Mereka yang Nekat Mudik demi Berlebaran Bersama Keluarga
Imbauan pemerintah agar warga tak mudik tidak menghentikan sebagian warga Kota Bekasi untuk tetap kembali ke kampung. Berkumpul bersama keluarga saat Lebaran jadi alasan warga untuk tetap mudik.
Oleh
STEFANUS ATO
·3 menit baca
Satu hari menjelang larangan mudik berlaku, Rabu (5/5/2021), warga mulai berbondong-bondong mudik dari wilayah Kota Bekasi. Warga memilih untuk tetap mudik demi merayakan Lebaran bersama anggota keluarga. Peringatan pemerintah bahwa mobilitas ke luar daerah berpotensi meningkatkan penularan Covid-19 yang membahayakan diri sendiri ataupun keluarga yang hendak disambangi tidak menyurutkan langkah mereka.
Di Kota Bekasi, tepatnya di Jalan Ir Juanda, pemudik sepeda motor mulai ramai melintasi jalan tersebut pada Rabu siang hingga sore. Jalan itu merupakan salah satu jalur utama di akses pantai utara (pantura) Jawa. Para pemudik rata-rata tak membawa banyak barang, selain tas, agar tidak terlihat mencolok saat melintasi wilayah yang dijaga petugas.
Muhamad Rahman (34), pemudik bersepeda motor yang ditemui di Jalan Ir Juanda, Kota Bekasi, mengatakan, ia memutuskan untuk mudik dengan tujuan menjenguk anggota keluarganya di Tegal, Jawa Tengah. Meski mengetahui ada imbauan dari pemerintah untuk tak mudik, lelaki yang setiap hari bekerja sebagai tukang ojek daring itu merasa momentum Lebaran tak akan lengkap tanpa berkumpul bersama keluarga.
”Tahun lalu kami sewa travel, tapi ketahuan petugas. Kami diminta putar balik. Biar aman, saya pakai motor saja. Larangan mudik juga baru mulai besok, kan,” katanya.
Tahun lalu kami sewa travel, tapi ketahuan petugas. Kami diminta putar balik. Biar aman, saya pakai motor saja.
Warga yang memutuskan untuk mudik di hari terakhir menjelang lebaran juga banyak dijumpai tak jauh dari pintu masuk Gerbang Tol Bekasi Timur. Warga memilih untuk menunggu bus antarkota antarprovinsi (AKAP) di tempat itu karena khawatir dirazia petugas jika menunggu di terminal bus.
Salah satunya seperti yang dilakukan Sutiyoso (45), warga Bantargebang, Kota Bekasi. Lelaki itu pada Selasa (4/5/2021) sudah izin ke tempatnya bekerja di salah satu pabrik tahu di wilayah Kota Bekasi untuk mudik.
”Anak dan istri saya semua di kampung. Jadi, untuk apa saya bertahan di sini,” kata lelaki asal Kudus, Jawa Tengah, tersebut.
Fenomena mudik lebih awal untuk menghindari kebijakan larangan mudik sudah ramai terjadi di Kota Bekasi sejak 22 April 2021. Berdasarkan rekapitulasi data keberangkatan dan kedatangan penumpang di Terminal Induk Kota Bekasi, pada masa Lebaran 2021 tercatat 8.425 warga yang telah meninggalkan Kota Bekasi. Data itu merupakan akumulasi sejak pemerintah melakukan pengetatan persyaratan pelaku perjalanan dalam negeri mulai 22 April hingga 3 Mei 2021.
PT Jasa Marga Tbk juga memperkirakan 138.508 kendaraan akan meninggalkan wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi pada Rabu (5/5/2021). Jumlah kendaraan yang diprediksi meninggalkan Jabodetabek itu sekaligus menjadi puncak arus lalu lintas kendaraan pada masa pengetatan mudik Lebaran 2021.
Pantau jalur tikus
Untuk menghadapi kebijakan larangan mudik yang berlaku mulai 6 Mei 2021, Kepala Kepolisian Resor Metro Bekasi Kota Komisaris Besar Aloysius Suprijadi mengatakan, penyekatan dan pengawasan tak hanya dilakukan petugas di jalan utama. Sejumlah jalur tikus di Kota Bekasi juga bakal dipantau petugas.
”Untuk jalur tikus secara acak akan kami pantau terus untuk di setiap wilayah-wilayah di Kota Bekasi. Proses pemantauan jalur tikus tersebut dilakukan oleh personel kepolisian sektor,” ucap Aloysius seusai menggelar apel pasukan Operasi Ketupat Jaya 2021 di Stadion Patriot Candrabhaga, Rabu pagi.
Aloysius menambahkan, petugas akan bertindak tegas terhadap pemudik yang masih nekat melakukan perjalanan mudik. Penjagaan oleh polisi juga bakal dilaksanakan selama 24 jam secara terus-menerus, terutama di jalur utama.
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi menambahkan, pihaknya bakal melakukan penyekatan di tujuh titik di Kota Bekasi. Penyekatan dilakukan oleh anggota polres, TNI, dinas perhubungan, dan satuan polisi pamong praja.
”Pada intinya adalah dengan humanis. Namun, ada penekanan jika masih ada yang melanggar karena tentunya untuk pencegahan Covid-19,” kata Rahmat.
Melihat arus pesepeda motor yang nekat mudik kemarin menunjukkan bahwa upaya pencegahan dari pemerintah masih mendapat tantangan berat. Melonjak atau tidakkah kasus Covid-19 di Indonesia pascamudik nanti? Cemas rasanya.