Di Jakarta, 10.429 Sekolah Gelar Pembelajaran Tatap Muka Penuh
Sejumlah orangtua tidak khawatir anak mereka ikut sekolah tatap muka karena sudah mendapat vaksin Covid-19.
Oleh
Helena F Nababan
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Mulai Senin (3/1/2022), sebanyak 10.429 sekolah dari berbagai jenjang pendidikan menggelar pembelajaran tatap muka dengan kapasitas penuh atau 100 persen. Protokol kesehatan ketat dipastikan diterapkan untuk menghindarkan kluster baru meski jam belajar sebentar karena adanya pembagian rapor.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria, Senin di Balai Kota DKI Jakarta menjelaskan, penyelenggaraan pembelajaran tatap muka atau PTM dengan kapasitas 100 persen itu sesuai dengan SKB 4 menteri dan ketentuan dari dinas terkait.
Namun, menurut Ahmad Riza, pelaksanaan PTM 100 persen tidak mudah sekalipun vaksinasi di DKI sudah lebih dari 120 persen, kemudian tes PCR sudah lebih dari 10 kali lipat standar yang diminta WHO, juga kegiatan testing, tracing, dan treatment (3T) ditingkatkan. Hal itu karena pandemi Covid-19 masih berlangsung juga adanya ancaman varian Omicron yang angka kasusnya naik terus di seluruh negara di dunia.
Itu sebabnya, penyelenggaraan PTM 100 persen di Jakarta harus berhati-hati. ”Jadi, kami minta sekalipun vaksin sudah baik, PCR sudah baik, kemudian berbagai dukungan fasilitas tenaga kesehatan juga baik standby, BOR (pemakaian tempat tidur perawatan) juga sudah turun terus di 4 persen, ICU (ruang rawat intensif) juga turun di 5 persen tidak berarti kita lupa tetap waspada hati-hati jangan euforia,” ujarnya.
Untuk itu, sesuai ketentuan sekolah yang menggelar PTM mesti didisinfektan setiap hari, semua peserta PTM harus sudah mencapai dosis kedua vaksinasi, dan tenaga pendidikan juga tidak boleh kurang dari 80 persen sudah mendapat vaksin Covid-19.
Kepala Sub Bagian Humas Dinas Pendidikan Taga Radjagah menyatakan, semua sekolah yang menggelar PTM harus lolos asesmen yang dilakukan tim dari Dinas Pendidikan.
Dari pemantauan, penyelenggaraan PTM di SDN Kebon Sirih 04 Pagi di Jakarta Pusat berlangsung lancar. Pembelajaran dimulai pukul 07.00 dan berakhir 09.00 karena diteruskan dengan kegiatan pembagian rapor.
Sambil sekolah mereka divaksinasi. Namun, karena risiko penularan, sebaiknya selama sebulan pertama lama belajar dibatasi dan proses diawasi di sekolah.
Wahyuni, guru wali kelas VI yang ditemui menjelaskan, dengan aturan 100 persen, siswa kelas VIB yang berjumlah 26 anak masuk semua. Meja dan kursi diatur berjarak satu meter. ”Bahkan, untuk waktu istirahat, saya minta anak-anak untuk makan sendiri-sendiri dan tidak berbicara,” katanya.
Hari pertama PTM ia gunakan untuk sosialisasi tentang PTM penuh kepada orangtua, di antaranya mesti membawa bekal dari rumah, menggunakan masker, hingga cara belajar di kelas.
Dini Lestari, guru wali kelas III turut menjelaskan, dengan aturan siswa masuk semua, meja dan kursi diatur berjarak. ”Anak-anak nyaman belajar begini,” katanya.
Marlina (47), orangtua dari Almira Putri Angelina (11), siswi kelas V B, menyatakan, ia tidak khawatir dengan mengizinkan anaknya mengikuti PTM 100 persen. ”Anak saya sudah divaksin. Jadi saya tidak khawatir mengizinkan anak saya ikut PTM,” kata Marlina yang tinggal di Kebon Sirih.
M Subhan (45), orangtua siswa yang kedua anaknya bersekolah di SDN Kebon Sirih, seusai pengambilan rapor kedua anaknya mengatakan hal yang sama. Anak pertamanya yang duduk di kelas V sudah divaksin sehingga ia tidak khawatir. Untuk anak keduanya yang duduk di kelas III, ia pun tidak khawatir karena protokol kesehatan ketat diterapkan.
”Saya senang sekolah dibuka lagi. Karena di rumah, saya dobel pekerjaan mesti menjadi guru pelajaran untuk anak sementara saya kadang tidak paham (pelajarannya). Dengan belajar di sekolah, anak-anak menjadi lebih paham dengan pelajarannya,” kata Subhan.
Almira Putri (11), siswi kelas VB mengatakan, ia senang bisa bersekolah lagi. ”Saya bisa ketemu lagi sama teman-teman. Sudah dua tahun tidak ketemu. Hari ini senang belajarnya menyenangkan. Kami diminta bercerita selama dua tahun kami melakukan apa saja biar rileks belajarnya,” kata Almira.
Dengan kehati-hatian yang diingatkan Ahmad Riza, Dinas Perhubungan DKI Jakarta tetap mengoperasikan bus sekolah untuk mengantar pulang anak-anak seusai mengikuti PTM.
Kepala Unit Pengelola Angkutan Sekolah (UPAS) Dishub DKI Jakarta Ali Murthado menjelaskan, untuk mendukung PTM penuh, UPAS mengoperasikan 165 bus sekolah. Bus-bus sekolah itu disebar di 33 rute eksisting di seluruh wilayah DKI Jakarta.
Dengan PTM sudah 100 persen, imbuh Ali, maka operasional bus sekolah dibagi ke dalam 3 sif operasional. Sif pagi pukul 05.30-07.30, sif siang pukul 11.00-16.00, dan sif sore mulai pukul 17.00-18.30. ”Tetapi kita akan situasional mengikuti kebijakan sekolah. Untuk hari ini sebagian besar PTM sampai dengan pukul 13.00,” kata Ali.
Anggota Komisi B Bidang Perekonomian DPRD DKI Jakarta, Gilbert Simanjuntak, menilai, PTM penuh itu merupakan keputusan yang berisiko terhadap penularan. Menurut Simanjuntak, di satu sisi memang kualitas pendidikan tatap muka lebih baik daripada daring.
”Tetapi tidak ada yang mendesak untuk membuka sekolah sebelum vaksinasi tercapai,” kata Simanjuntak yang juga anggota Fraksi PDI- P itu.
Simanjuntak menilai, sepertinya pemerintah ingin memudahkan pencapaian imunisasi dengan melakukannya di sekolah yang muridnya sudah tatap muka. ”Sambil sekolah mereka divaksinasi. Tetapi karena risiko penularan, sebaiknya selama sebulan pertama lama belajar dibatasi dan proses diawasi di sekolah,” ujarnya.