Sempat Terlupakan, Kini Tokoh Pers RM Tirto Adhi Soerjo Jadi Nama Jalan
Peringatan Hari Pahlawan 10 November tepat untuk menghidupkan memori tentang para tokoh dan pahlawan yang inspiratif dan berjasa besar bagi bangsa. Peresmian Jalan RM Tirto Adhi Soerjo adalah salah satu upaya itu.
Oleh
AGUIDO ADRI
·5 menit baca
Pemerintah Kota Bogor, Jawa Barat, meresmikan nama pahlawan nasional Raden Mas Tirto Adhi Soerjo menjadi nama jalan menggantikan Jalan Kesehatan. Sosok RM Tirto Adhi Soerjo diharapkan menjadi sosok inspiratif bagi insan pers Indonesia dalam independensi dan kekritisan menjalankan tugas kewartawanan.
Di tengah kawasan penghubung Jalan Ahmad Yani dan Jalan Pemuda, Tanah Sareal, Bogor Tengah, sejumlah pria berpakaian ala priayi dan perempuan mengenakan kebaya. Mereka merupakan keturunan dari RM Tirto Adhi Soerjo yang menanti detik-detik peresmian pergantian nama Jalan Pahlawan menjadi Jalan RM Tirto Adhi Soerjo. Peresmian nama jalan baru itu langsung dipimpin oleh Wali Kota Bogor Bima Arya dan wakilnya, Dedie A Rachim, yang juga mengenakan pakaian ala priayi.
Bima dalam sambutannya mengatakan, Hari Pahlawan pada Rabu (10/11/2021) kali ini tidak semata peringatan tahunan untuk penghormatan kepada para pahlawan bangsa. Lebih dari itu, peringatan ini menjadi momentum bagi generasi muda mengenal serta menggali lagi identitas dan sejarah dari ketokohan para pahlawan untuk kemudian bersama berjuang membangun bangsa.
”Saat ini kita mengganti nama Jalan Kesehatan dengan Jalan RM Tirto Adhi Soerjo yang merupakan pahlawan, sosok besar, hebat, dan meninggalkan banyak warisan berharga yang menentukan bagi perjalanan Indonesia. Ini salah satu untuk mengenal dan belajar dari sosok RM Tirto Adhi Soerjo,” ujar Bima.
Setiap masa memiliki tantangan dan perjuangan yang berbeda, terutama bagi generasi muda saat ini berkontribusi untuk lingkungan di skala lokal, bahkan internasional. Status pahlawan bisa tersemat pada siapa saja dengan berbagai latar belakang melalui karya sehingga bisa memberikan manfaat serta inspirasi khalayak luas.
”Kita bisa belajar dan meneladani ketokohannya serta bisa menjadi pahlawan untuk lingkungan kita dari karya dan kegiatan yang berkontribusi dan menginspirasi seperti RM Tirto Adhi Soerjo,” ujar Bima.
Menurut Bima, Indonesia memiliki banyak tokoh besar dengan pemikiran dan warisan yang sangat berpengaruh. Namun, karena keterbatasan catatan sejarah atau karena pengaruh politik dari rezim yang berkuasa, para tokoh itu menjadi tidak terlalu dikenal oleh generasi muda.
Untuk itu, jangan sampai para tokoh dan pahlawan yang inspiratif dan sudah memberikan jasa besar bagi bangsa terlupakan. Begitu pula sosok RM Tirto Adhi Soerjo yang kini diabadikan menjadi nama jalan diharapkan kembali membuka wawasan kesejarahan bagi generasi muda dan menjadikan salah satu sumber inspirasi untuk berkarya.
Pramoedya Ananta Toer, penulis Tetralogi Pulau Buru, terinspirasi untuk menghidupkan tokoh RM Tirto Adhi Soerjo dalam sosok Minke di dalam buku Bumi Manusia. Melalui karyanya, Pramoedya menjadi salah satu sastrawan yang diakui dunia internasional dan menjadi pahlawan di bidang sastra yang mengharumkan nama Indonesia.
Tulisannya sebagai senjata perlawanan, melawan ketidakadilan dan penjajahan.
Tokoh-tokoh inspiratif ini diharapkan muncul dari generasi muda melalui berbagai karya sehingga memunculkan pahlawan-pahlawan baru yang turut berjuang demi kemajuan bangsa.
