Bogor, Kisah "Hinterland" Pecel Lele Jakarta
Lele dari pembudidaya ikan di Kabupaten Bogor menjadi pemasok terbesar kebutuhan Ibu Kota. Potensi ini mesti dijaga dan dikembangkan karena berdampak signifikan pada ekonomi warga.
Ratusan hingga ribuan warung pecel lele di Jakarta kemungkinan akan goyah tanpa dukungan pasokan ikan lele dari Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Salah satu wilayah di aglomerasi Jabodetabek itu memang berpotensi sebagai lumbung ikan air tawar, termasuk lele.
Tingkat produksi ikan konsumsi di daerah itu mencapai 126,894 ton per tahun. Produksi ikan untuk keperluan konsumsi menyumbang pendapatan Rp 1,82 triliun tiap tahun.
Dari data Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor, produksi ikan konsumsi di Kabupaten Bogor konsisten meningkat selama lima tahun terakhir. Tingkat produksi ikan hanya sempat anjlok pada 2020 menjadi 118.711 ton sebagai dampak pandemi Covid-19.
"Alhamdulillah dengan alam yang bagus, air yang baik, potensi ikan di Kabupaten Bogor, sangat baik," kata Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor Oetje Subagdja, Minggu (13/2/2022) di Bogor.
Jenis ikan air tawar untuk kebutuhan konsumsi yang dihasilkan oleh Kabupaten Bogor didominasi ikan lele dengan tingkat produksi 85.490 ton per tahun, ikan nila (11.892 ton per tahun), dan ikan mas (10.550 ton per tahun). Bogor juga selama ini menjadi pemasok utama (hinterland) kebutuhan ikan konsumsi untuk Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
"Kami malah masih kewalahan dalam memenuhi permintaan dari Jakarta," kata Oetje.
Di masa pandemi, sektor yang bangkit dari segi ekonomi itu budidaya ikan terutama ikan hias. Di masa Covid-19, pendapatan petani ikan hias meningkat cukup signifikan
Pasokan ikan ke Jakarta paling banyak berupa ikan lele. Permintaan ikan lele itu mayoritas berasal dari warung pecel Lele yang tersebar di Jakarta. Kebutuhan konsumsi lele di Jakarta itu setiap hari mencapai 150 ton. Kabupaten Bogor sejauh ini hanya mampu menyumbang 80-90 ton per hari.
Jika menilik data Statistik Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan, pada 2014, produksi lele di Kabupaten Bogor mencapai 79.640 ton atau naik 33 persen dibandingkan 2013 yang sebesar 64.047 ton. Angka produksi lele daerah tersebut kala itu mencapai 11,79 persen dari produksi lele nasional.
Kawasan minapolitan
Kabupaten Bogor yang dikenal sebagai lumbung ikan konsumsi untuk wilayah aglomerasi Jabodetabek itu memiliki empat sentra produksi ikan. Sentra produksi ikan terbesar untuk komiditas ikan lele dikenal dengan kawasan Minapolitan (konsep pembangunan kelautan dan perikanan berbasis wilayah).
Kawasan Minapolitan ini terbagi atas empat kecamatan, yakni Kecamatan Gunung Sindur yang menyumbang peosuksi ikan sebesar 7.279 ton per tahun, Kecamatan Ciseeng (14.908 ton per tahun), Kecamatan Parung (11.141 ton per tahun) dan Kecamatan Kemang (10.693 ton per tahun).
Ikan konsumsi dari kawasan Minapolitan menyumbang 50,32 persen dari total produksi ikan konsumsi di Kabupaten Bogor. Dari persentasi itu, komoditas andalan yang dibudidayakan di kawasan itu berupa ikan Lele (55,74 persen).
