Praktik Penyuntikan ”Filler” Ilegal Kembali Memakan Korban Jiwa
RCD, perempuan 34 tahun, meninggal di sebuah kamar hotel di Mangga Besar, Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat, Sabtu (19/2/2022). Sehari sebelum meninggal, RCD sakit seusai melakukan suntik ”filler” payudara.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Seorang perempuan 34 tahun berinisial RCD ditemukan tidak bernyawa di sebuah kamar hotel di kawasan Mangga Besar, Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat, Sabtu (19/2/2022). Sehari sebelum meninggal, RCD mengeluhkan masalah seusai mendapat suntikan filler di payudara.
Kepala Unit Reserse Kriminal Kepolisian Sektor Tamansari Ajun Komisaris Roland Manurung mengatakan, RCD pertama kali ditemukan staf hotel yang mengecek kamarnya karena sudah melampaui waktu menginap setelah tiga hari di sana. RCD ditemukan tewas dalam kondisi tergeletak.
”(RCD) ke situ dalam rangka apa sedang kami lakukan penyelidikan. Namun, hari Jumat dia janjian sama orang mau melakukan suntik payudara,” kata Roland kepada wartawan, Senin (21/2/2022).
Filler, dari beberapa sumber resmi, diketahui adalah salah satu perawatan kecantikan yang dilakukan dengan menyuntikkan cairan kimiawi ke bawah permukaan kulit. Polisi mengetahui adanya aktivitas itu dari pesan terakhir RCD dengan seseorang melalui aplikasi pesan Whatsapp pada Jumat (18/2/2022).
Dugaan (malapraktik), ya. Tapi, dia (pelaku) bukan dokter.
Roland menuturkan, sehari sebelum ditemukan meninggal, korban sempat meminta ahli kecantikan untuk datang ke kamarnya. Selanjutnya, pada pukul 16.00, korban menghubungi seseorang perihal keluhan kesehatannya.
”Dia sampaikan bekas suntiknya ini keluar cairan gitu. Akhirnya dia lemas, tapi dia enggak mau ke rumah sakit. Nah, kemungkinan ini akibat dari suntikan itu,” pungkasnya.
Dugaan malapraktik
Dari penyelidikan sementara, polisi menemukan, pelaku penyuntikkan bukan seorang dokter. Lalu, RCD sudah dua kali disuntik di payudaranya dan mengeluarkan biaya Rp 3,5 juta untuk prosedur yang diduga ilegal tersebut.
”Dugaan (malapraktik), ya. Tapi, dia (pelaku) bukan dokter,” lanjut Roland.
Roland menyebut pihaknya tengah mencoba memanggil orang yang menyuntik payudara RCD untuk dimintai keterangan. Hari ini, polisi juga mencari tahu dan mendalami rekam medis RCD yang tercatat beberapa kali ke sebuah rumah sakit daerah.
Adapun jenazah RCD sempat disemayamkan di Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, sebelum dikembalikan ke keluarganya. Namun, pihak keluarga tidak mengizinkan polisi mengotopsi jasad RCD.
Meski dugaan malapraktik akibat suntik filler payudara masih diselidiki, kasus serupa yang memakan korban juga sudah sering melibatkan kepolisian. Setahun lalu, 14 Februari 2021, Polda Metro Jaya menangkap perempuan berinisial SW alias ”dokter” Y karena menjalankan klinik kecantikan abal-abal.
SW yang tidak pernah mengenyam pendidikan kedokteran itu menjalankan tindakan medis invasif dan berisiko tinggi. Saat berita itu ditulis, ada dua orang yang melapor karena mengalami efek samping setelah disuntik filler.
Keduanya, yaitu RN dan DM. RN membayar untuk tindakan filler di payudara, kemudian menderita infeksi sehingga mesti dioperasi guna mengeluarkan bahan filler tersebut. Adapun DM menerima suntikan filler di pipi, lantas muncul benjolan di pipi pasca-tindakan (Kompas.id, 27/3/2021).
Polisi menyebut SW membuka klinik kecantikan bernama Zevmine Pure Beauty Skin Care and Medical Spa di Jakarta Timur sejak 2017. Namun, ia lebih banyak melakukan praktik dengan mendatangi langsung lokasi pasiennya karena lebih diminati. SW memasarkan layanan praktik abal-abalnya di media sosial.
Prosedur penyuntikan filler, menurut Ariana Suryadewi Soejanto, dokter yang ahli di bidang kecantikan dan anti-penuaan, dalam artikelnya di laman Hallosehat, mengatakan, penyuntikan filler berfungsi untuk menambah volume dan kepenuhan organ yang disuntikkan. Cairan yang digunakan adalah calcium hydroxyapatite dan hyaluronic acid (HA). Prosedur penyuntikan hanya dapat dilakukan oleh dokter ahli dan di fasilitas kesehatan resmi, seperti rumah sakit dengan izin yang jelas pula.
HA yang paling banyak digunakan berfungsi merangsang produksi kolagen alami untuk membantu menjaga kelembaban kulit, mencegah penyumbatan minyak di pori yang menyebabkan jerawat, hingga menyamarkan garis halus dan kerutan sehingga bagus untuk wajah.
Namun, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) secara tegas tidak merekomendasikan penggunaan filler untuk memperbesar ukuran bokong dan payudara. Pasalnya, cairan yang disuntikkan bisa berefek samping pada organ tersebut.
Belum lagi jika cairan yang digunakan tidak jelas dan dilakukan oleh orang yang tidak berkompeten di dunia kesehatan. Dalam beberapa kasus, kata Ariana, filler yang disuntikkan ke payudara oleh oknum tertentu berbahan silikon cair.
Silikon cair berbeda dengan silikon implan yang juga bisa dipakai untuk memperbesar payudara dengan cara operasi. Bahan tersebut dilarang untuk prosedur estetika apa pun, termasuk memperbaiki bentuk wajah dan bagian tubuh.
”Suntikan silikon dapat menyebabkan nyeri jangka panjang, infeksi, dan cedera serius, seperti terbentuknya jaringan parut, kerusakan jaringan permanen, emboli (penyumbatan pembuluh darah), stroke, hingga kematian. Pada tahun 2011, pernah ada kasus radang payudara yang diduga keras karena melakukan penyuntikan silikon cair,” katanya.