Kluster Pondok Pesantren di Kota Bogor, 32 Santri Positif Covid-19
Setelah kluster perumahan Griya Melati, Bubulak, Kota Bogor, kembali muncul kluster baru dari pondok pesantren. Munculnya kasus kluster ini diduga karena para santri baru kembali dari kampung halamannya.
Oleh
AGUIDO ADRI
·4 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Sebanyak 32 santri Pondok Pesantren Bina Madani, Harjasari, Bogor Selatan, Jawa Barat, terkonfirmasi positif Covid-19. Munculnya kluster itu membuat satuan tugas penanganan Covid-19 Kota Bogor menutup aktivitas keluar dan masuk. Sebanyak 421 penghuni pondok pesantren akan menjalani tes usap reaksi berantai polimerase atau PCR.
Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kota Bogor langsung bergerak melakukan tracing, treatment, dan testing (3T) ke semua penghuni pasantren. Pesantren itu masuk dalam daftar yang akan melaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM) pada Juli mendatang. Oleh karena itu, upaya penanganan maksimal akan dilakukan Satgas Covid-19.
”Jumlah santrinya banyak, ada 398 orang dan pengurus 55 orang. Dari hasil tes usap antigen, ada 32 santri positif. Selanjutnya, 421 santri dan pengurus akan menjalani tes usap PCR meskipun sebelumnya antigen mereka negatif,” kata Wali Kota Bogor Bima Arya, Minggu (6/6/2021).
Dari 32 santri yang terkonfirmasi positif, 24 di antaranya dibawa ke pusat isolasi di Pusdiklat Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Ciawi. Sementara, 8 santri lainnya isolasi mandiri di rumah masing-masing dengan pantauan dan pengawasan satgas.
”Ada dugaan mereka terpapar saat pulang kembali dari kampung halamannya. Mereka (santri) berasal dari luar Jawa, ada dari dalam Pulau Jawa juga,” lanjut Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Kota Bogor itu.
Bima melanjutkan, ia sudah memberikan arahan kepada aparatur wilayah, dinas terkait, dan pengurus ponpes di posko yang letaknya tidak jauh dari lokasi untuk pengawasan protokol kesehatan dan penanganan maksimal agar tidak meluas ke daerah lain dan ke santri lainnya.
Pihak pondok pesantren juga sepakat tidak menerima kunjungan dari keluarga atau orangtua santri. Satgas juga meminta agar pengurus ponpes berkoordinasi untuk memastikan protokol kesehatan, seperti tidak lepas masker, tidur jaga jarak, dan pembatasan aktivitas.
Satgas juga sudah mendirikan posko yang dijaga TNI dan Polri agar pengunjung tidak mendekati lokasi dan mengawasi ketat jika ada yang hendak keluar masuk pondok pesantren. Tim kesehatan atau surveilans juga disiagakan dari dinkes dan puskesmas untuk memonitor perkembangan kondisi santri. Kebutuhan vitamin dan obat-obatan lainnya akan didistribusikan langsung oleh petugas.
”Menutup total, tidak boleh ada aktivitas keluar masuk dari dan menuju pesantren. Lalu, melakukan tes ke semua penghuni. Perumda Pasar Pakuan Jaya untuk membantu memenuhi kebutuhan harian dengan menyuplai logistik. Jangan sampai yang dari dalam belanja keluar atau belanja sendiri ke pasar karena mereka sedang isolasi,” kata Bima menegaskan.
Kasus meningkat
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor Sri Nowo Retno mengimbau warga tetap menjalani protokol kesehatan ketat. Hal itu tak lepas dari mulai meningkatnya kasus positif di Kota Bogor. Peningkatan kasus mulai terjadi akibat dari larangan mudik Lebaran yang tidak dipatuhi warga.
Berdasarkan data, dalam tiga hari terakhir terjadi peningkatan kasus baru Covid-19. Pada Kamis (3/6), ada penambahan 49 kasus possitif. Jumat (4/6), naik menjadi 56 kasus, dan Sabtu (5/6) meningkat menjadi 78 kasus, pada Minggu (6/6), turun kasus 32 kasus. Dari data itu, total konfirmasi positif mencapai 16.286 kasus, masih sakit 516 kasus, selesai isolasi atau sembuh 15.505 kasus, dan meninggal 265 kasus.
Jika dibandingkan data akhir Mei lalu, angka penambahan kasus positif masih di rata-rata 30 kasus per hari. Sementara pada awal Mei, rata-rata kasus di bawah 10 kasus per hari. ”Ada kenaikan tren kasus. Ini disumbang dari kluster perumahan (Griya Melati, Bubulak) dan dari pondok pesantren. Kami upaya maksimal untuk 3T. Namun, ini perlu diperkuat dengan kepatuhan prokes ketat dari warga,” tutur Retno.
Sementara itu, di kluster Griya Melati, Bubulak, hingga saat ini tidak ada lagi penambahan kasus. Total 96 warga yang positif menjalani perawatan intensif di pusat isolasi Pusdiklat BPKP Ciawi.
”Total ada 90 yang sudah sembuh dan sudah pulang ke rumah. Mereka masih harus menjalani karantina di rumah lima hari dulu. Sementara 6 orang lainnya masih dirawat dan jika perkembangan kesehatannya terus membaik, pada Rabu besok merela bisa pulang,” ujar Bima.
Banyaknya warga yang sudah kembali dan dinyatakan sembuh serta tak ada lagi penambahan kasus, kata Bima, membuat satgas berkoordinasi untuk mengambil langkah selanjutnya, terutama menurunkan status kejadian luar biasa (KLB) di Griya Melati.