Longsor Susulan Ancam Warga Rumpin di Kabupaten Bogor
Perusahaan tambang yang diduga turut memicu terjadinya longsong di Kecamatan Rumping, Kabupaten Bogor, diminta bertanggung jawab dengan merelokasi warga dan membuka akses jalan yang terputus.
Oleh
AGUIDO ADRI
·4 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Longsor susulan berpotensi terjadi di Kampung Ciater dan Kampung Jati Nunggal, Desa Cipinang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, setelah kejadian longsor besar pada Jumat (10/9/2021) dini hari. Longsor terjadi tidak hanya karena faktor hujan, tetapi diduga juga karena aktivitas tambang di sisi barat Desa Cipinang.
Kawasan Kampung Ciater dan Kampung Jati Nunggal, yang berbatasan langsung dengan sebuah perusahaan tambang batu andesit, luluh lantak karena longsor. Kejadian longsor merupakan rentetan longsor kecil yang berawal pada Selasa (3/8/2021).
Sejak itu, beberapa kali longsor kecil kerap terjadi hingga kemudian pada Jumat (10/9/2021) terjadi longsor besar yang menyebabkan tiga rumah rusak berat dan belasan rumah lainnya rusak ringan. Sebanyak 17 keluarga atau 93 warga harus mengungsi. Longsor juga menyebabkan jalan akses utama antara Kampung Ciater dan Kampung Jati Nunggal terputus.
Bahkan, pada Senin (13/9/2021), masih terjadi longsor susulan. Kejadian longsor itu membuat sejumlah warga berlari menyelamatkan diri. Selain mengakibatkan kerusakan sejumlah rumah, warga juga kini merasa terancam dengan potensi longsor susulan. Apalagi retakan tanah juga semakin besar.
Rusdi (45), salah satu warga yang terdampak, mengaku panik saat kejadian longsor besar pada Jumat subuh. Apalagi saat itu gelap sehingga ia tidak tahu seberapa parah longsor.
”Terbangun dengar ada suara gede. Langsung mikir itu longsor karena sebelumnya ada longsor kecil, lalu keluar rumah selamatkan diri dan keluarga. Lari menjauh pokoknya,” kata Rusdi yang kini mengungsi.
Menurut dia, longsor terjadi tidak hanya karena faktor hujan, tetapi juga kerusakan alam sekitar dari aktivitas tambang batu. ”Perusahaannya sudah lama, tahun 1990-an, 1992 atau 1995 kalau tidak salah. Nah, sebelum kejadian longsor besar Jumat itu, sehari-dua hari sebelumnya masih ada aktivitas tambang. Itu, kan, bahaya ya, karena sebelumnya sudah ada longsor kecil-kecil. Beberapa kali ada getaran,” katanya.
Ia menambahkan, sebelum longsor, perusahaan sedang membuat sebuah tanggul di bibir tebing yang berbatasan langsung dengan kampung dan tempat aktivitas tambang. Namun, belum selesai pemasangan tiang pancang di tebing curam itu, kejadian longsor sudah meluluhlantakkan kawasan sisi barat dua kampung.
”Aneh saja, tanggulnya justru bukan bikin aman, tetapi malah longsor, malah bikin tidak aman,” lanjutnya yang berharap ada perhatian dari pemerintah atau dari pihak perusahaan untuk memberikan ganti rugi kerusakan rumah warga yang terdampak.
Salah satu pekerja tambang membenarkan pendirian tiang pancang di tebing curam atau penahan dinding tanah. Namun, menurut dia, tiang pancang itu tidak ditanam dalam. Selain itu, dengan kondisi curam tinggi, pembangunan tanggul atau bangunan penahan tanah seharusnya dibuat turap berundak.
”Memang seharusnya tiang pancangnya itu ditanam dalam ke tanah, tetapi itu sepertinya hanya ditanam 20-30 meter saja. Pancang ini, kan, agar menahan tanah tebing curam itu. Kondisi tebing miring curam sehingga harusnya dibuat berundak,” katanya.
Sementara itu, Pusat Pengendalian Operasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (Pusdalops BNPB) sudah menerjunkan tim untuk memetakan potensi bencana dan wilayah terdampak tanah longsor di Desa Cipinang.
Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menjelaskan, tim Pusdalops BNPB sejak Minggu memotret kawasan itu menggunakan drone. Jika dilihat lanskap dari kawasan terdampak, pemanfaatan ruang kawasan menjadi permasalahan utama.
Galian tambang yang melebar hingga ke batas permukiman membuat lereng tebing galian setinggi sekitar 40 meter tidak stabil meskipun ditambahkan tiang pancang sebagai penguat. Kaidah-kaidah keteknikan dalam penguatan lereng tidak terlihat di lapangan sehingga bencana longsor terjadi dan merusak sebagian kawasan permukiman.
”Foto udara dibutuhkan untuk memetakan potensi bahaya longsor susulan yang bisa dipicu oleh curah hujan lebat dan berdurasi panjang. Adanya retakan tanah di sekitar permukiman warga akibat longsor yang terjadi meningkatkan potensi risiko longsor susulan jika tidak ada langkah-langkah antisipasi,” jelasnya dalam keterangan tertulis.
Berdasarkan analisis peringatan dini gerakan tanah dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) pada September 2021, Kecamatan Rumpin termasuk wilayah dengan potensi menengah hingga tinggi, dan berpotensi banjir bandang.
Penambangan ini berizin. Kami sudah meminta kepada pihak petambang agar bertanggung jawab untuk merelokasi warga dan pembukaan jalan akses warga yang terputus akibat longsor ini. Merelokasi warga yang terdampak segera. Ini bertujuan untuk mengantisipasi potensi longsor susulan terjadi. Mengingat kontur tanah di lokasi sangat labil dan sering kali diguyur hujan. (Ade Yasin)
BNPB mengimbau agar pemerintah daerah bersama pengelola usaha pertambangan dapat segera melakukan langkah-langkah kesiapsiagaan, terutama untuk menjamin keselamatan masyarakat yang berada di kawasan yang masih berpotensi longsor selama musim hujan.
Bupati Bogor Ade Yasin menyatakan sudah mengunjungi Desa Cipinang yang terdampak lokasi longsor di Desa Cipinang. Sejumlah bantuan kebutuhan logistik juga sudah tersalur untuk warga yang terdampak.
”Longsoran tebing itu terjadi akibat kontur tanah di lokasi yang labil. Kondisi tersebut diperparah dengan adanya aktivitas tambang di lokasi kejadian. Hujan deras yang mengguyur lokasi juga memperburuk kondisi,” kata Ade.
Ia meminta kepada pengelola tambang agar bertanggung jawab atas longsor yang terjadi karena tidak hanya menyebabkan longsor, tetapi akses jalan utama warga putus.
”Penambangan ini berizin. Kami sudah meminta kepada pihak penambang agar bertanggung jawab untuk merelokasi warga dan pembukaan jalan akses warga yang terputus akibat longsor ini. Merelokasi warga yang terdampak segera. Ini bertujuan untuk mengantisipasi potensi longsor susulan terjadi. Mengingat kontur tanah di lokasi sangat labil dan sering kali diguyur hujan,” tuturnya.