Baca juga :
- Menilik Cara Kerja Bendungan Ciawi-Sukamahi
- Bendungan Ciawi dan Sukamahi Tuntas Medio 2022 Ini
- Proyek Pembangunan Bendungan Ciawi dan Sukamahi
- Menanti Bendungan Ciawi-Sukamahi
Kepala Bidang Produksi Perikanan Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor Rohman mengatakan, Kabupaten Bogor selain sebagai daerah produksi ikan konsumsi, wilayah itu juga selama ini jadi salah satu daerah terbesar penyuplai ikan hias di tingkat nasional. Produksi ikan hias air tawar dari daerah itu mencapai 290 juta ekor per tahun dengan total nilai pendapatan per tahun mencapai Rp 3,5 triliun.
"Di masa pandemi, sektor yang bangkit dari segi ekonomi itu budidaya ikan terutama ikan hias. Di masa Covid-19, pendapatan petani ikan hias meningkat cukup signifikan," tutur Rohman.
Kesejahteraan petani
Ikan air tawar yang sangat cocok dikembangkan di daerah itu berdampak positif bagi ekonomi warga. Di Kampung Pendey, Desa Pandansari, Kecamatan Ciawi, petani yang memiliki lahan seluas 1.000 meter persegi saja bisa meraup keuntungan Rp 80 juta sampai Rp 90 juta tiap minggu.
Syamsul (33), warga Kampung Pendey, Desa Pandansari, Kecamatan Ciawi, sejak 2005 mulai fokus dalam kegiatan pembenihan ikan lele. Lahan yang digunakan untuk kegiatan budidaya seluas 1.000 meter persegi.
"Sebelum ada pandemi Covid-19, benih lele yang saya jual tiap minggu itu rata-rata 300.000 benih. Satu ekor benih saya jual dengan harga Rp 300," kata lelaki yang tak lulus sekolah dasar itu.
Dari total benih yang dijual sebanyak 300.000 ekor per minggu itu, artinya total pendapatan Syamsul setiap minggu mencapai Rp 90 juta. Benih ikan lele itu paling banyak dijual kepada para petani penggemukan ikan di wilayah Kabupaten Bogor, salah satunya di Kawasan Minapolitan.
Syamsul mengakui kalau di masa pandemi, tingkat penjualan benih lele tetap stabil namun harga benih turun. Saat ini, satu ekor benih lele dijual dengan harga Rp 240. Artinya, total pendapatan Syamsul setiap minggu berada di kisaran Rp 72 juta.
Noda di Pandansari
Di tengah geliat sektor perikanan dari Bogor yang terus meningkat, sebagian petani budidaya ikan air tawar di Desa Pandansari, Kecamatan Ciawi, justru selama hampir lima tahun terakhir menderita akibat keruhnya air dari Saluran Irigasi Cibalok. Irigasi Cibalok itu hulunya di Pintu Air Cibalok bagian dari Daerah Aliran Sungai Ciliwung.
Di hulu Ciliwung itu, kini sedang berlangsung pembangunan proyek strategis nasional Bendungan Ciawi dan Sukamahi untuk pengendalian banjir Jakarta. Aktivitas fisik di proyek sejak 2017 itu yang menyebabkan aliran Cibalok keruh berlumpur. Tidak hanya membuat kolam ikan tercemar, sisik ikan rusak, bahkan ikan sakit dan mati. Air keruh ini menyebabkan sebagian warga tidak lagi dapat menggunakan air sungai untuk mandi-cuci-kakus.
Desa Pandansari di Kecamatan Ciawi itu merupakan salah satu lumbung ikan di Kabupaten Bogor. Dari data Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Kecamatan Ciawi pada 2021 menduduki peringkat ke-14 dari total 40 kecamatan penghasil ikan konsumsi. Ikan konsumsi yang disumbangkan dari daerah itu setiap tahun mencapai 1.076 ton.
Sebelumnya, Direktur Bendungan dan Danau Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Airlangga Mardjono mengatakan keruhnya air Cibalok sudah diketahui Kementerian PUPR. Penyedia jasa yang mengerjakan proyek telah ditegur agar lebih berhati-hati dan menjaga kualitas air Ciliwung hulu.
Warga setempat berharap masalah ini segera diatasi, seiring janji target selesainya kedua bendungan di medio tahun ini. Jika tidak, selain ekonomi mereka terganggu, pasokan lele yang diminati warga Ibu Kota bisa terusik.