Satu Anggota Ormas Tersangka Pengeroyokan Maut di Jakarta Barat
Gesekan di antara anggota organisasi masyarakat atau ormas rentan berulang selama akar masalahnya belum diatasi tuntas.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Satu anggota organisasi masyarakat atau ormas Pemuda Pancasila menjadi tersangka pengeroyokan anggota Forum Betawi Rempug di Joglo, Kembangan, Jakarta Barat, November lalu. Pengeroyokan itu memicu saling serang hingga kawasan Ciledug, Kota Tangerang, Banten.
Kepolisian Sektor Kembangan menangkap NZ dalam pelariannya di Jakarta Selatan. Ia dan teman-temannya mengeroyok DA, anggota FBR yang kemudian meninggal di kawasan Joglo, Minggu (14/11/2021) malam.
”Pelaku lebih dari 10 orang. Masih dalam pengejaran. Korban, DA, tewas dengan luka akibat senjata tajam,” kata Kapolsek Kembangan Komisaris Khoiri, Selasa (7/12/2021).
Pengeroyokan Minggu malam itu merembet hingga Senin (15/11/2021) dini hari ke posko Pemuda Pancasila di Meruya Selatan, Jakarta Barat. Belum tuntas pengusutannya, bentrokan kembali pecah di area Pasar Lembang di Jalan Raden Fatah, persisnya di sekitar Ruko Dian Plaza, Kecamatan Ciledug, Kota Tangerang, Banten, Jumat (19/11/2021) malam.
Kapolres Metro Kota Tangerang Komisaris Besar Deonijiu De Fatima menyebutkan, bentrokan berawal dari perayaan ulang tahun dan konvoi. Anggota kedua ormas berpapasan di jalan hingga terlibat cekcok dan saling serang yang berujung tiga korban luka-luka.
”Sudah ada lima anggota Pemuda Pancasila yang menjadi tersangka,” tuturnya.
Deonijiu menambahkan, keributan antara Pemuda Pancasila dan Forum Betawi Rempug sudah sering terjadi, meskipun Polri dan TNI sudah memediasi dan ada aksi damai bersama. Oleh karena itu, selanjutnya polisi akan menindak tegas siapa pun yang membahayakan atau menakut-nakuti orang lain dengan aksi yang mengakibatkan korban.
”Sampai saat ini, setiap seminggu atau dua minggu sekali mereka selalu ribut,” ujarnya.
Asep Suryana, sosiolog dari Universitas Negeri Jakarta, berpendapat bahwa pemicu bentrokan ormas bukan semata perebutan lapak sebagai sumber pemasukan. Setidaknya ada tiga akar masalah lain, yakni tingkat pendidikan yang rendah sehingga tak punya pekerjaan tetap, mengutamakan kekerasan atau mental menerabas, dan bisa jadi dipelihara untuk kepentingan atau tujuan tertentu.
Butuh komitmen dan keseriusan pengambil kebijakan untuk menyelesaikan akar masalah tersebut. Ini berkaca dari program pemberdayaan masyarakat kelurahan yang tak efektif karena masyarakat tak mampu memutar dana untuk berkelanjutan.