Ketergantungan warga Jakarta pada air tanah dan keterbatasan pasokan air merintangi upaya PAM Jaya mewujudkan target 100 persen cakupan air perpipaan pada 2030.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·4 menit baca
Masa transisi pengelolaan air bersih di Jakarta secara mandiri oleh PAM Jaya dari Aetra dan Palyja telah bergulir. Pekerjaan rumah sudah menanti di depan mata, yakni memutus ketergantungan warga Jakarta pada air tanah dan memastikan pasokan air.
Penggunaan air tanah masif di Ibu Kota. Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Energi DKI Jakarta, jumlah penggunaan air tanah sebesar 8,15 juta meter kubik pada tahun 2018 dan 6,69 juta meter kubik hingga September 2019 (1 meter kubik = 1000 liter). Sebagian warga sampai enggan beralih ke perpipaan lantaran mudah mendapatkan air tanah dan kondisinya bersih.
Try Mulyani (66) sudah memanfaatkan air tanah semenjak bermukim di Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan, medio 1980-an. Air dari sumur sedalam 20 meter miliknya jernih dan bersih sehingga memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya.
”Bersih, tidak mungkin habis, dan juga bisa dikonsumsi. Belum niat pindah ke air PAM,” katanya pada Minggu (9/10/2022).
Sama halnya dengan Sukmawati (44), warga Kelurahan Pondok Pinang, Jakarta Selatan. Keluarganya sudah memakai air tanah untuk konsumsi serta mandi-cuci-kakus sejak tahun 1978.
Air dari sumur sedalam 10 meter tersebut jernih, bersih, dan tidak beraroma. Bahkan, setiap lima tahun sekali ada pemeriksaan kadar air demi kesehatan mereka.
”Selama ini belum ada tawaran pindah ke air PAM. Kalau ada, belum tentu mau ikut karena air sumur bagus,” ucapnya.
Keengganan warga beralih ke air perpipaan itu menjadi tantangan PAM Jaya dalam mewujudkan target 100 persen cakupan air perpipaan pada 2030. Saat ini, cakupan pelayanan PAM Jaya sebesar 65,85 persen dengan jumlah pelanggan mencapai 913.913 pelanggan, kapasitas produksi 20.082 liter per detik, panjang pipa 12.075 kilometer, dan jumlah kehilangan air atau non-revenue water 46,47 persen.
”Saat ini, PAM Jaya terus menyosialisasikan peralihan dari air tanah ke air minum perpipaan. Eksploitasi air tanah dapat mengakibatkan penurunan muka tanah. Kualitas air tanah di Jakarta juga tidak terjamin secara kesehatan,” ucap Direktur Utama PAM Jaya Arief Nasrudin, Sabtu (8/10/2022).
Ada yang air mengalir satu atau dua jam saja. Harusnya air minum 24 jam. Kebutuhan setiap saat. Tugas penjabat gubernur untuk lebih berani bahwa sebelum 2025 kurangi setidaknya 50 persen ketergantungan air tanah.
Sosialisasi tersebut berjalan seiring dengan proses peralihan pengelolaan air minum perpipaan yang telah sampai pada masa transisi pengakhiran kerja sama sejak 1 Agustus 2022. Untuk memastikan proses peralihan pelayanan air minum perpipaan berjalan baik, PAM Jaya menggandeng konsultan due diligence atau uji tuntas yang merupakan kantor akuntan publik big four, yakni Ernst & Young.
Pasokan air
PAM Jaya juga menghadapi tantangan keterbatasan pasokan air untuk meningkatkan cakupan pelayanan. Upaya mengatasinya dengan pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM).
Pada 3 Januari 2022 telah ditandatangani nota kesepakatan antara Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tentang sinergi dan dukungan penyelenggaraan SPAM di Jakarta.
SPAM untuk memenuhi kebutuhan pasokan air warga Jakarta ialah SPAM Regional oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. SPAM itu terdiri dari SPAM Karian-Serpong berkapasitas 3.200 liter per detik untuk melayani 212.000 sambungan rumah (peningkatan cakupan 10 persen), SPAM Jatiluhur I berkapasitas 4.000 liter per detik untuk melayani 300.000 sambungan rumah (peningkatan cakupan 13 persen), dan SPAM Djuanda/Jatiluhur II berkapasitas 2.054 liter per detik untuk melayani 120.000 sambungan rumah (peningkatan cakupan 7 persen).
Selanjutnya SPAM DKI Jakarta, yakni SPAM Buaran III berkapasitas 3.000 liter per detik yang melayani 250.000 sambungan rumah (peningkatan cakupan 8,8 persen) dan SPAM Pesanggrahan berkapasitas 750 liter per detik yang melayani 45.000 sambungan rumah (peningkatan cakupan 2,7 persen).
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam siaran persnya, Sabtu (8/10/2022), menuturkan, Pemprov berkomitmen meningkatkan akses air bersih bagi warga dan mengupayakan biaya pengeluaran air dapat lebih rendah berkat adanya tarif air bersubsidi.
”Layanan air bersih semakin diperluas cakupannya dengan menyinergikan program pelayanan air, seperti membangun instalasi pengolahan air, membangun waduk untuk sumber air baku, hingga menyediakan mobil tangki dan kios air,” ujarnya.
Jakarta memiliki 150 kios air yang tersebar di lima kecamatan dengan permukiman padat, yaitu Penjaringan, Pademangan, dan Cilincing di Jakarta Utara serta Kalideres dan Cengkareng di Jakarta Barat.
Firdaus Ali, Staf Khusus Menteri PUPR Bidang Sumber Daya Air, mengatakan, ketergantungan pada air tanah tak terhindarkan lantaran kurangnya layananan air perpipaan. Cakupan PAM Jaya tergolong minim sebab belum tentu semua sambungan rumah mendapatkan air.
”Ada yang air mengalir satu atau dua jam saja. Harusnya air minum 24 jam. Kebutuhan setiap saat. Tugas penjabat gubernur untuk lebih berani bahwa sebelum 2025 kurangi setidaknya 50 persen ketergantungan air tanah,” katanya pada Senin (10/10/2022).
Rachmat Fajar Lubis, Ketua Kelompok Riset Interaksi Air Tanah, turut mendorong Pemprov menggunakan teknologi pengolahan air bersih yang murah dan terjangkau di tingkat kelurahan. Misalnya, dengan saringan air sesuai kebutuhan lokal, pemanenan air hujan untuk kebutuhan nonkonsumsi, dan banyak lagi.
Tidak mudah mewujudkan kemandirian air bersih di Jakarta. Namun, harus ada keberanian untuk mengejar target perubahan ke arah yang lebih baik.