Rumah Makan dan Tempat Ibadah di Kota Bogor Buka dengan Kapasitas 25 Persen
Meski ada sejumlah relaksasi kegiatan dengan pembatasan 25 persen, Satgas Covid-19 Kota Bogor tetap akan melanjutkan kebijakan ganjil genap selama seminggu ke depan.
Oleh
AGUIDO ADRI
·6 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kota Bogor mengizinkan pembukaan rumah ibadah dan usaha kuliner khusus ruang terbuka dengan pembatasan kapasitas maksimal 25 persen pada masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM level 4.
Meski begitu, kebijakan Satgas Covid-19 Kota Bogor tetap fokus pada penanganan pandemi dengan melanjutkan ganjil genap, percepatan target vaksin, hingga mengoperasikan Rumah Sakit Lapangan di Asrama IPB University sebagai antisipasi jika ada lonjakan kasus.
Wali Kota Bogor Bima Arya sesuai rapat evaluasi bersama Satgas Penanganan Covid-19 mengatakan, PPKM Level 4 masih berlanjut di aglomerasi Jabodetabek pada 10-16 Agustus 2021 agar penanganan pandemi semakin membaik.
Jika ada rumah makan yang indoor dan outdoor, yang boleh dibuka yang outdoor saja.
Pada perpanjangan PPKM level 4 kali ini, sejumlah unit usaha, seperti rumah makan, kafe, dan restoran, boleh membuka pesanan makan di tempat dengan pembatasan kapasitas 25 persen.
”Sudah ada perbaikan dalam penanganan, tetapi perlu lebih ditekan lagi, khususnya angka kasus harian. PPKM kali ini, rumah makan, kafe, dan restoran boleh menerima pesan makan di tempat dengan pembatasan 25 persen saja dan maksimal satu bangku dua orang. Itu pun rumah makan yang ruang terbuka atau outdoor saja, yang memiliki sirkulasi udara baik. Sementara yang indoor belum boleh. Jika ada rumah makan yang indoor dan outdoor, yang boleh dibuka yang outdoor saja,” kata Bima, Selasa (10/8/2021) kemarin.
Selain unit usaha kuliner, Satgas Penanganan Covid-19 Kota Bogor juga mengizinkan kegiatan peribadatan di rumah ibadah dengan pembatasan kapasitas 25 persen. Tim satgas akan berkoordinasi dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Dewan Masjid Indonesia (DMI), serta lembaga keagamaan lain untuk mengawasi kepatuhan protokol kesehatan tetap ketat di rumah ibadah.
Meski ada sejumlah relaksasi kegiatan dengan pembatasan 25 persen, lanjut Bima, pihaknya tetap akan melanjutkan kebijakan ganjil genap nomor kendaraan bermotor selama seminggu. Kebijakan ini masih dibutuhkan untuk menekan mobilitas warga dan dinilai berhasil sehingga cukup berdampak pada tren penurunan kasus.
Bima tidak ingin dalam pelaksanaan PPKM level 4 ini justru menyebabkan lonjakan kasus. Untuk itu, ia berharap warga tetap mematuhi protokol kesehatan ketat dan membatasi kegiatan. Namun, berdasarkan pengalaman sebelumnya, pemerintah tetap perlu menyiapkan antisipasi dan penanganan maksimal jika ada lonjakan kasus.
Salah satu penanganannya, yaitu Pemkot Bogor mengoperasikan Rumah Sakit Lapangan (RSL) di Asrama IPB University, Dramaga. RSL IPB yang sudah beroperasi pada Senin (9/8/2021) itu merupakan kolaborasi Pemkot Bogor bersama IPB University dan Rumah Sakit Ummi. RSL itu memiliki fasilitas 44 ruang perawatan isolasi untuk pasien Covid-19 gejala ringan dan sedang. Fasilitas listrik, air, dan Wi-Fi, pun sudah siap pakai.
Bima mengatakan, Kota Bogor dan banyak daerah di Tanah Air sempat mengalami lonjakan kasus Covid-19 yang luar biasa pada akhir Juni 2021. ”Saya ingat, 25 Juni 2021, Kota Bogor mulai SOS. Saya bilang, Kota Bogor tidak baik-baik saja, sangat mengkhawatirkan. Kekurangan peti mati, kelangkaan oksigen, dan antren pasien di mana-mana, ambulans setiap menit lewat, suasana sangat mencekam saat itu,” tutur Bima.
