Sesuai Prediksi, Tanah Ambles Itu Pun Melanda Pancoran
Sebelumnya, BPBD DKI sudah memperingatkan ada potensi tanah ambles di 10 kecamatan di Jakarta, termasuk di Pancoran. Longsor pun bukan pertama kali ini saja terjadi di sekitar Pengadegan, Pancoran, Jakarta Selatan.
Oleh
ERIKA KURNIA
·5 menit baca
Tepi akses masuk ke Apartemen Riverside di Pengadegan, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan, yang berbatasan dengan Sungai Ciliwung, longsor. Kejadian longsor itu bukan yang pertama kali terjadi di sekitar daerah tersebut.
Senin (11/4/2022) sekitar pukul 17.50, seorang penjaga loket karcis parkir motor yang tengah bertugas mendengar derakan dari sisi pinggir kelokan sungai. Sungai Ciliwung memang membatasi akses utama dan satu-satunya pintu masuk mobil ke Apartemen Riverside. Suara derakan yang mengalahkan suara hujan deras pada sore itu pun membuat si penjaga loket lari terbirit ke jalan.
”Dia awalnya dengar suara, terus lihat pohon roboh. Habis itu langsung tanah di sekitarnya ambles,” kata seorang anggota sekuriti apartemen yang mendengar kesaksian penjaga loket tersebut, Selasa (12/4/2022). Penjaga loket tersebut pada Selasa siang sedang tidak bertugas.
Tanah ambles itu membujur sekitar 20 meter di pinggir akses jalan yang lebarnya sekitar 10 meter. Tanah dan pohon pun ambrol hingga menutupi lebih dari setengah lebar sungai di bawahnya.
Adapun permukaan jalan lebih tinggi dari permukaan sungai dengan jarak sekitar 10 meter. Longsoran tanah itu pun menelan sekitar enam sepeda motor dan tiang lampu yang saat ini belum dievakuasi. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu.
Diaz (16), warga apartemen, mengatakan, sepeda motor yang menjadi korban longsor adalah milik penghuni apartemen yang tidak kebagian lahan parkir. Namun, beberapa sepeda motor itu tidak dipakai sehingga lama dibiarkan di lokasi kejadian hingga berkarat.
Berdasarkan pengamatannya, pinggiran jalan beraspal yang longsor itu telah turun sejak akhir tahun lalu. Ia juga khawatir melihat retakan aspal yang berurat di jalan menuju apartemen. ”Kemarin sore waktu saya lewat sini, sudah punya feeling kayaknya sebentar lagi bakal longsor,” ujar Diaz.
Saya besar di sini dan dulu sebelum ada apartemen, tempat ini pohon semua. Ada duku, salak, nangka, dan lain-lain. Ternyata sekarang begini dan baru banyak kejadian longsor.
Kemarin, bangunan loket sudah dibongkar dan jalur masuk motor di sisi sungai ditutup dengan pembatas kerucut. Namun, warga tetap bisa berlalu lalang menengok longsoran.
Instansi terkait, seperti Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Selatan, Kecamatan Pancoran; Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta; serta Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), mendatangi lokasi kejadian.
Fajar, pegawai BBWSCC yang datang Selasa siang, menjelaskan, selain faktor hujan, daerah yang longsor kemungkinan disebabkan tekanan arus tinggi karena tikungan luar sungai. Selain itu, adanya saluran pembuangan air yang menggantung di turap yang membatasi setengah tebing bantaran sungai membuat tanah di sekitarnya labil.
”Kita lihat di tengah tebing ini ada saluran pembuangan air yang enggak berujung langsung ke sungai. Tanah di balik turap sungai ini jadi sering basah atau jenuh. Longsor ini kemungkinan dari situ juga,” tuturnya.
Aan dari bagian Humas PT Graha Rayhan Tri Putra, pengembang Apartemen Riverside, mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan pihak terkait untuk penanggulangan. Hal yang sama juga disampaikan Hifzillah, Lurah Pengadegan.
