Jerih Payah Petugas Menahan Gelombang Pemudik yang Nyaris Tak Terbendung
Cucuran keringat, terik sinar matahari, polusi kendaraan, dan bayang-bayang ancaman terjangkit wabah Covid-19 mengakrabi para petugas yang melakukan penyekatan selama masa larangan mudik berlangsung.
Oleh
Stefanus Ato
·4 menit baca
Anggota Polri, TNI, satuan polisi pamong praja, dan dinas perhubungan bertugas di tengah hiruk pikuk lalu lintas yang sangat padat. Pada Kamis (6/5/2021), di Km 31 Jalan Tol Jakarta Cikampek, dekat Gerbang Tol Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, para petugas itu menyebar hingga radius ratusan meter.
Polisi lalu lintas memeriksa berbagai jenis mobil pribadi, travel, dan mobil boks yang terjepit di antara truk kontainer bertonase berat. Mereka juga memeriksa kelengkapan dokumen kendaraan. Proses penyisiran kendaraan itu harus dilakukan cermat, tetapi singkat. Sebab, jika terlalu lama, arus lalu lintas di jalan tol bakal kian padat dan memicu kemacetan.
Proses pemeriksaan dilakukan di tengah terik matahari dan panasnya deru mesin kendaraan. Para petugas sesekali menyeka keringat yang membasahi wajah. Sebagian dari para petugas itu juga tengah menjalankan ibadah puasa.
Sedikit saja lengah, pemudik pasti lolos atau saya diserempet mobil. (Puji Margono)
Penyekatan dan pemeriksaan kendaraan akan terus ada selama masa larangan mudik, 6-17 Mei 2021. Pada Jumat (7/5/2021) sekitar pukul 13.00, sebagian anggota polisi dari Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya yang baru selesai bertugas menyekat kendaraan beristirahat di bawah naungan Gerbang Tol Cikarang Barat. Ada yang berbaring, ada yang duduk mengobrol, dan ada yang sibuk berkomunikasi dengan keluarganya melalui panggilan telepon.
Salah satu dari mereka, Brigadir Puji Margono. Menurut Puji, proses penyekatan larangan mudik menuntut konsentrasi tinggi. Mereka harus jeli mengamati setiap kendaraan yang melintas. Konsentrasi tinggi itu kian sulit karena selama masa puasa, waktu tidur mereka tak ideal.
”Sedikit saja lengah, pemudik pasti lolos atau saya diserempet mobil,” ucapnya.
Jumat siang itu, ia dan petuagas lainnya mengidentifikasi salah satu kendaraan pribadi yang membawa 15 penumpang dengan tujuan Jawa Tengah. Para pemudik itu duduk berimpitan saat dihentikan petugas. Berbagai alasan dari pemudik, termasuk dengan menunjukkan dokumen perjalanan, ditolak petugas. Kendaraan itu pun akhirnya mengikuti arahan petugas untuk putar balik.
”Banyak sekali alasan mereka. Bahkan, ada yang lengkap bawa dokumen perjalanan. Setelah kami teliti, itu hasil fotokopi atau scan. Mereka cerdik, tapi kadang lupa cantumkan tanda tangan atau stempel basah. Detail-detail itu yang selalu kami perhatikan,” katanya.
Puji bersama rekan petugas lain menyadari betul tanggung jawab dari negara yang dipercayakan kepada mereka untuk memastikan kebijakan larangan mudik Lebaran 2021 sukses dilaksanakan. Setiap kendaraan yang lolos dari pantauan berpotensi memunculkan kasus baru Covid-19. Selain itu, mereka juga bertanggung jawab menjaga nama baik institusi.
”Kami setiap habis bertugas selalu ada evaluasi. Pimpinan pasti mempertanyakan temuan yang banyak terjadi di daerah lain, misalnya di Jawa Barat (yang berarti lolos dari Jabodetabek),” tuturnya.
Upaya mencegah gelombang pemudik dengan turut membantu pihak kepolisian juga dilakukan anggota Satuan Polisi Pamong Praja Jakarta Timur. Para petugas Satpol PP Provinsi DKI Jakarta itu sejak 6 Mei diperintahkan menyekat pemudik di Posko Penyekatan Gerbang Tol Cikarang Barat.
Menurut Machudi (44), salah satu anggota Satpol PP Jakarta Timur, penyekatan larangan mudik tersebut merupakan bagian dari tugas. Meski tak mudah bertugas saat berpuasa, turut serta dalam penyekatan di luar Jakarta dianggapnya sebagai berkah.
”Saya selalu bilang ke teman-teman, kita lagi refreshing. Jadi, jalani dengan bahagia karena tidak setiap saat dapat kesempatan bertugas di luar wilayah,” kata lelaki yang sudah 10 tahun bertugas di Satpol PP DKI Jakarta itu.
Tetap humanis
Kepala Satuan Patroli Jalan Raya Ditlantas Polda Metro Jaya Komisaris Akmal, dihubungi secara terpisah, mengatakan, jumlah personel gabungan yang bertugas menyekat pemudik di Gerbang Tol Cikarang Barat sekitar 400 personel. Para personel bertugas menyekat selama 12 jam.
”Kami atur, jadi dalam satu regu itu ada tiga kelompok. Saat kelompok itu bertugas, mereka menyekat selama satu jam dan beristirahat selama dua jam. Mereka bergantian berjaga pada pukul 08.00-20.00. Lalu, diganti regu lain dan bertugas pada pukul 20.00 sampai 08.00 esok hari,” ucap Akmal.
Selama bertugas, polisi melakukan kanalisasi dan menyebar anggota dengan radius sejauh 100 meter. Polisi juga memasang papan informasi pemberitahuan bahwa ada penyekatan di jarak 500 meter dari titik penyekatan.
Sementara untuk menjaga keselamatan petugas dari potensi tertular Covid-19, anggota diberikan vitamin, masker, dan cairan pembersih tangan. Setiap kali apel pagi, pihaknya juga sudah mengingatkan petugas untuk saat bertugas selalu memperhatikan protokol kesehatan.
”Anggota juga kami bekali untuk tetap bertindak humanis saat menghadapi para pemudik yang memiliki karakter berbeda-beda. Kami mencoba memberikan pemahaman kalau ini demi keselamatan. Para pemudik juga tahu dan paham sehingga ketika diperiksa dan diminta putar balik, mereka menerima itu,” tutur Akmal.
Kami mencoba memberikan pemahaman kalau ini demi keselamatan. Para pemudik juga tahu dan paham sehingga ketika diperiksa dan diminta putar balik, mereka menerima itu.
Selain menjaga keselamatan petugas dari wabah Covid-19, anggota Brimob bersenjata lengkap juga dikerahkan. Pengerahan personel bersenjata bagian dari upaya mengantisipasi berbagai isu yang berkembang, salah satunya isu terorisme.
Kerja keras petugas membendung pemudik demi mencegah lonjakan kasus Covid-19 patut diapresiasi. Sebab, meski selalu ada celah sehingga pemudik ada yang lolos, petugas gabungan yang selalu siaga setidaknya mengurangi laju mobilitas warga dan menekan potensi penularan Covid-19.