Ironi distribusi air Jakarta terlihat di dua stasiun air. Di dua tempat itu, air yang dijual mahal mengucur lancar ke luar kota. Tak jauh dari sana, banyak warga yang kesulitan mendapatkan pasokan air.
Oleh
DHANANG DAVID ARITONANG / Insan Alfajri / Irene Sarwindaningrum / Andy Riza Hidyat
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS-Di saat banyak warga membutuhkan pasokan air bersih, sebagian air perpipaan Jakarta itu dijual ke luar kota. Penjualan air ini berlangsung bebas di Pusat Distribusi Air (CDC) Cilincing (Jakarta Utara) dan Stasiun Air Pasar Rebo (Jakarta Timur). Alih-alih memenuhi kebutuhan warga yang kesulitan, air dari dua tempat itu tidak terkontrol peruntukannya.
Penelusuran Kompas, setiap hari puluhan truk tangki berukuran 8.000 liter hingga 20.000 liter terlihat di sana. Sopir truk antre menunggu giliran pengisian air bersih atas permintaan pembeli. Air di dua tempat itu mengalir dari pipa yang populer disebut sebagai “belalai” setinggi sekitar 2,5 meter dan berdiameter 4 inch hingga 2 inch. Sopir tangki kadang memainkan telepon seluler mereka, menjajagi pesanan air yang dapat segera dikirim.
Iwan, pengusaha truk tangki, menjelaskan, ia sanggup menjual air ke Bekasi (Jawa Barat) dan Tangerang (Banten). Ia menjual air dengan mobil tangki yang berasal dari CDC Pasar Rebo. "Saya jual dengan harga Rp 650.000 per tangki untuk wilayah luar Jakarta. Kalau untuk wilayah Jakarta Rp 500.000," katanya di Jakarta, Minggu (16/05/2021).
Menurut Iwan, dalam sehari ia sanggup menjual 640.000 liter air atau setara dengan 80 truk tangki. Ia membeli air dari Aetra seharga Rp 90.000 per tangki. "Airnya biasa dipakai untuk kebutuhan kolam renang karena kualitasnya bagus. Kami juga pernah menjual air ini ke apartenen untuk kebutuhan penghuni di sana," ujarnya.
Erik, pengusaha truk tangki, mengaku juga menjual air yang berasal dari CDC Pasar Rebo. Ia pun juga bekerja sama dengan beberapa kontraktor yang biasa membangun kolam renang. "Kalau untuk air kolam renang bisa saja, nanti kan ada perlakuan khusus lagi setelah airnya dipakai untuk kolam renang. Kalau untuk usaha air isi ulang sebaiknya pakai air dari pegunungan," ucapnya.
Erik menjelaskan, air dari CDC Pasar Rebo selalu tersedia sepanjang waktu sehingga pembeli bisa memesan kapan pun. Ia hanya butuh waktu sekitar 2 jam untuk mengantar air ke pembeli setelah pemesanan. "Pokoknya air di sini selalu ready stock dan tidak pernah kekurangan," ujarnya.
Kasus serupa juga terjadi di CDC Cilincing, dimana air PAM Jaya dijual dengan mobil tangki ke luar Jakarta. Informasi yang dihimpun Kompas, air di sana mengalir lancar selama 24 jam. Juragan tangki yang membeli air di sini biasa menjual air ke berbagai lokasi seperti Subang, Tangerang, dan Bekasi, sebagaimana Yadi, sopir truk tangki air saat ditemui di lokasi.
Lancarnya air yang mengalir di CDC Cilincing berbeda dengan situasi yang dihadapi sebagian warga Kelurahan Rorotan dan Semper Barat, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Lokasi pemukiman warga ini berada kurang dari tujuh kilometer dari CDC Cilincing. Namun aliran air perpipaan di dua tempat ini bagaikan nasib manusia, sulit ditebak.
Ketua RW Ketua RW 007 Rorotan, Jaelani mengatakan, puluhan warganya banyak yang sulit mendapat air karena pada jam-jam tertentu air tidak mengalir. "Warga sudah banyak yang protes, bahkan ketika ada warga yang meninggal, kami harus menampung air cukup lama agar jenazahnya bisa dimandikan," katanya.
Di Rorotan, aliran air perpipaan warga terhenti pada siang hari, saat banyak warga bekerja dan menjalankan aktivitas sehari-hari. Karenanya, mereka menampung air di bak penampungan pada saat malam hari. Sebaliknya, di Semper Barat, warga di sana berebut aliran air pipa pada siang hari hingga pukul 23.00. Setelah itu hingga pukul 04.00, mereka susah mendapatkan pasokan air.
Mengenai persoalan ini, pihak PAM Jaya tidak bisa mengawasi distribusi air dari pengusaha truk tangki tersebut. Menurut ia, para pengusaha truk tangki ini sudah ada sejak awal kerja sama antara PAM Jaya dengan operator swasta. Pam Jaya tidak bisa mengontrol distribusi air dari saan dibawa kemana oleh suprik truk tangki.
Direktur Utama PAM Jaya Priyatno Bambang Hernowo menyebut, CDC Cilincing seharusnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan darurat dan warga di wilayah yang belum terjangkau jaringan pipa. Terkait kecilnya tekanan air di beberapa wilayah, dia memastikan bahwa itu semata-mata urusan teknis. Daerah Rorotan, misalnya, merupakan wilayah yang berada jauh dari pompa tekan. Inilah yang membuat air di tempat itu kecil.
Model distribusi air keluar kota itu tidak sejalan dengan perjanjian kerjasama antara PAM Jaya dengan mitra swasta. Direktur Amrta Institute, lembaga pemerhati masalah air bersih, Nila Ardhianie menilai ada penyimpangan penggunaan air di CDC Cilincing dan Gudang Air Pasar Rebo. "Selain itu, berdasarkan perjanjian kerja sama antara Pemprov DKI dan operator, air PAM Jaya tidak boleh dijual ke luar Jakarta," ujar Nila yang juga mantan anggota Tim Evaluasi Tata Kelola Air Minum.
Sayangnya, pihak operator Aetra belum memberikan penjelasan mengenai persoalan ini meski Kompas sudah mengirimkan pertanyaan. "Mohon maaf, beberapa pertanyaan belum bisa kami jawab sesuai dengan arahan dari direksi," kata Staf Humas PT Aetra, Ninuk Suryorini.