelindung pagar kaca, dan baja tahan karat. Anjungan maksimal menampung 20 orang dalam waktu yang sama. Tertera pula larangan bersandar pada pagar pelindung.
Kepala Dinas Perhubungan Syafrin Liputo mengatakan, revitalisasi 46 halte merupakan bagian dari peningkatan pelayanan kepada warga dalam pemenuhan standar pelayanan minimal. Indikatornya ialah aspek keselamatan, keamanan, kenyamanan, keterjangkauan, keteraturan, dan kesetaraan. "Halte ikonik bagian dari jenyamanan. Revitalisasi halte hadirkan ruang ketiga tanpa kesampingkan layanan yang lebih baik dan prima di Jakarta," ucapnya. Pendapatan nontiket Revitalisasi halte merupakan salah satu upaya Transjakarta meraih pendapatan nontiket (non-farebox) sebesar 24 persen pada 2025. Upaya lainnya, yaitu penjualan hak penamaan halte bus, sertifikasi dan standardisasi pramudi, operator, serta pemerintah daerah. Direktur Pelayanan dan Pengembangan Transjakarta Lies Permana Lestari menyebutkan, revitalisasi halte merupakan upaya mengejar pendapatan nontiket dengan tetap mengedepankan pelayanan. Transjakarta berupaya menciptakan ruang publik bagi pelanggan supaya mobilitas terjaga dan tetap produktif. “Kami bukan komersialisasi ikon terbaik dari Jakarta saja, tetapi tingkatkan kenyamanan dan keamanan lebih kepada pelanggan. Target 24 persen masih dalam penyusunan anggaran. Belum bisa sampaikan angka pendapatannya,“ ucapnya seusai diskusi tentang menjaga keberlangsungan integrasi transportasi Jakarta, Jumat (14/10/2022). Baca Juga: Petang Terakhir Anies dan Ahmad Riza...
Transjakarta tengah menjajaki penjualan hak penamaan halte bus setelah revitalisasi, sertifikasi, serta standardisasi pramudi, operator, serta pemerintah daerah. Sertifikasi dan standardisasi itu bakal dikemas sebagai inovasi untuk pengembangan bisnis dan pendapatan nontiket.
Lies mengatakan, semua upaya tersebut tanpa mengesampingkan pelayanan. Misalnya, revitalisasi Halte Gelora Bung Karno yang kini lebih bagus, indah, dan nyaman. “Selain revitalisasi, kami usahakan tingkatkan layanan secara aset dan optimalkan untuk pendapatan nontiket. Coba kerja sama dengan perusahaan swasta atau badan usaha,“ katanya.