Anna dari Kiev Membawa Pesan Perdamaian di Jakarta
Anna de Kiev berdiri dengan mendekap buku di Taman Cattleya. Ia membawa pesan persahabatan, menghargai, kerja sama, dan saling belajar menjadi jawaban untuk masa depan yang lebih baik. Perang jelas tidak disarankan.
Oleh
ERIKA KURNIA
·5 menit baca
Hawa sejuk dibawa oleh angin yang berembus melewati pepohonan, semak, dan rerumputan terawat di Taman Cattleya, Jakarta Barat. Ringan dan damai langsung dirasakan begitu orang menjejakkan kaki di ruang terbuka hijau seluas 31.945 meter persegi itu. Padahal, Cattleya dikelilingi jalan raya yang ramai dan gedung-gedung perkantoran menjulang tinggi.
Walaupun masih pertengahan minggu, warga silih berganti mendatangi taman ini pada Rabu (9/3/2022) siang kemarin. Sebagian dari mereka datang untuk berolahraga, sebagian lagi berpiknik di atas rerumputan hijau berpayung pohon rimbun, ada juga anak-anak yang menanti kesempatan untuk mandi di air mancur.
Ketenteraman itu juga yang setia menyelimuti Anna Yaroslavna. Dengan jubah dan mahkota dari rangkaian kembang berkelopak lima, gadis kecil berambut ikal itu mendekap sebuah buku di depan dada dengan kedua tangan. Ia berdiri mematung di taman itu menikmati setiap kunjungan warga Ibu Kota di Cattleya.
Jika Anna di Cattleya ini adalah manusia dan masih bernapas, ia tentu sangat sedih mengetahui kondisi Kiev, kota tempat asalnya di Ukraina, saat ini. Ibu kota negara di Eropa Timur itu telah menjadi medan perang sejak akhir Februari. Pemberitaan mengabarkan, warga setempat hidup dalam kekacauan yang dipicu serangan dari negara tetangganya, Rusia. Sebagian dari mereka memilih kabur, sebagian lagi sukarela membentengi diri dengan senjata untuk melawan serangan musuh.
Kami berkomitmen bahwa Patung Anna ini bukan hanya menjadi simbol Sister City, melainkan juga simbol yang membawa misi perdamaian dunia. ( Yudi Hermawan)
Pengunjung Taman Cattleya pun banyak mengetahui hal tersebut. Winda, misalnya, sangat prihatin dengan kondisi warga di Ukraina yang bisa menjadi korban perang. ”Kasihan dengan anak-anak dan warga di sana. Kalau enggak salah WNI juga ada yang masih terjebak di sana. Bagaimana kalau (perang) itu terjadi sama kita di sini,” ujar warga Duri Kepa, Jakarta Barat, itu.
Marlina, pengunjung asal Tomang, turut bersimpati dengan kondisi warga di Ukraina. ”Di sini saya masih bisa berlibur sama keluarga, luangkan waktu untuk main sama anak. Bagi ibu-ibu di sana, aktivitas seperti ini pasti sudah enggak terpikir lagi. Bisa nempel terus sama keluarga pasti sudah jadi barang mewah,” ujarnya.
Energi simpati itu sayangnya tidak sampai kepada Anna yang berdiam di sisi timur laut taman. Baik Winda maupun Marlina bahkan tidak tahu keberadaan patung Anna yang kalah dengan patung perlambang angsa Saraswati warna putih yang lebih besar di sampingnya. Padahal, Patung Anna dari Kiev hadir untuk membawa pesan persahabatan dan perdamaian.
Perdamaian dan kekerabatan
Yudi Hermawan, Kepala Bagian Kerja Sama Luar Negeri Biro Kerja Sama Daerah Provinsi DKI Jakarta menjelaskan, Patung Anna dari Kiev atau dalam sebutan lain Anne de Kiev atau Anne de Kyiv merupakan hadiah pemberian dari Kota Kiev kepada Jakarta. Patung setinggi 140 sentimeter itu diberikan saat Jakarta berulang tahun ke-492 pada 2019.
Hadiah itu disampaikan langsung oleh Wakil Wali Kota Kiev Khonda Maryna dan Duta Besar Ukraina untuk Republik Indonesia Volodymyr Pakhil kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di Balai Kota Jakarta pada Jumat, 21 Juni 2019.
