Kota Tangerang di Banten mengembangkan wisata air di Kali Sipon. Saluran irigasi yang jarang diperhatikan warga.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·4 menit baca
Perahu berwarna merah, putih, kuning, hijau, dan biru dengan ujung runcing wara-wiri di Kali Sipon, Kota Tangerang, Banten. Keberadaan perahu yang disebut kano ini menarik perhatian warga yang melintas ataupun beraktivitas di alun-alun, persis di seberang kali, Sabtu (20/8/2022) pagi.
Setiap perahu dinaiki dua sampai empat orang. Lelaki berpakaian hitam duduk paling belakang sambil mengayuh kano sejauh 50 meter hingga 100 meter.
Semua orang yang duduk di dua bangku di depannya mengenakan pelampung berwarna oranye. Mereka menyemangati dan mengarahkan si pengayuh, sambil sesekali berswafoto.
Setelah cukup wara-wiri, kano kembali ke selter alun-alun untuk bersandar. Lelaki berpakaian hitam menahan kano, dua rekannya yang juga berpakaian hitam menyambut tangan orang-orang berpelampung.
Mereka kegirangan setelah menjajal kano. Kata terima kasih berulang kali terlontar. Beberapa bahkan mengajak lelaki berpakaian hitam untuk berswafoto sebelum pergi.
Belasan lelaki berpakaian hitam ialah tim Brigade 1016 atau petugas taman dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang. Mereka bertugas mengatur antrean, memastikan warga mematuhi aspek keamanan dan keselamatan, mengayuh kano, mengawasi sepanjang jalur, dan merawat kano.
Wisata air
Tiga pelajar berpakaian joging, sepasang kekasih, dan suami istri bersama dua anak datang ke selter alun-alun. Petugas mengarahkan mereka untuk mendaftar ke mobil loket di muka alun-alun.
Ada dua petugas yang sigap mendata nama, alamat, dan nomor kontak. Setelahnya mereka menyerahkan nomor antrean dan brosur berisi peta wisata Kota ”Benteng” Tangerang dan penjelasan singkat.
Dari loket, mereka kembali ke selter alun-alun tempat kano bersandar. Petugas mengecek nomor antrean, menyerahkan pelampung, kemudian menjelaskan tentang keamanan dan keselamatan.
”Mau dikayuh petugas kami atau kayuh sendiri,” tanya seorang petugas kepada mereka.
Tiga pelajar dan sepasang kekasih memilih mengayuh sendiri kanonya, sementara satu keluarga dibantu oleh petugas.
Satu per satu dari mereka kemudian dipandu naik ke kano. Sejurus kemudian kano membelah kali yang merupakan saluran irigasi sedalam kurang dari 1 meter dengan kondisi air kecokelatan dan bersedimen lumpur. Namun, airnya tidak berbau.
”Kami ikut pelatihan dayung sama ahlinya. Jadi, sudah tahu teknik kayuh dan perawatan kano,” ujar Indra (31), salah satu petugas kayuh kano.
Tersedia lima kano untuk wisata kano di Kali Sipon setiap Sabtu dan Minggu. Operasionalnya melibatkan 26 petugas yang terbagi dalam dua tim mulai pukul 08.00 hingga 11.00.
Ramai
Selain di selter alun-alun dan mengayuh, sebagian petugas berjaga-jaga di tepi saluran. Mereka mengamati pergerakan kano dan penggunanya.
Berulang kali petugas mengarahkan mereka yang mengayuh sendiri supaya kanonya tak hanya berputar di tempat. Juga memastikan supaya kano tak menabrak turap atau berbenturan.
Hartono (40) dari Grogol, Jakarta Barat, yang datang bersama keluarga, puas menjajal kano. Anak-anaknya kegirangan bisa naik kano di tengah kota, bukan di tempat khusus wisata.
”Istri lihat dari Instagram, terus anak-anak mau coba. Pikirnya bayar, ternyata gratis. Bagus ini, lokasi dan lingkungan jadi bersih juga, kan,” ucap Hartono.
Semenjak wisata kano beroperasi pada Sabtu (23/7/2022), Kali Sipon selalu ramai setiap Sabtu dan Minggu. Warga Tangerang dan luar kota berdatangan menjajal wisata air sejauh 50 meter hingga 100 meter melewati jembatan lengkung.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang mencatat setidaknya 1.000 orang telah menjajal kano di Kali Sipon. Jumlah kunjungan mencapai 150-250 orang setiap Sabtu dan Minggu.
Evaluasi
Animo warga, aspek keamanan dan keselamatan, serta pengembangan wisata air menjadi evaluasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang. Upaya itu supaya wisata kano bisa berlanjut.
Kepala Bidang Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang Adrial Karami menyebutkan, satu bulan ini masih dalam tahap pengenalan wisata kano kepada masyarakat luas. Sejauh ini, setiap Sabtu dan Minggu selalu terjadi antrean antara naik dan turun warga karena bobot angkut satu kano hanya maksimal 150 kilogram atau 4 orang.
”Kami rencanakan tambah lima gondola. Lebih panjang, bisa angkut lebih banyak orang, tetapi bentuknya disesuaikan supaya aman, apalagi ada anak-anak,” ucapnya.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang juga berencana menempatkan kano atau gondola di tepi Kali Sipon sebagai spot foto. Dengan begitu, warga yang takut turun ke air tetap bisa menjajal kano atau gondola di darat.
Rencana lainnya, yaitu jam operasional hingga malam hari. Uji coba selama dua kali menunjukkan hasil yang baik, dengan catatan perlu menambah pencahayaan dari lampu jalan.
”Sejauh ini masih gratis. Ke depannya masih tunggu hasil evaluasi karena ada biaya pemeliharaan kano. Sudah dua kali tambal kano karena tabrak turap,” katanya.
Wisata kano di Kali Sipon merupakan terobosan di tengah kebutuhan warga terhadap aktivitas di ruang publik. Memanfaatkan animo, memperhatikan aspek keamanan dan keselamatan, serta pengembangan wisata secara serius penting supaya berkelanjutan.