Bendungan Kering Ciawi dan Sukamahi Ditargetkan Beroperasi Penuh Februari 2022
Sebagai salah satu cara pengendali banjir Jakarta, Kementerian PUPR membangun dua bendungan kering di wilayah Jawa Barat. Dua bendungan itu ditargetkan berfungsi penuh Februari 2022.
Oleh
Helena F Nababan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dua bendungan kering atau dry dam yang tengah dikerjakan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dipastikan akan berfungsi penuh pada Februari 2022. Dua bendungan di wilayah Jawa Barat itu dibangun untuk mengendalikan banjir di Jakarta.
Direktur Bendungan dan Danau Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR Airlangga Mardjono, Sabtu (6/11/2021), menjelaskan, sebagai bendungan pengendali banjir, bendungan kering itu merupakan bendungan kering pertama di Indonesia. Dibangun sejak 2017, progres pembangunan fisik Bendungan Ciawi mencapai 91 persen dan Bendungan Sukamahi mencapai 93 persen.
”Kedua bendungan itu ditargetkan berfungsi penuh pada Februari 2022,” katanya.
Sebagai bendungan kering, keduanya memiliki karakteristik yang berbeda dari bendungan lain di Indonesia. Kedua bendungan itu baru akan tergenangi air pada musim hujan. Sementara saat musim kemarau, kedua bendungan itu akan kering.
”Dengan kedua bendungan itu, kita punya ruang untuk menampung kelebihan air pada saat musim hujan dan dilepas secara terkendali. Kalau selama ini kita sulit kendalikan air yang masuk ke Jakarta dengan bendungan ini, kita bisa mengendalikan, bisa terukur, mengendalikan air yang datang dari hulu DAS Ciliwung menuju Jakarta dengan bendungan di Ciawi dan Sukamahi,” kata Airlangga.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dalam laman resmi Kementerian PUPR menjelaskan, air hujan yang turun akan ditampung sementara di dua bendungan itu, lalu dialirkan sekecil mungkin ke Sungai Ciliwung. ”Diatur debitnya yang harus mengalir saat musim hujan,” katanya.
Bendungan kering di Ciawi dan Sukamahi merupakan bendungan yang pertama kali dibangun di Indonesia sebagai upaya merespons risiko bencana hidrometeorologi di Jakarta dan sekitarnya. Pengoperasian bendungan dilakukan dengan memanfaatkan data klimatologi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang menampilkan laporan kejadian banjir atau kekeringan serta prakiraan cuaca dan hari tanpa hujan, termasuk prakiraan banjir dan kekeringan.
Airlangga melanjutkan, untuk pengendalian banjir ruas Ciawi-Manggarai, Bendungan Ciawi akan mengurangi 30,6 persen debit banjir. Sementara Bendungan Sukamahi akan mengurangi debit banjir hingga 27,4 persen.
Di bawah kedua bendungan itu dibuat pula sejumlah titik penyekat debit banjir, di antaranya Bendung Katulampa dan Pintu Air Depok. Dengan adanya titik-titik penyekat itu, debit air dari hulu DAS Ciliwung dikendalikan sehingga aliran air yang sampai ke Pintu Air Manggarai akan berkurang hingga 11,9 persen atau setara 77,98 meter kubik per detik.
Saat Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukahami dioperasikan, debit air di Pintu Air Manggarai diperkirakan 577,05 meter kubik per detik. Tanpa kedua bendungan itu, debit banjir diperhitungkan 655,03 meter kubik per detik.
Airlangga menyatakan, meski Bendungan Ciawi dan Sukamahi ditargetkan beroperasi penuh pada Februari 2022, keduanya sudah bisa mulai menampung air pada Desember 2021 dan Januari 2022.
”Sekarang pun air dengan ketinggian-ketinggian tertentu juga sudah bisa direduksi di sana,” katanya.
Meski ada kedua bendungan itu, Airlangga berharap Pemerintah Provinsi Jakarta dan pemerintah di daerah penyangga Jakarta juga melakukan langkah-langkah penanganan banjir. Di antaranya membuat waduk, kolam retensi, dan sumur resapan serta melakukan normalisasi kali-kali di Jakarta.
Secara terpisah, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) Bambang Heri Mulyono menyatakan, wilayah yang dilewati Kali Ciliwung di titik Cawang dan Rawajati di Jakarta akan menjadi fokus pekerjaan normalisasi kali selanjutnya. Hal itu sesuai kesepakatan dengan Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta setelah melakukan survei dan inventarisasi bersama.
Pembebasan lahan oleh DKI Jakarta masih berlangsung, sedangkan BBWSCC tengah memproses lelang pengadaan kontraktor yang akan mengerjakan fisik normalisasi. ”Di kedua wilayah itu, normalisasi akan dikerjakan sepanjang 1,4 kilometer. Kami menargetkan 2022 pekerjaan bisa selesai,” kata Bambang Heri.