Mediasi Tak Ampuh Cegah Bentrokan Ormas di Tangerang
Warga menjadi korban sesungguhnya dari ribut-ribut organisasi masyarakat atau ormas yang terus berulang.
Oleh
Fransiskus Wisnu Wardhana Dhany
·3 menit baca
TANGERANG, KOMPAS — Sepekan belakangan, dua organisasi masyarakat atau ormas saling serang bak sedang bermain sepak bola. Mereka saling sambang ke posko masing-masing lantas adu kekerasan hingga berujung kerusakan dan timbul korban jiwa.
Sisa-sisa keributan antara dua ormas yang terjadi pada Jumat (19/11/2021) malam masih tersisa di sekitaran Ruko Dian Plaza, Kecamatan Ciledug, Kota Tangerang, Banten. Posko milik salah satunya dalam kondisi rusak dan terpasang garis polisi hingga Minggu (21/11/2021) siang.
Kepolisian Resor Metro Tangerang Kota menyebutkan, bentrokan berawal dari perayaan ulang tahun dan konvoi. Anggota kedua ormas yang berpapasan di jalan terlibat cekcok hingga saling serang yang berujung tiga korban luka-luka hingga dilarikan ke rumah sakit.
Sampai saat ini, setiap seminggu atau dua minggu sekali mereka selalu ribut.
Tono (24), pedagang yang berjualan di sekitar lokasi kejadian, menuturkan, tidak tahu persis penyebab dua kelompok ormas baku hantam di Jalan Raden Fatah, depan Ruko Dian Plaza. Tiba-tiba saja sudah timbul keramaian, saling mengumpat, kejar-kejaran, dan baku hantam.
”Ada yang bawa senjata tajam juga. Polisi dan TNI datang ke lokasi membubarkan mereka. Sampai kemarin (Sabtu) malam masih ada polisi dan TNI yang jaga-jaga di sini,” katanya.
Ribut-ribut ormas bukan sekali dua kali terjadi di kawasan itu. Warga, tukang ojek, dan pedagang terbiasa mendengar bentrokan antarormas. Hermawan (40), warga Ciledug, mengatakan, setidaknya sebulan sekali terjadi cekcok antarormas di Jalan Raden Fatah. Akibatnya, aktivitas warga terganggu demi menghindari jadi korban salah sasaran.
Sepengetahuannya, cekcok Jumat malam tak hanya terjadi di Jalan Raden Fatah. Keributan juga terjadi di Jalan Tanah Seratus, Ciledug. ”Sering ribut-ribut begitu, tetapi kurang tahu penyebabnya,” ujarnya.
Warga lainnya, Sukamto (53), mereka-reka bahwa pemicu bentrokan antarormas adalah rebutan lahan lantaran di kawasan itu terdapat pasar, pertokoan, dan ramai oleh aktivitas warga. ”Pasar Lembang, toko-toko, mungkin rebutan lahan parkir atau uang keamanan,” katanya.
Yadi (38), pedagang keliling, sudah tiga memberikan uang kemanan dalam kurun dua bulan belakangan. Ia yang berjualan di kompleks perumahan dan pinggir jalan didatangi dua orang yang menyerahkan karcis dengan cap harga Rp 30.000.
”Kalau minta yang kedua Rp 10.000, terus yang ketiga seikhlasnya untuk uang rokok,” ucapnya.
Bapak dua anak itu memberikan uang keamanan karena tak ingin ribut dengan ormas. Ia hanya ingin dagangannya aman di tengah seretnya pemasukan karena hantaman pandemi Covid-19.
Berulang
Kapolres Metro Kota Tangerang Komisaris Besar Deonijiu de Fatima memastikan, keributan antara PP dan FBR sudah sering terjadi meskipun Polri dan TNI sudah memediasi dengan aksi damai bersama. Ke depan, polisi akan menindak tegas siapa pun yang membahayakan atau menakut-nakuti orang lain dengan aksi yang mengakibatkan korban.
”Sampai saat ini, setiap seminggu atau dua minggu sekali mereka selalu ribut,” ujarnya.
Keributan pada Jumat malam diduga bermula dari baku hantam pekan lalu di Jakarta Barat. Keributan di posko salah satu ormas di Joglo, Jakarta Barat, Minggu (14/11/2021) malam, merembet hingga Senin (15/11/2021) dini hari ke posko ormas lawan di Meruya Selatan, Jakarta Barat.
Sebelumnya, dua ormas juga bentrok di Jalan Raden Fatah, Selasa (12/10/2021). Saksi di lokasi mengatakan, bentrokan di dekat Ruko Dian Plaza terjadi siang hari dan baru bubar ketika polisi dan TNI datang ke lokasi.
Selain itu, awal hingga pertengahan 2021 terjadi beberapa kali bentrokan. Misalnya, sejumlah posko milik dua ormas di Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan, dibakar orang tak dikenal pada Minggu (7/3/2021) dini hari. Pembakaran posko juga terjadi di Parigi, Kota Tangerang Selatan, Jumat (5/3/2021).