Oleh karena itu, perlu ada kesiapan awal untuk fasilitas kesehatan meski saat ini menunjukkan tren penurunan kasus. Menurut Bima, fase kritis sudah bisa dilewati meski belum bisa disimpulkan aman dan harus tetap waspada. Sejumlah ahli menyampaikan untuk tetap hati-hati dan waspada serta persiapan fasilitas kesehatan juga perlu diperhatikan karena ada varian virus baru, seperti Delta yang lebih cepat penularannya.
”Kita berharap setelah Delta tidak ada lagi yang lain, insya Allah kita recovered. Tapi, kalau ada varian yang lain, misalnya setelah Delta ada lagi dan lagi, napas kita betul-betul harus panjang. Kita berharap pandemi semakin terkendali. Namun, segala antisipasi perlu kita siapkan dan perkuat. RS lapangan hari ini hope for the best, but prepare for theworst,” tambahnya.
Percepat vaksin
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor Sri Nowo Retno melanjutkan, untuk menekan kasus positif harian dan potensi penularan luas, diperlukan upaya penguatan penanganan, yaitu pelacakan, pengetesan, dan perawatan (tracing, testing, dan treatment/3T). Satgas Kota Bogor sudah menerjunkan 263 tim lacak atau tracer. Tim ini dibantu oleh 136 personel polisi dan 68 personel TNI yang tersebar di 68 kelurahan.
Selain itu, lanjut Retno, penguatan penanganan lain adalah mempercepat target vaksinasi kepada 819.444 orang. Dinkes Kota Bogor menargetkan pada Oktober 2021 capaian target selesai 100 persen. Berdasarkan data, cakupan vaksin mencapai 43,58 persen atau menjangkau 357.108 orang.
”Kami terus berusaha untuk mengejar kekebalan komunal. Percepat capaian vaksinasi kepada warga,” kata Retno.
Ia menjelaskan, saat ini ada 4.370 vial Sinovac untuk dosis kedua yang akan dihabiskan sesuai jadwal hingga 15 Agustus mendatang. Adapun 2.500 vial AstraZeneca akan dikejar untuk satu minggu ke depan. Ada pula 539 vial Moderna yang sudah terdistribusi ke semua fasilitas kesehatan dengan sasaran tenaga kesehatan (nakes).
”Untuk nakes, ini merupakan dosis ketiga. Satu vial Moderna untuk 14 dosis. Kami juga alokasikan 658 vial Sinopharm untuk teman-teman disabilitas. Saat ini, capaian baru 184 yang divaksin dari total 650 orang. Kami kejar ini dengan kerja sama bersama pendamping difabel dan komunitas,” kata Retno.
Melalui percepatan vaksinasi, lanjutnya, selain untuk meningkatkan kekebalan komunal, diharapkan kasus meninggal juga bisa ditekan karena menurut dia sebagian besar kasus meninggal belum menerima vaksin dan ditambah ada komorbid atau penyakit penyerta.
Berdasarkan pembaruan data Dinkes Kota Bogor, Senin (9/8/2021), keterisian tempat tidur di 21 rumah sakit rujukan mencapai 534 tempat tidur (40,5 persen) dari total 1.317 tempat tidur. Adapun keterisian ICU mencapai 73,4 persen.
Pada data yang sama, tercatat ada penambahan konfirmasi positif harian 150 kasus sehingga total mencapai 34.743 kasus. Pasien sembuh atau selesai isolasi 31.818 kasus, masih sakit atau kasus aktif 2.474 kasus, dan meninggal 451 kasus.
Retno menuturkan, Kota Bogor masih masuk zona merah atau status level 4. Positivity rate turun 27,5 persen dari minggu sebelumnya 41 persen. Dalam penerapan PPKM level 4 sejak 26 Juli hingga 9 Agustus 2021 (dua kali perpanjangan), tercatat pasien sembuh di Kota Bogor bertambah 5.011 orang, jauh lebih banyak dibandingkan kasus harian yang bertambah 4.017 kasus.
Salah satu indikator Kota Bogor keluar dari level 4 ke penanganan level 3 adalah angka kasus harian berkisar 50-100 kasus. Untuk itu, katanya, vaksinasi dan penguatan tracing harus maksimal serta kesadaran protokol kesehatan tidak boleh kendur.
”Masyarakat disiplin prokes (protokol kesehatan) dan kurangi mobilitas. Lalu percepat vaksin, silakan masyarakat datang ke 16 sentra vaksin. Lalu perbanyak tracing. Ini kunci penting penanganan dan semoga terus membaik kondisi pandemi ini. Jadi, semua orang harus terlibat agar cepat mereda,” pungkas Retno.