Sebagai cara mengurangi kemacetan dan polusi udara, PT Transportasi Jakarta mulai mengoperasikan 30 bus listrik mulai kemarin. Sampai akhir tahun ini, ditargetkan 100 bus listrik akan melayani warga Ibu Kota.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·3 menit baca
Kompas/Wawan H Prabowo
Bus listrik Transjakarta X Higer berpelanggan memasuki Terminal Blok M, Jakarta, Jumat (17/9/2021).
Ada yang baru beroperasi di jalanan Ibu Kota mulai Selasa (8/3/2022) kemarin. PT Transportasi Jakarta resmi meluncurkan dan mengoperasikan 30 bus listrik dari rencana 100 bus listrik. Pengoperasian bus listrik dilakukan setelah melalui serangkaian uji coba pada tahun 2020 dan 2021.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, petang kemarin, dalam peresmian dan peluncuran bus listrik di Plaza Selatan Monas, menjelaskan, pengoperasian bus listrik tersebut merupakan bagian dari proyek percontohan yang sedang dikerjakan Pemprov DKI melalui Dinas Perhubungan DKI dan PT Transportasi Jakarta (Transjakarta).
”Alhamdulillah, setelah melakukan uji coba yang cukup panjang, secara resmi 30 bus listrik digunakan untuk rute Transjakarta dan akhir tahun ini insya Allah akan ada 100 bus listrik yang beroperasi,” kata Anies.
Menurut Anies, pada 2030 semua kendaraan umum bus di Jakarta yang beroperasi adalah bus listrik. Pengoperasian bus listrik diharapkan bisa menjadi solusi atas tantangan warga Jakarta bermobilitas, yaitu kemacetan dan polusi udara.
Itu sebabnya, kami mendorongnya kendaraan umum berbasis listrik. Kalau hanya kendaraan listrik, dia akan membantu mengurangi polusi udara, tapi tetap ada kendaraan pribadi di jalanan, yang artinya masalah kemacetan tetap menjadi tantangan.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan
Kedua masalah mobilitas di Jakarta itu muncul karena adanya kegiatan masyarakat dengan kendaraan bermotor pribadi yang amat tinggi. Menjawab tantangan itu, selain mengoperasikan angkutan umum bus listrik, DKI juga bertahap mengoperasikan angkutan umum dengan sistem yang luas.
Dengan langkah itu, menurut Anies, persoalan pengurangan emisi karbon bisa dilakukan. Pada saat yang sama pengurangan jumlah kendaraan pribadi bisa dikerjakan.
”Itu sebabnya, kami mendorongnya kendaraan umum berbasis listrik. Kalau hanya kendaraan listrik, dia akan membantu mengurangi polusi udara, tapi tetap ada kendaraan pribadi di jalanan, yang artinya masalah kemacetan tetap menjadi tantangan,” kata Anies.
Berdasarkan laporan Panel Lintas Pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) PBB tahun 2022, perlu dilakukan upaya untuk mempercepat transisi menuju netral karbon.
Jakarta sendiri telah memasukkan rencana elektrifikasi bus dan armada Transjakarta ke dalam Peraturan Gubernur Nomor 90 Tahun 2021 tentang rencana pembangunan rendah karbon daerah yang berketahanan iklim.
KOMPAS/IRENE SARWINDANINGRUM
Data polusi udara Jakarta dipaparkan dalam diskusi polusi udara dan kebijakan ganjil genap yang digelar Dewan Riset Daerah DKI Jakarta, Senin (19/8/2019). Data tersebut menunjukkan sepeda motor menjadi penyumbang polutan tertinggi.
Direktur Utama PT Transjakarta M Yana Aditya menyatakan, ke-30 bus listrik itu milik PT Mayasari Bakti, yang merupakan salah satu operator Transjakarta.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo yang juga hadir dalam peresmian bus listrik itu menyatakan, pengadaan bus listrik oleh operator dimungkinkan. Operator memang bermitra dengan PT Transjakarta dan tiap operator memiliki hak kuota pengadaan serta pengoperasian bus.
Pada tahap awal, bus listrik akan dioperasikan di rute 1P (Terminal Senen-Bundaran Senayan). Lainnya, rute 1R Tanah Abang-Terminal Senen, rute 1N Blok M-Tanah Abang, dan rute 6N Ragunan-Blok M.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Divisi Sekretaris Perusahaan dan Humas PT Transportasi Jakarta Angelina Betris menambahkan, bus listrik Transjakarta itu tercatat sebagai armada angkutan umum berbasis listrik pertama di Indonesia.
Armada bus listrik Transjakarta memiliki kapasitas baterai sebesar 324 kWh dengan jarak tempuh hingga 250 km atau 17 jam beroperasi. Proses pengisian daya satu unit bus membutuhkan waktu yang cepat, yakni selama 1,5 jam.
Kompas/Insan Alfajri
Penumpang berfoto di depan bus listrik Transjakarta, Selasa (14/7/2020).
Elektrifikasi bus Transjakarta diharapkan dapat memberi dampak signifikan terhadap kesehatan masyarakat dan peningkatan kualitas udara. Apalagi saat ini Transjakarta memiliki lintasan BRT sepanjang 237 km, non-BRT, dan angkutan mikro dengan jumlah armada yang besar melayani masyarakat setiap harinya.
Kehadiran bus listrik dalam layanan Transjakarta, lanjut Betris, juga dapat menurunkan polusi suara mengingat armada bus listrik menghasilkan suara 28 persen lebih rendah dibandingkan kendaraan armada konvensional.
Menurut rencana, seluruh armada Transjakarta akan berganti armada bus baru yang bebas emisi pada tahun 2025.