Tawuran Antarkelompok Warga Tak Berkesudahan di Johar Baru
Pencetus tawuran yang kerap terjadi di Johar Baru, Jakarta Pusat, hingga kini belum terselesaikan.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tawuran antarkelompok kembali terjadi di wilayah Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat. Minggu (22/8/2021) pukul 22.00 WIB, kelompok warga Kampung Rawa memicu keributan untuk membalas dendam ke kelompok warga Tanah Tinggi.
Senin (23/8) sore, polisi membekuk tiga tersangka yang diduga menjadi provokator kerusuhan. Mereka adalah HK (25), MY (29), dan BP (31). Selain diduga sebagai provokator, ketiganya juga terbukti mengonsumsi narkotika jenis sabu dari hasil pemeriksaan urine.
MY, yang sehari-hari sebagai juru parkir, mengaku aksi yang ia lakukan bersama beberapa warga atas dasar keinginan balas dendam. Ia semakin bersemangat setelah mengonsumsi narkotika. ”(IM) itu abang-abangan kita. Saya baru positif (pakai sabu) karena mau balas dendam,” ujarnya. Hal senada juga dikatakan HK dan BP, yang hidup dari mengamen.
Pekan lalu, jelang Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, Senin (16/8/2021), tawuran antarkelompok warga dari Kelurahan Kampung Rawa dan Kelurahan Tanah Tinggi terjadi di Jembatan Kota Paris. Video tawuran yang viral di media sosial menunjukkan warga saling serang menggunakan batu, kayu, dan kembang api.
Kejadian tersebut mengakibatkan seorang warga Kampung Rawa tewas, yakni IM. Ia dikabarkan sempat melerai kerusuhan, yang kemudian terluka akibat bacokan di perut dan dada. Kejadian ini yang memicu tawuran Minggu lalu. Beberapa hari setelah kejadian tersebut, polisi menangkap S dan AA, dari kelompok warga Tanah Tinggi, yang diduga melukai IM.
Meski begitu, warga Kampung Rawa tidak puas. Balas dendam menjadi salah satu penyebab tawuran berkelanjutan di Johar Baru.
Kapolsek Johar Baru Komisaris Edison mengatakan, keberadaan IM yang terluka akibat tawuran itu tidak terpantau polisi yang membubarkan tawuran pada Senin dini hari itu. IM yang meninggal di rumah sakit baru dilaporkan ke polisi pada pagi harinya.
Polisi meminta kerja sama masyarakat agar melaporkan setiap bentuk gangguan keamanan dan ketertiban yang kerap terjadi di daerah Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat. Sebab, gangguan tersebut sering memakan korban dan terkait kriminalitas lainnya, seperti penyalahgunaan narkoba.
”Kami meminta agar RT dan RW supaya kalau ada tawuran lapor ke kita. Selama ini, sih, ada yang lapor ke kita. Jadi, kita bisa segera turun ke lapangan untuk membubarkan sambil mengamankan para pelaku,” kata Edison.
Ketegasan dan kerja sama pengurus satuan wilayah tingkat RT, RW, dan lurah, termasuk koramil, sangat diharapkan agar gangguan kamtibnas tidak hanya bisa ditanggulangi, tetapi juga diantisipasi.
Identifikasi pencetus
Secara terpisah, Wali Kota Jakarta Pusat Dhany Sukma mengatakan, pihaknya akan berkomunikasi dengan Polres Metro Jakarta Pusat, Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM), lurah, RT dan RW untuk mengidentifikasi pencetus tawuran antarwarga di wilayahnya. ”Apa yang menjadi titik persoalan. Ini yang harus diselesaikan pencetusnya,” katanya.
Selain itu, Pemkot Jakarta Pusat juga akan memasang penerangan jalan dan CCTV di sejumlah titik untuk memantau aktivitas warga di lokasi yang kerap terjadi tawuran. ”Ini bertujuan untuk mengetahui kelompok warga mana yang menjadi pemicu sehingga dapat diselesaikan masalah tawuran antawarga Johar Baru,” katanya.
Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Indonesia Police Watch (IPW) Sugeng Teguh Santoso juga menanggapi, tawuran yang sering terjadi di wilayah Johar Baru merupakan fenomena sosial yang harus dicari akarnya. Persoalan tawuran menjadi ajang eksistensi yang kerap diikuti kekerasan.
Teguh melanjutkan, fenomena tawuran perlu menjadi perhatian seluruh elemen masyarakat, bukan hanya polisi. ”Jadi, ini bukan hanya tugas dan tanggung jawab polisi saja dalam menjaga ketertiban masyarakat,” ujar Teguh.