Proyek Jalur Bawah Tanah MRT Harmoni-Glodok Tertunda Lagi
Proses penunjukkan langsung paket kontrak 202 dan 205A untuk fase 2A MRT Jakarta tidak mencapai kesepakatan harga, Proses pengadaan dipastikan diulang yang didahului koordinasi dengan badan kerja sama Jepang atau JICA.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Dua paket kontrak proyek pengerjaan stasiun dan jalur kereta mass rapid transit atau MRT Jakarta rute Harmoni-Glodok serta sistem perkeretaapian di fase 2A MRT Jakarta kembali bermasalah. Mekanisme penunjukkan langsung untuk pengadaan dua paket proyek itu tidak mencapai kesepakatan harga. PT MRT Jakarta (Perseroda) memastikan segera melakukan pengadaan ulang kedua paket kontrak secara terpisah.
Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda) William P Sabandar dalam agenda Forum Jurnalis MRT Jakarta yang digelar virtual, Selasa (1/3/2022) menjelaskan, proses pengadaan dengan mekanisme penunjukkan langsung (direct contracting) bagi paket kontrak atau contract package (CP) 202 untuk pekerjaan sipil dan CP 205A untuk sistem perkeretaapian Fase 2A MRT Jakarta mengalami kegagalan. MRT Jakarta disebutkan tengah berkoordinasi intensif dengan Badan Kerja Sama International Jepang (JICA) untuk bisa melakukan pengadaan kembali.
“Saat ini kita sedang terus mengupayakan untuk prosesnya dapat dipercepat, baik dari sisi pengadaan maupun pelaksanaan sehingga waktu yang kita tetapkan ini masih bisa kita kejar penyelesaiannya,” jelas William.
Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta (Perseroda) Silvia Halim menjelaskan, kegagalan tender penunjukkan langsung terjadi karena tidak tercapai kesepakatan harga antara PT MRT Jakarta dengan kandidat yang akan ditunjuk langsung.
“Jadi, walaupun ini penunjukkan langsung, kita tidak akan serta merta menerima apa yang ditawarkan kandidat. Kita punya asesmen dan estimasi sendiri yang wajar itu seperti apa dan itu menjadi basis kita dalam melakukan negosiasi dan evaluasi proposal dari kandidat. Setelah mengalami proses cukup panjang, tidak bisa mencapai kesepakatan,” jelas Silvia.
Setelah melalui proses diskusi yang cukup panjang antara pemerintah Jepang dan pemerintah Indonesia, lanjut Silvia, akhirnya diputuskan bahwa proses penunjukan langsung itu distop dan dinyatakan gagal. Tahap berikutnya MRT Jakarta akan melakukan pengadaan ulang dengan cara baru. “Kita akan memecah CP 202 yang adalah paket pekerjaan sipil dari CP 205A yang adalah paket railway system,” jelas Silvia.
Untuk CP 202 direncanakan akan kembali dilakukan penunjukkan langsung dan proses ini sedang disiapkan. Untuk CP 205A akan dilakukan tender ulang secara competitive bidding, dan MRT Jakarta juga sedang menyiapkan prosesnya.
William menambahkan, dengan cara dipisah, untuk pengadaan CP 205A akan digabungkan dengan pengadaan CP 206 untuk pengadaan rolling stock atau sarana perkeretaapian.
Tingkat kesulitan
Silvia melanjutkan, tingkat kesulitan tinggi yang menghadang pada CP 202 menjadi salah satu faktor yang membuat kesepakatan harga tidak tercapai. Seperti diketahui, CP 202 merupakan bagian dari segmen 2 Fase 2A yang akan membangun stasiun dan jalur kereta bawah tanah dari Harmoni ke Glodok.
Terentang di rute itu, artinya konstruksi akan berada di Jalan Gajah Mada dan Jalan Hayam Wuruk. Area itu merupakan area paling sulit untuk fase 2A, karena areanya sempit, dekat bangunan lama, bangunan cagar budaya, dan ada Kali Ciliwung.
“Tingkat kesulitan itulah yang membuat risiko pekerjaan jadi tinggi dan benar, itu menjadi salah satu faktor diskusi teknis kita selama proses penunjukkan langsung kemarin menjadi lebih panjang. Dan tentu saja itu akan berkaitan dengan harga,” jelas Silvia.
Secara teknis, dengan tingkat kesulitan itu, disebutkan Silvia, desain stasiun akan berbeda dengan stasiun lainnya di fase 2A. Stasiun akan berada pada kedalaman 30 meter. Teknis pengerjaan terowongan juga akan berbeda dengan terowongan di paket kontrak ainnya.
"Yang biasanya terowongan itu kanan kiri, tetapi untuk CP 202 terowongan akan dibuat atas dan bawah. Pembangunan begitu memang membuat durasi pembangunan menjadi lebih panjang, kita harus hati-hati. Dinding bawah tanah harus lebih tebal karena dekat struktur lama dan Kali Ciliwung,” jelas Silvia.
Untuk CP 205, lanjut Silvia, pengadaan sulit dilakukan karena memang partisipasi dari pasar Jepang tidak banyak. MRT Jakarta meminta Pemerintah Jepang méndorong adanya partisipasi pasar Jepang dan memastikan harganya bersaing.
“Jadi itu upaya yang kita lakukan ke pemerintah Jepang dan kita juga melakukan market sounding dan responsenya cukup baik, sehingga saat ini yang CP 205 bisa dilakukan competitive bidding,” jelas Silvia.
Seperti diberitakan, pembangunan Fase 2A MRT Jakarta segmen 2 mengalami hambatan pada tender pengadaan CP 202 dan 205A. Tender paket pekerjaan itu gagal pertama kali pada 2019. Kegagalan terulang kembali pada tender kedua Februari - Juli 2020. Akhirnya, setelah melalui pembahasan antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Jepang serta JICA, diputuskan penunjukkan langsung atau direct contracting dengan menggabungkan CP 202 dan 205A pada Januari 2021.
Dalam perjalanan, proses penunjukkan langsung belum juga mencapai kesepakatan. Pada Desember 2021, MRT Jakarta dan kontraktor yang ditunjuk belum menyepakati harga, hingga akhirnya diputuskan gagal di awal 2022 ini.
William melanjutkan, dengan kendala ini, untuk segmen 1 Fase 2A MRT Jakarta dari Bundaran HI ke Harmoni masih terus berlanjut kegiatan konstruksinya. Sesuai timeline, segmen 1 akan selesai pada Maret 2025. Sementara segmen 2 Fase 2A dari Harmoni ke Kota, target selesai di Agustus 2027.
Menurut Silvia, dengan kendala ini tentu akan berpengaruh pada proses konstruksi segmen 2 dan pada jadwal fase 2A. “Tentu ini akan ada impact atau dampak. Tetapi bagaimana impact-nya baru bisa kita tentukan setelah pengadaan ulang pastinya kapan, juga kapan bisa mulai bekerjanya sehingga kita bisa tampilkan impact terhadap jadwal,” jelas Silvia.
Untuk itu percepatan pengadaan melalui penunjukkan langsung dilakukan kembali. Apalagi saat ini CP 201 Bundaran HI - Harmoni dan 203 Glodok - Kota sudah mulai proses konstruksinya.
Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) Haris Muhammadun, Rabu (2/3/2022) menyampaikan, terkait kegagalan itu DTKJ akan mengundang MRT Jakarta. “Yaitu untuk mendapatkan penjelasan, juga tentunya untuk mencoba mencari jalan keluarnya,” jelas Haris melalui pesan singkat.