Saat itu, patung Anna juga menandai 12 tahun kekerabatan Jakarta dan Kiev dalam kerja sama Sister City. Sister City adalah kerja sama antardua kota yang setara dalam posisi administrasi, tetapi berbeda negara, dengan tujuan berbagi pengalaman pengelolaan kota dan menjalin kontak sosial antarpenduduk.
”Kami berkomitmen bahwa Patung Anna ini bukan hanya menjadi simbol Sister City, melainkan juga simbol yang membawa misi perdamaian dunia,” kata Yudi saat dihubungi per telepon.
Patung Anna ini adalah versi abadi sosok Anna yang hidup dari tahun 1032 hingga tahun 1075 Masehi. Ia putri Yaroslav I (1019), orang bijak yang memiliki sebutan Pangeran Agung Kiev. Ibu Anna adalah Putri Ingigerdi dari Swedia.
Anne dikenal sebagai wanita terpelajar yang mampu menguasai bahasa Cyrillic secara lisan ataupun tulisan. Anne dihormati karena menjadi permaisuri Perancis yang mendampingi Henry I dan Wali Raja untuk putranya Phillip I.
Patung Anna di Jakarta yang dipahat Konstantin Skrytutski merupakan replika patung aslinya di Ukraina. Patung ini, lanjut Yudi, diharapkan bisa merefleksikan misi hubungan kerja sama antara Kiev dan Jakarta yang antara lain fokus pada bidang pengelolaan dan pembangunan kota, pertamanan dan kawasan rekreasi, kebudayaan, pariwisata, dan pendidikan. Lalu, transportasi umum, perdagangan dan usaha skala kecil dan menengah, dan olah raga.
Kegiatan antara Kiev dan Jakarta terbilang cukup aktif. Pada tahun 2008, delegasi transportasi Kiev berkunjung ke Jakarta, disusul kehadiran Wakil Wali Kota Kiev pada HUT Ke-482 Jakarta tahun 2009. Pada 2018, seniman Kiev mengadakan misi budaya di Jakarta. Mereka mengadakan pameran foto bertema Winter in Kyiv di Monumen Nasional (Monas), Jakarta.
Pada tahun 2019, selain penghibahan patung, Jakarta mengundang seniman Kiev bersama seniman dari Kota Seoul, Korea Selatan, untuk mengisi International Folklore Festival. Kegiatan itu pun sempat direncanakan berlanjut tiap tahun, namun terus tertunda karena pandemi Covid-19sejak 2020. Selama pandemi, hubungan dua ibu kota ini berlanjut melalui dunia maya.
Menurut Yudi, kota dengan jumlah penduduk lebih kurang sepertiga penduduk Jakarta ini masuk dalam 10 besar kota dari total 21 kota Sister City yang aktif menjalin hubungan dengan Jakarta.
Selain Kiev, Jakarta berkerabat antara lain dengan Beijing, Tokyo, Seoul, Hanoi, dan Bangkok. Lalu, Islamabad, Jeddah, Istanbul, Al Quds As Shareef atau Jerusalem, dan Pyongyang. Kemudian, Rotterdam, Los Angles, Casablanca, Arkansas, Berlin, Paris, New South Wales, Maputo, Budapest, dan Moskwa.
Netralitas
Di tengah adanya konflik antara Ukraina dan Rusia, Jakarta mewakili Indonesia yang saat ini berdiri pada posisi netral. Yudi mengatakan, Jakarta masih tetap menjalin komunikasi dengan Sister City baik di Kiev maupun Moskow yang merupakan Ibu Kota Rusia. Jakarta pun mengikuti posisi Pemerintah Pusat dalam hal menjaga netralitas hubungan.
”Kita lihat Pemerintah RI lebih mengutamakan perdamaian dunia dibandingkan pro atau kontra. Kami, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menunggu keputusan pemerintah pusat, tapi sifatnya mendukung untuk tetap netral,” ujarnya.
Netralitas ini tentunya diharapkan mengarah pada perdamaian dan keberlanjutan hubungan positif antarnegara. Di mana pun, perang hanya akan menghancurkan, bukan hanya tatanan kota, juga tatanan hidup manusia.
Perdamaian seharusnya tidak hanya menjadi simbolisme, tetapi juga butuh penjiwaan dan perawatan agar terus lestari, sebagaimana kehadiran Patung Anna dari Kiev yang setia memperindah Cattleya di tengah hiruk pikuk Jakarta.