”Perbaikan sementara pasang terpal. Mengenai nanti siapa yang akan membangun kita lihat lagi. Kalau dinas di DKI enggak mungkin karena itu masuk Sungai Ciliwung yang ditangani Kementerian (PUPR),” tuturnya.
Longsor di bantaran Sungai Ciliwung di sekitar lokasi tersebut ternyata bukan pertama kalinya. Bantaran kali di sisi barat dan timur lokasi bencana itu juga pernah longsor dalam kurun waktu lima tahun terakhir.
Pengembang apartemen menyebut, pada 2015, sisi timur lokasi longsor kini juga pernah ambrol. ”Kejadian waktu itu karena hujan juga dan tidak ada kerugian besar. Setelah itu kami beri pagar permanen dan garis sempadan sungai sudah diperbaiki BBWSCC setelah kami bersurat ke mereka,” katanya.
Tahun 2020, longsor juga terjadi di tanah sisi barat lokasi longsor kini. Kejadian itu menyusul longsornya pagar pembatas Kompleks Perumahan DPR yang berjarak beberapa puluh meter dari gerbang masuk apartemen pada 2018.
Setelah kejadian itu, BBWSCC membangun turap yang lebih tinggi hanya sampai titik longsor tahun 2020 dan selesai belum lama ini. Warga juga membangun pagar bambu untuk membatasi jalan dengan sempadan sungai.
Raul (46), warga sekitar, berharap pihak yang bertanggung jawab dapat membangun turap yang lebih baik dan memperhatikan peruntukan lahan di kawasan tersebut.
”Saya besar di sini dan dulu sebelum ada apartemen, tempat ini pohon semua. Ada duku, salak, nangka, dan lain-lain. Ternyata sekarang begini dan baru banyak kejadian longsor,” ujarnya.
Hifzillah mengaku pihaknya sudah mematuhi pembagian wilayah-wilayah garis sempadan sungai oleh pemerintah daerah, seperti wilayah yang boleh dijadikan lahan pembangunan dan yang tidak boleh. Kelurahan juga mendukung rencana program normalisasi sungai.
”Rencana normalisasi ini, kan, fungsinya untuk menghijaukan dari hulu ke hilir. Dari Lenteng Agung, Pejaten Timur, Rawa Jati, bahkan di Cikoko sudah ada turap. Di Tanjung Barat juga akan ada jalan inspeksi,” katanya.
Pada awal April 2022, BPBD DKI Jakarta menganalisis, Pancoran menjadi salah satu dari sepuluh kecamatan di wilayah DKI Jakarta yang rentan mengalami pergerakan tanah dan tanah longsor. Selain itu, ada Kecamatan Cilandak, Jagakarsa, Kebayoran Baru, Kebayoran Lama, Mampang Prapatan, Pasar Minggu, Pesanggrahan, Pasar Rebo, dan Kramat Jati.
”Gerakan tanah masuk dalam kategori menengah,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta Isnawa Adji (Kompas.id, 6/4/2022).
Gerakan tanah ini salah satu bentuknya adalah tanah longsor. BPBD DKI Jakarta mencatat, sepanjang 2017 hingga 2021 ada 57 kejadian tanah longsor yang tersebar di berbagai lokasi di Jakarta. Isnawa menjabarkan, mayoritas kejadian tanah longsor terjadi karena intensitas curah hujan yang tinggi pada lokasi yang berada di sekitar kali atau sungai.
Paling banyak terjadi di wilayah Jakarta Selatan dengan 34 kejadian dan Jakarta Timur 21 kejadian. Adapun untuk wilayah kelurahan yang paling banyak terjadi adalah Srengseng Sawah dengan 6 kejadian dan Ciganjur dengan 4 kejadian.
Publik pun kini berharap agar ada program jelas untuk mengantisipasi bencana longsor tersebut di Jakarta.