Desa Ketapang di Kabupaten Tangerang Menuju Panggung Dunia
Desa Ketapang, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang, Banten, bersalin dari kumuh jadi tertata dan bakal unjuk gigi dalam pertemuan Partnerships in Environmental Management for the Seas of East Asia pada Oktober 2022.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·4 menit baca
Kemiskinan dan kerusakan lingkungan menjadi wajah pesisir Kabupaten Tangerang, Banten. Sepanjang 51 kilometer garis pantainya terhampar beragam masalah, seperti abrasi, banjir rob, sampah, kerusakan mangrove, dan rumah tidak layak huni.
Berbagai program pembangunan pun bergulir satu dekade terakhir di kawasan pesisir yang menjadi prioritas, yakni Desa Kronjo, Desa Surya Bahari, Desa Tanjung Pasir, Desa Marga Mulya, dan Desa Ketapang. Program itu meliputi gerakan bersama rakyat atasi kawasan padat, kumuh, dan miskin; gerakan pembangunan masyarakat pantai; Tangerang mandiri tahan pangan; pembangunan koperasi dan usaha mikro, kecil, dan menengah; serta program aksi kreatif dan inovatif. Perlahan, penataan di kawasan pesisir itu mulai membuahkan hasil.
Desa Ketapang di Kecamatan Mauk menjadi contohnya. Kawasan pesisir kumuh seluas 26,9 hektar ini perlahan bersalin jadi tertata dan bakal unjuk gigi dalam pertemuan dua tahunan Partnerships in Environmental Management for the Seas of East Asia (PEMSEA) pada Oktober 2022. PEMSEA merupakan Organisasi Kemitraan Pengelolaan Laut dan Pesisir Negara-negara di Asia Timur. Anggotanya 53 kota pesisir dari Jepang, Korea Selatan, China, Laos, Filipina, Singapura, Timor Leste, Vietnam, Malaysia, Kamboja, dan Indonesia.
”Desa Ketapang didera abrasi. Kondisi lautnya penuh sampah, limbah, polusi, dan lumpur," ujar Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar ketika mengunjungi Redaksi Kompas di Jakarta, Jumat (2/9/2022).
Kerusakan pesisir
Pemkab Tangerang dan Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan IPB University dalam kajiannya mencatat, laju abrasi pesisir pantai dari 95 hektar menjadi 579 hektar dalam kurun 1995-2015. Sementara upaya penanganan lewat penanaman mangrove menunjukkan hasil positif. Citra satelit menunjukkan pertumbuhan hutan mangrove dari 79,8 hektar menjadi 121 hektar dalam lima tahun terakhir.
Zaki sebagai Wakil Presiden PEMSEA Network of Local Government menuturkan, medio 1980-1990 banyak tambak udang di pesisir pantai. Namun, akhir 1990 tak lagi produktif karena kerusakan lingkungan sehingga petambak beralih ke tambak bandeng.
”Bandeng cuma bertahan sampai tahun 2000 karena kondisi air jelek. Ikan jadi stunting, ekonomi warga terdampak,” kata Zaki.
Situasi tersebut membuat sebagian dari 332 keluarga di Kampung Pelelangan, kampung nelayan di Desa Ketapang, hidup dalam kesulitan. Kondisi kian sulit bagi sebagian warga yang tinggal menumpang di tanah milik orang lain, tinggal di rumah tidak layak huni, serta kondisi lingkungan yang buruk.
Sejak tahun 2014, pemerintah dan warga mulai menata kawasan pesisir. Sungai di muara dinormalisasi dengan tetap mempertahankan keberadaan kawasan. Ada pembenahan infrastruktur dan penyediaan perpipaan untuk air bersih di situ.
”Sejak 2014 mulai tanam mangrove. Berlanjut normalisasi sungai, menata rumah yang tak beraturan, kami relokasi, buatkan kios UMKM. Setelah ditata jadi tempat wisata sekaligus edukasi sejak 2018,” ucap Ketua DPD Golkar DKI Jakarta itu.
Unjuk gigi
Sejak tahun 2014, Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang mulai menanam mangrove di pesisir. Salah satunya di Ketapang Aquaculture, Mauk, seluas 14,5 hektar.
Setidaknya sudah ada penanaman 1,2 juta mangrove. Sebanyak 300.000 penanaman berlangsung di Mauk. Jenis mangrovenya, yakni Rhizopora stilossa, Avicienna marina, Bruguiera cylindrica, Sonneratia casiolaris, Ceriop tagal, Xylocarpus granatum, Lumnitzera racemosa, dan Nypa fruitican.
Kepala Seksi Teknologi Hasil Perikanan Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang Hari Mahardika menyebutkan, kualitas air menjadi lebih baik sejak ada mangrove. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya Tachipleus gigas atau ketam tapak kuda.
Hewan purba yang disebut mimi atau belangkas tersebut dilindungi. Di sisi lain, tambak bandeng dan udang windu tradisional kian berkembang, sudah mencapai puluhan hektar.
”Kalau tambak udang baru ada 6, dan 2 yang ditiru oleh masyarakat. Udang untuk percontohan bahwa begitu lingkungan sehat bisa untuk peningkatan ekonomi masyarakat dan tidak direncanakan untuk skala besar,” tutur Hari.
Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang juga melatih warga untuk budidaya rumput laut di Desa Ketapang. Luasannya mencapai 15 hektar. Warga turut diajarkan kerajinan tangan hiasan dari alga.
Selain konservasi lingkungan dan pemberdayaan ekonomi, Pemkab Tangerang memenuhi kebutuhan infrastruktur dasar warga, yakni rumah layak huni, sanitasi sehat, air bersih, dan lainnya.
Merujuk Data Rumah Tangga Miskin Kecamatan Mauk, ada 6.750 rumah tangga miskin dari 28.607 keluarga di 12 desa.
Secara keseluruhan, angka kemiskinan di Kabupaten Tangerang yang berpenduduk 3,2 juta jiwa mencapai 6,23 persen. Pendapatan per kapita warga miskin rata-rata Rp 520.741.
Dihubungi secara terpisah, Camat Mauk Arif Rahman mengatakan, pemerintah daerah menjalankan gerakan bersama rakyat atasi kawasan padat, kumuh, dan miskin. Gerakan itu dilakukan bekerja sama dengan swasta. Dalam program yang sudah berlangsung empat tahun ini pemerintah memediasi warga dengan pemilik lahan supaya bisa membeli lahan untuk bedah rumah.
Namun, selama pandemi Covid-19 ada kendala pengalihan anggaran untuk penanganan pandemi. ”Total sampai dengan tahun 2021 sudah 854 rumah yang tertangani di Mauk. Itu dari 1.049 rumah yang ditetapkan tidak layak huni tahun 2017,” ujar Arif.
Desa Ketapang di Mauk menunjukkan penataan lingkungan sambil memberdayakan warga. Model ini bisa menjadi contoh penataan kawasan pesisir lainnya.