32 Koridor BRT Disiapkan sebagai Pengumpan bagi Angkutan Rel di Jakarta
DKI Jakarta merencanakan pengembangan 32 koridor BRT untuk memperluas cakupan layanan.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dinas Perhubungan DKI Jakarta berencana mengembangkan 19 koridor bus rapid transit atau BRT sehingga total DKI Jakarta akan memiliki 32 koridor BRT. Koridor BRT akan menjadi jaringan feeder atau pengumpan bagi angkutan umum berbasis rel di Jakarta.
Hal itu mengemuka dalam diskusi bertema ”Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) 2022 dan Masa Depan Transportasi Publik di Jakarta” yang digelar Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ), Rabu (28/9/2022). Hadir sebagai pembicara Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo dan pengamat perkotaan Yayat Supriyatna.
Menurut Syafrin, mengacu pada Rencana Induk Transportasi Jabodetabek, pengembangan dan pembangunan angkutan umum massal dirancang saling terintegrasi. Perencanaan jaringan angkutan umum massal itu tertuang dalam RDTR DKI Jakarta 2022.
Angkutan umum massal berbasis rel tetap menjadi tulang punggung atau backbone dalam sistem angkutan umum. Sebagai angkutan feeder atau angkutan pengumpan bagi angkutan berbasis rel adalah jaringan BRT Transjakarta.
Dalam RDTR 2022, Dinas Perhubungan DKI Jakarta akan mengembangkan jaringan koridor BRT hingga total 32 koridor. ”Akan ada tambahan 19 koridor,” kata Syafrin.
Satu koridor yang sedang dikembangkan adalah Koridor 14 Senen-Jakarta International Stadium (JIS). Koridor-koridor BRT lainnya akan dikembangkan bersamaan dengan pengembangan jaringan angkutan umum berbasis rel.
Dalam perencanaan, LRT Jakarta yang saat ini masih sepanjang 5,8 kilometer (km) akan ada tambahan 55 km. Di antaranya meliputi rute perpanjangan LRT dari Pegangsaan ke JIS, juga dari Velodrome ke Halim.
Selain itu, MRT Jakarta yang saat ini baru sepanjang 16 km juga akan ada tambahan 63 km. Tambahan panjang jalur MRT Jakarta itu nantinya dari pengembangan Koridor 3 East-West, juga Koridor 4 Fatmawati-TMII. Selain itu juga akan ada penambahan jaringan perkeretaapian perkotaan di Jakarta sepanjang 77,5 km.
Pengembangan koridor BRT lainnya akan dilakukan manakala jaringan angkutan massal berbasis rel selesai dibangun. Dari koridor BRT yang ada akan dilakukan penyesuaian. ”Ini dilakukan dengan tetap mengedepankan jaringan angkutan massal berbasis rel sebagai backbone,” kata Syafrin.
Pengembangan jaringan angkutan umum massal yang terintegrasi juga akan didukung dengan pengembangan kawasan berorientasi transit atau transit oriented development (TOD). Dinas Perhubungan DKI Jakarta mengidentifikasi ada 24 kawasan transit baru di jalur-jalur jaringan angkutan umum dan menambah kawasan TOD yang saat ini ada lima titik.
Pengembangan TOD, menurut Syafrin, juga merupakan bagian dari perubahan paradigma pengelolaan angkutan umum di Jakarta dari semula car oriented development (COD) menjadi TOD. Dengan TOD, kawasan itu direncanakan menjadi kawasan yang kompak dengan adanya bangunan fungsi campuran atau mixed use, mulai dari hunian vertikal, perkantoran, ruang terbuka hijau, ruang terbuka, area pejalan kaki, hingga jaringan angkutan umum.
Dengan pengelolaan kawasan transit, diharapkan mobilitas warga efisien. Tidak hanya dari waktu, tetapi juga dari biaya.
”Mereka cukup berjalan ke simpul transportasi di mana kawasan hunian vertikal ada. Dengan demikian, efisien dari waktu dan biaya,” kata Syafrin.
Yayat menilai, perencanaan demikian membuat RDTR DKI 2022 mengarah ke pengelolaan berorientasi transit.
Ketua DTKJ Haris Muhammadun menyatakan, diskusi diselenggarakan untuk mendapatkan masukan-masukan dalam pengelolaan transportasi di Jakarta.
”Ketika ada perubahan-perubahan, ada rekomendasi DTKJ. Apalagi Jakarta mulai melakukan pembangunan transportasi untuk bisa mencapai moda share penumpang atau jumlah pengguna angkutan umum 60 persen,” kata Haris.