Anies Baswedan: Nama Masa Lalu, Konsep Masa Depan di Kota Tua
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berharap revitalisasi Kota Tua mengubah masyarakat lebih modern dengan lebih mengandalkan transportasi umum.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Area pejalan kaki dan pembangunan transportasi massal yang meluas di kawasan Wisata Kota Tua, Jakarta Utara, merepresentasikan masa depan Jakarta. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berharap revitalisasi Kota Tua mengubah kultur masyarakat.
Sabtu (10/9/2022) sore, Anies meresmikan pembukaan kembali kawasan Kota Tua. Sebelumnya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memperbaiki jalur pejalan kaki dan mengelola sistem lalu lintas jalan di kawasan seluas 600 hektar tersebut. Hal ini karena sejak tahun lalu, kawasan cagar budaya itu menjadi kasus percontohan zona rendah emisi.
”Kami namai kawasan ini Batavia, merupakan tempat penuh sejarah. Tapi, datang ke sini tidak hanya untuk melihat masa lalu, tetapi juga untuk melihat masa depan, masa depan kota modern. Apa itu masyarakat modern sebuah kota? Masyarakat yang mengandalkan transportasi, masyarakat yang menjalankan mobilitas bebas emisi,” tuturnya.
Dalam acara itu, turut hadir Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Direktur Utama PT MRT Jakarta M Aprindy, dan Duta Besar Jepang untuk Indonesia Kanasugi Kenji. Mereka juga turut meresmikan peletakan batu pertama pembangunan MRT Fase 2A di titik Harmoni–Sawah Besar, Jakarta Barat.
Anies memaparkan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga berkolaborasi dengan badan usaha milik negara (BUMN) dan Tentara Nasional Indonesia sebagai pemilik aset di kawasan itu. Mereka sejauh ini juga telah membangun dan merevitalisasi daerah sekitar Kota Tua, antara lain, permukiman vertikal di Kampung Aquarium, Kampung Kunir, Pasar Hexagon, Kali Besar, dan daerah pengendalian banjir kanal di Museum Bahari.
Pembangunan ini, kata Anies, tidak hanya diharapkan bisa mempercantik daerah dekat pesisir Jakarta itu dan menarik semakin banyak pelaku usaha. Proyek percontohan di daerah Kota Tua juga bertujuan mengubah peradaban masyarakat, khususnya dalam hal bertransportasi yang akan dilengkapi kehadiran moda kereta MRT.
”Kehadiran MRT bisa jadi media pendidikan, pembiasaan tertib, tepat waktu, tidak ada sampah. Ini alat untuk menumbuhkan kebudayaan, peradaban, masyarakat modern,” ujarnya.
Pembangunan MRT
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mendukung Pemprov DKI Jakarta yang berkolaborasi dengan MRT Jakarta untuk memperluas jangkauan transportasi massal. Saat ini MRT masih mengerjakan pembangunan Fase 2A dari daerah Bundaran HI ke Kota Tua.
”Saya apresiasi Pemprov DKI yang mau bekerja sama dengan pemerintah pusat dan dengan bantuan Pemerintah Jepang membangun angkutan massal ini. Suatu saat kita akan dapatkan angkutan umum jauh lebih besar dari kendaraan pribadi. Kita pun bisa berhemat puluhan triliun, belum dari berkurangnya polusi dan kemacetan,” ucapnya.
Direktur Utama PT MRT Jakarta M Aprindy melaporkan, pembangunan Fase 2A MRT Jakarta terdiri atas tiga paket pekerjaan. Tahap pertama meliputi lintasan sepanjang 2,6 km dari Bundaran HI yang sudah mencapai 42,7 persen. Paket berikutnya, di lintasan sepanjang 1,3 km yang melalui Glodok hingga Kota Tua, yang sudah mencapai 15 persen.
”Dengan dimulainya pengerjaan paket 202, akan menghubungkan Harmoni hingga Sawah Besar sepanjang 1,8 km. Tiga paket ini seluruhnya membangun stasiun bawah tanah. Kolaborasi kami dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan dinas terkait akan ikut menghadirkan ruang ketiga di Kota Tua, kota masa depan dengan prinsip berkelanjutan," tuturnya.
Budi menambahkan, pihaknya mendukung MRT melanjutkan pembangunan Fase 2B yang akan berakhir di kawasan Ancol, kemudian pembangunan MRT melintasi daerah barat hingga timur Jakarta.
Perluasan ini diharapkan mengalihkan masyarakat dari penggunaan kendaraan pribadi. Belakangan setelah kasus Covid-19 mereda, MRT telah digunakan rata-rata 55.000 penumpang per hari. Sejak MRT beroperasi di Maret 2019, secara kumulatif, ada 51 juta penumpang yang sudah memanfaatkan MRT.