Menguji Kreativitas Jakarta dari Kampung Betawi Condet
Salak, duku, dan dodol adalah segelintir kuliner khas tanah Betawi yang menjadi produk unggulan kawasan Condet di Jakarta Timur. Condet kini mendapat nama baru, yaitu Desa Wisata Kampung Betawi.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
Kawasan Budaya Condet di Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur, telah lama dikenal sebagai cagar budaya Betawi. Daerah yang sebagian besar warganya asli suku Betawi ini terus mencoba mempertahankan kebudayaan asli mereka. Namun, kecakapan berbudaya warga Condet tersebut perlu diuji agar bisa bersaing dan meningkatkan ekonomi daerah.
Salak, duku, dan dodol adalah segelintir kuliner khas tanah Betawi yang menjadi produk unggulan di kawasan yang lama dikenal dengan nama Condet ini. Minggu (12/12/2021), Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno berkesempatan mencoba salah satunya dalam acara peresmian Kawasan Condet sebagai Desa Kreatif.
Di tengah acara unjuk bicara, Wakil Gubernur DKI Jakarta 2017-2018 ini meminta kepada panitia produk dodol yang ditampilkan dalam stan bazar di lokasi acara di Balai Budaya Kampung Kreatif Condet, Jakarta Timur. Dodol berbentuk pipa sepanjang sekitar 15 sentimeter yang dibungkus plastik transparan pun disodorkan di hadapannya.
”Dodol ini enak, tapi packaging-nya meresahkan. Label kemasan kertasnya menempel di gigi saya. Saya kira pengemasan ini belum prioritas. Saya usulkan juga agar dodol dibuat kecil-kecil agar mudah dimakan,” ujarnya seusai menyicip dodol buatan pabrik rumahan Inti Rasa tersebut.
Ditemui di lokasi bazar, Humaira, penerus usaha dodol khas Betawi asal Condet itu, mengatakan, produk dodol mereka memang masih lebih banyak dipesan pasar acara hajatan dan acara besar lainnya. Dodol yang dibuat pun masih dibungkus dengan kemasan besar.
”Dodol ini kebanyakan dibeli untuk acara hajatan, kayak seserahan nikah atau pesta lainnya,” kata Humaira. Ia menambahkan, setiap minggu pabrik rumahan Inti Rasa membuat 40 kilogram dodol untuk stok produk yang juga dijual secara daring.
Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan atau dalam nominasi disebut Desa Wisata Kampung Betawi ini berada pada peringkat pertama. Dan mengungguli 50 Desa Wisata Terbaik lainnya
Sandiaga pun meminta kualitas pengemasan dodol ditingkatkan. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, menurut dia, akan mewadahi kebutuhan tersebut. Salah satunya dengan menetapkan kawasan Condet sebagai Desa Kreatif.
Desa Kreatif adalah kawasan di wilayah administratif desa/kelurahan yang masyarakatnya telah mengembangkan produk unggulan, di satu atau lebih dari 17 subsektor ekonomi kreatif, yang memberikan nilai tambah dan manfaat bagi pertumbuhan ekonomi.
Ini diatur dalam Keputusan Menteri Parekraf RI/Kepala Badan Parekraf RI Nomor KM/107/KD.03/2021 Tahun 2021 tentang Pedoman Pengembangan Desa Kreatif. Kebijakan ini memberi acuan kepada acuan kementerian dan lembaga, pemerintah daerah, asosiasi, akademisi, swasta, dan pemangku kebijakan terkait dalam mendukung pengembangan
”Kita ingin melihat sisi kreativitas desa-desa di seluruh Indonesia. Bukan hanya di luar kota, melainkan juga seperti Condet ini yang ada di tengah masyarakat urban,” ujar Sandiaga.
Kawasan Condet dinilai memiliki banyak potensi ekonomi kreatif. Selain di bidang kuliner dan argowisata dari hasil alamnya, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan, Condet telah mengembangkan potensi ekonomi kreatif lainnya, antara lain kerajinan tari, musik, dan kriya.
Ke depannya, kehadiran Desa Kreatif Condet diharapkan menjadi inkubator produk ekonomi kreatif lain yang mengandalkan teknologi seperti gim, animasi, hingga film. Produk ekonomi kreatif berbasis teknologi tersebut terbukti tidak banyak terdampak pandemi Covid-19.
Data Statistik Indikator Makro Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mencatat, kontribusi sektor ekonomi kreatif terhadap perekonomian nasional pada 2019 sebesar Rp 1,105 triliun. Sementara pada 2020, pertumbuhannya minus 2,39 persen. Namun, pertumbuhan minus ini tidak terlihat pada subsektor ekonomi kreatif seperti televisi, radio, aplikasi, dan pengembang gim.
Penggunaan teknologi digital sendiri juga penting untuk memfasilitasi pertumbuhan produksi dan promosi produk ekonomi kreatif di luar sektor informasi dan teknologi.
Laporan organisasi akuntan global, Delloitte, Juni 2021, mencatat, sejumlah negara membuktikan proses produksi ekonomi kreatif yang terlalu sulit atau memakan waktu bisa diselesaikan secara otomatis dengan kecerdasan buatan dan mesin pembelajar.
”Desa Kreatif jadi bentuk dukungan pemerintah untuk pemulihan ekonomi. Ini bisa dijadikan strategi menarik wisatawan domestik dan mancanegara untuk menggerakkan perekonomian desa atau kelurahan dan daerah pada umumnya,” kata pria yang biasa disapa Ariza itu.
Selain Condet, Ariza berharap, peningkatan kualitas dan kapasitas produksi produk ekonomi kreatif bisa diikuti daerah lain di Jakarta yang memiliki potensi. Ini seperti Kampung Budaya Batawi Setu Babakan di Jakarta Selatan dan Pulau Untung di Kabupaten Kepulauan Seribu yang baru ditetapkan Kemenparekraf masuk ke dalam 50 besar Desa Wisata terbaik di Indonesia.
Pekan lalu, Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan memperoleh juara pertama Kategori CHSE (Cleanliness, Health, Safety dan Environment Sustainability/kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan) dalam Ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia 2021. Ajang ini diikuti 1.831 desa wisata di seluruh Indonesia.
Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta Iwan Henry Wardhana mengatakan, Setu Babakan mendapat juara dari tujuh kategori penilaian yang ada, yaitu Daya Tarik Wisata, Homestay, Toilet, Suvenir, Desa Digital, dan Konten Kreatif.
”Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan atau dalam nominasi disebut Desa Wisata Kampung Betawi ini berada pada peringkat pertama. Dan mengungguli 50 Desa Wisata Terbaik lainnya,” kata Iwan, dalam keterangan tertulis.