WNA Jepang Pekerja Proyek MRT Jakarta Jadi Korban Perampasan di Tambora
Dua pelaku menodong korban menggunakan celurit. Pekerja proyek MRT Jakarta itu sedang berjalan kaki menuju apartemennya usai lembur kerja.
Oleh
ERIKA KURNIA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Seorang warga negara asing asal Jepang menjadi korban perampasan dengan kekerasan pada Senin (13/6/2022) dini hari di Jalan Malaka, Kelurahan Roa Malaka, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat. Dua pelaku bersenjata tajam telah dibekuk polisi, dua belas jam setelah dilaporkan.
Kapolres Metro Jakarta Barat Komisaris Besar Pasma Royce mengatakan, korban bernama Satomi Oki (34) merupakan pekerja proyek MRT Jakarta. Sementara itu, pelaku terdiri atas dua orang berinisial NA alias Tole (22) dan MFR (20).
"Pelaku melakukan aksi penodongan dengan menggunakan senjata tajam jenis celurit terhadap seorang pekerja di MRT berwarganegaraan Jepang," ungkapnya dalam konferensi pers di Mapolsek Tambora, Selasa (14/6/2022).
Korban diketahui hendak pulang ke apartemennya di daerah Glodok, Jakarta Barat, dengan berjalan kaki setelah lembur kerja. Kedua pelaku yang bersepeda motor mengincar dan mencoba merampas tas korban setelah turun dari kendaraan mereka.
Saat korban mencoba melawan, MFR membalas melukai korban dengan senjata tajam berupa celurit. MFR menyabetkan celurit sekali ke kepala korban hingga mengakibatkan luka robek. Kedua pelaku itu kabur membawa pergi tas korban yang berisi telepon seluler Iphone 12 dan uang tunai sebesar Rp 700.000.
Pada pagi harinya, kejadian dilaporkan ke Polsek Tambora. Kurang dari 12 jam, polisi meringkus kedua pelaku. Pelaku berinisial NA alias Tole diketahui berprofesi sebagai tukang juru parkir di daerah Jalan Kali Besar, Tambora. "Guna mempertanggungjawabkan perbuatannya pelaku dikenakan pasal 365 KUHP," katanya.
Pakar kriminilitas Universitas Indonesia (UI), Muhammad Mustofa, berpendapat, begal atau pencuri yang mengancam dengan kekerasan beraksi karena ada motif ekonomi. Aksi membegal yang dilakukan pelaku remaja seperti kasus-kasus tersebut juga kemungkinan tidak jauh dari motif ekonomi.
”Mereka kemungkinan ingin mempunyai uang untuk kebutuhan sesuai tututan teman sebayanya. Aksi ini dilakukan berkelompok dengan tujuan mendapatkan uang," kata Mustofa (Kompas.id, 12/5/2022). Baca juga: Begal yang Tak Kenal Sesal