Peritel di Jakarta Alami Lonjakan Penjualan, Kerumunan Muncul di Banyak Tempat
Sekitar sepekan menjelang Lebaran dan seiring tunjangan hari raya dibayarkan, kegiatan jual beli meningkat. Antisipasi dini kerumunan didorong dilakukan.
Oleh
erika kurnia/helena f nababan
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kepadatan di sebagian ruas jalan dan moda angkutan umum di Jakarta, terutama di sekitar pusat perbelanjaan, berkorelasi dengan meningkatnya kegiatan jual-beli menjelang pekan terakhir sebelum hari raya Idul Fitri. Naiknya tren belanja masyarakat diyakini turut dipompa oleh tunjangan hari raya yang sebagian telah dibayarkan oleh pengusaha dan pemerintah kepada para pekerja dan aparatur sipil negara.
Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah mengatakan, pada Lebaran tahun ini, banyak peritel mengalami kenaikan penjualan hingga 20 persen dibandingkan dengan hari biasa selama pandemi.
Peningkatan pengunjung memicu pelanggaran protokol kesehatan di beberapa situasi dan tempat. ”(Pelanggaran) ada, tapi tidak berat, cukup diberikan teguran oleh aparat pemerintah atau asosiasi. Biasanya di restoran, ketika ada keluarga yang makan di satu meja tanpa jarak,” katanya, Selasa (4/5/2021).
Kita meminta tanggung jawab semua pihak untuk menaati pelanggaran protokol kesehatan. Bagi masyarakat, sebaiknya tidak perlu ikut menambah kerumunan, jangan demi mau beli pakaian Lebaran, malah abai sama kesehatan kita. (Arifin)
Aturan dan penegakan protokol kesehatan di toko ritel pun, menurut dia, sudah berlapis. Selain menjadi tanggung jawab manajer toko, peritel yang menyewa toko di pusat perbelanjaan pun diawasi tim pengamanan dan satgas Covid-19 di setiap pusat perbelanjaan.
Untuk mencegah kerumunan, Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja (APPBI) DPD DKI Jakarta Ellen Hidayat mengatakan, pusat perbelanjaan di Jakarta juga tidak akan mengadakan acara hiburan, seperti yang biasa diadakan untuk menyambut hari raya besar keagamaan atau musim liburan di masa normal.
Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Zita Anjani, dalam keterangan tertulisnya yang mengomentari persoalan di Tanah Abang, berpendapat, pengamanan perlu ditambah di tempat usaha lainnya.
”Soal ini, saya melihat tidak hanya di Tanah Abang (stasiun KRL dan pasar), tapi juga ada di mana-mana, mal, kafe juga sangat padat. Saya lihat sendiri keramaian di tempat lain, ada satpol PP memang, tapi jumlahnya sedikit," tuturnya.
Ia pun berharap pemerintah provinsi lebih ekstra dalam mengerahkan petugas pengamanan, seperti TNI dan Polri. Penambahan personel keamanan penting untuk melakukan pengawasan, bukan melarang masyarakat berkunjung.
”Apalagi ini momentum Lebaran. Boleh buka, boleh belanja, tapi tetap pakai protokol kesehatan. Jadi, ekonomi terus jalan, kesehatan tetap terjaga,” kata Zita.
Denda Rp 50 juta
Satuan Polisi Pamong Praja DKI Jakarta mengakui, peningkatan kerumunan warga di tempat umum selama bulan puasa dan menjelang Idul Fitri sulit dicegah. Semua pihak diminta bertanggung jawab untuk menegakkan protokol kesehatan demi mengendalikan pandemi Covid-19.
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) DKI Jakarta Arifin, kemarin, menyebutkan bahwa selama Ramadhan, pihaknya melakukan pemantauan secara temporer, termasuk di tempat bisnis dan hiburan, seperti pasar, mal, dan restoran.
”Selama dua minggu lebih Ramadhan, kita jumpai banyak tempat, terutama restoran, mengalami peningkatan kerumunan karena masyarakat banyak yang mengadakan kegiatan buka puasa bersama. Jelang Lebaran, kerumunan makin banyak terlihat, seperti di tempat belanja pakaian dan kebutuhan lainnya,” tuturnya.
Berbagai bentuk penindakan pun diterapkan kepada warga dan pengelola usaha yang melanggar protokol kesehatan, mulai dari teguran lisan, surat teguran tertulis, denda, hingga penutupan usaha.
Senin (3/5/2021), satpol PP menyegel lokasi bazar UMKM di Cibis Park, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, karena menyelenggarakan konser musik dan menimbulkan kerumunan penonton pada Sabtu (1/5/2021). Penyelenggara acara juga didenda Rp 50 juta sesuai aturan di masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro saat ini.
Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, dengan 100.000 pengunjung sehingga menimbulkan kerumunan pada akhir pekan lalu, kini dijaga 600 personel satpol PP.
”Kita meminta tanggung jawab semua pihak untuk menaati pelanggaran protokol kesehatan. Bagi masyarakat, sebaiknya tidak perlu ikut menambah kerumunan, jangan demi mau beli pakaian Lebaran, malah abai sama kesehatan kita. Satgas Covid-19 di setiap tempat usaha tetap penting untuk memastikan perlindungan kepada pelanggannya, dengan cara memastikan tempatnya tidak ada kerumunan dan semua taat pakai masker,” kata Arifin.
Atur jam buka
Berkaca pada kerumunan di Tanah Abang, akhir pekan lalu, Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo menjelaskan, di hari pertama rekayasa perjalanan dengan peniadaan jam layanan pukul 15.00-19.00 di Stasiun Tanah Abang dapat memecah kepadatan di stasiun tersebut. Penumpang dibuat tidak menumpuk di Stasiun Tanah Abang saja, tetapi disebar, dibagi ke lima stasiun, seperti Stasiun Karet, Stasiun Palmerah, Stasiun Duri, Stasiun Angke, dan Stasiun Gondangdia.
Namun, langkah tersebut dinilai tidak tepat jika dilakukan setiap hari. Pengamat perkotaan Yayat Supriyatna meminta kebijakan tersebut dihitung ulang dan diterapkan saat akhir pekan ketika ada lonjakan penumpang yang bertujuan hendak berbelanja ke Pasar Tanah Abang. Selain akhir pekan, saat rata-rata penumpang adalah pekerja dengan jam kerja pagi hingga sore, diharapkan jam layanan stasiun kembali normal.
Yayat juga mendorong, demi mewadahi naiknya tren belanja masyarakat menjelang Lebaran, pasar dan pusat belanja memberlakukan pengaturan jam layanan dengan memperpanjang jam buka serta buka tutup pasar atau tempat usaha jika kapasitas 50 persen bangunan terpenuhi.