RM Tirto Adhi Soerjo, kata Bima, merupakan pendiri surat kabar pertama berbahasa Melayu, yaitu Medan Prijaji. Bentuk perjuangan dan perlawanan RM Tirto Adhi Soerjo terhadap penjajahan kolonial Belanda melalui tulisan-tulisan kritis yang memberikan semangat dan inspirasi bagi pembaca untuk turut ikut berjuang.
”Tulisannya sebagai senjata perlawanan, melawan ketidakadilan dan penjajahan,” kata Bima.
Tidak hanya seorang jurnalis kritis sekaligus tokoh pers nasional, RM Tirto Adhi Soerjo juga tokoh Sarikat Islam yang menjadi cikal bakal gerakan nasionalisme yang melahirkan tokoh-tokoh pergerakan pada masa perjuangan meraih kemerdekaan Indonesia.
Sebagai jurnalis dan aktivis pergerakan nasional, lanjut Bima, RM Tirto Adhi Soerjo membela kepentingan warga, berani mengkritisi pemerintah kolonial sehingga diasingkan ke Pulau Bacan, Pulau Halmahera, Maluku Utara. Hingga wafatnya pada 1918, perjuangannya berlanjut ke penerus setelahnya untuk terus berjuang meraih kemerdekaan.
”Bung Karno masih muda belia, berusia 17 tahun. Jadi, tidak salah banyak sejarawan dan pemikir lainnya menempatkan RM Tirto Adhi Soerjo sebagai sosok cikal bakal atau yang memulai gerakan kemerdekaan Indonesia. Perannya begitu besar,” lanjut Bima.
Ketokohan RM Tirto Adhi Soerjo juga memiliki arti penting untuk insan pers Indonesia yang layak menjadi sosok inspiratif dalam independensi dan kekritisan menjalankan tugas kewartawanan atau menulis. Dalam karya jurnalistik juga bisa memberikan nilai-nilai atau pesan yang mempersatukan dan ikut dalam upaya membangun negeri.
”Pemikiran dan keberaniannya bisa menginspirasi anak-anak muda yang sekarang menekuni dunia jurnalistik. Tidak takluk pada kekuatan yang memaksa, tidak tergoda uang, kritis, bahkan berani mengorbankan kehidupan pribadi,” ujarnya.
Raden Ayu Dewi Pujiati atau dikenal sebagai Dewi Yull menuturkan, peresmian nama jalan yang diabadikan dari nama kakek buyutnya merupakan sebuah anugerah dan penghormatan bagi keluarga besar RM Tirto Adhi Soerjo.
”RM Tirto Adhi Soerjo sempat lama terlupakan, tetapi mutiara tetap akan bercahaya. Terima kasih untuk warga Kota Bogor dan teman-teman media. Semoga RM Tirto Adhi Soerjo menginspirasi untuk jurnalis menulis dan memberikan informasi kepada masyarakat yang penuh tanggung jawab,” kata pelantun tembang ”Kau Bukan Dirimu” itu.
Melalui sosok kakek buyutnya itu pula Dewi Yull berharap ada semangat bagi insan pers untuk memiliki integritas dan tanggung jawab di masa banjir informasi dan perkembangan teknologi informasi. Menurut dia, pers memiliki peran penting dan besar dalam pembangunan, kemajuan, serta kecerdasan bangsa.
”Menjadi tertarik untuk membaca hal yang bermanfaat, mendapat wawasan. Bukan hoaks, bukan judul yang dibaca. Berharap banyak muncul RM Tirto Adhi Soerjo lainnya yang mampu membangun bangsa, menggerakkan energi semangat dan jiwa untuk pembacanya. Sebab, dari sebuah tulisan, jurnalis bisa melakukan itu. Betul kata orang tua dulu bahwa pena bisa setajam pisau,” tuturnya.
Bima melanjutkan, agar sosok RM Tirto Adhi Soerjo bisa lebih dikenal luas oleh generasi muda, pihaknya bersama Yayasan Priatman untuk Negeri akan mendirikan Pojok Tirto Adhi seperti perpustakaan kota dan ruang kreasi belajar tentang jurnalisme.
”Banyak warisan keteladanan RM Tirto Adhi Soerjo. Mudah-mudahan memberikan semangat kepada kaum terdidik dan cendekiawan untuk tidak terpecah karena kepentingan politik dan ekonomi,” kata Bima.