Pelonggaran kebijakan mobilitas saat puasa turut membuat kewaspadaan di masa pandemi berkurang. Kondisi tersebut berisiko membuat kasus Covid-19 di Jakarta naik lagi.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah pelonggaran kebijakan mobilitas saat puasa membuat kewaspadaan warga berkurang di masa pandemi Covid-19. Kondisi tersebut dikhawatirkan membuat kasus Covid-19 di Jakarta naik lagi.
Kebijakan pelonggaran sebelumnya terjadi melalui Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 434 Tahun 2021 tentang perubahan atas Keputusan Gubernur No 405/2021 tentang perpanjangan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat berbasis mikro. Keputusan terbaru itu melonggarkan waktu operasional restoran, rumah makan, dan kafe lebih lama hingga pukul 22.30.
Adapun tempat makan dapat beroperasi kembali pada pukul 02.00-04.30 untuk melayani sahur. Sementara operasional pesan antar makanan juga dibolehkan beroperasi 24 jam.
Seiring dengan kebijakan pelonggaran, aktivitas warga di sejumlah fasilitas publik makin ramai. Kegiatan di Pasar Ciracas, Jakarta Timur, misalnya, tidak luput dari kerumunan orang pada Minggu (18/4/2021) siang.
Farida (61), pengunjung pasar, mencemaskan kerumunan yang makin banyak sekaligus kendurnya protokol kesehatan di kalangan pedagang. Padahal, dia yang baru tuntas divaksinasi tiga pekan lalu juga khawatir paparan Covid-19 kian meluas di lingkungannya.
”Lagi puasa gini malah makin sering orang nongkrong sampai malam, sahur di jalan. Kayak sudah enggak ada Covid-19 saja,” katanya, Minggu siang.
Sebagai catatan, Kecamatan Ciracas menjadi wilayah dengan 43 kasus positif aktif. Dengan puluhan kasus positif yang sedang dirawat atau isolasi mandiri, potensi paparan Covid-19 di lingkungan tersebut masih ada.
Lagi puasa gini malah makin sering orang nongkrong sampai malam, sahur di jalan. Kayak sudah enggak ada Covid-19 saja.
Kerumunan serupa terjadi di Kelurahan Jelambar, Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Heryati (59), Ketua RW 002 Jelambar, menuturkan, kepatuhan protokol kesehatan berjalan lebih kendur sejak masuk bulan Ramadhan.
Heryati menyebut sosialisasi protokol kesehatan terus-menerus berjalan di lingkungannya. Meski begitu, pengurus dari RW sulit mengawasi kepatuhan sekitar 3.200 warga di sana. ”Kami hanya bisa mengingatkan, soal kepatuhan mereka biar penegak hukum yang mengurus,” ujarnya.
Epidemiolog Universitas Indonesia, Pandu Riono, menuturkan, kondisi kurangnya kewaspadaan warga makin sering belakangan. Dia mengingatkan penurunan kasus hanya akan berjalan sementara apabila tidak dibarengi dengan kedisiplinan.
”Penurunan di Jakarta sejauh ini hanya sementara. Artinya, kita mesti tetap waspada, terutama dengan tren kenaikan kasus setelah periode liburan,” ujar Pandu dalam diskusi daring, Sabtu (17/4/2021) malam.
Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti menjelaskan, belakangan terjadi peningkatan kasus Covid-19 di Jakarta. Berdasarkan data, angka kasus aktif di Jakarta pada 17 April tercatat 6.920 kasus, baik yang masih dirawat maupun diisolasi. Angka kasus itu, menurut Widyastuti, turun tajam dibandingkan dengan kasus di Januari-Februari yang pernah 25.000-an kasus.
Meski begitu, kata Widyastuti, dalam dua pekan terakhir tercatat ada peningkatan kasus harian 100-200 kasus per hari. Dalam dua pekan ini pula, ia memantau mobilitas masyarakat malah lebih ramai.
Widyastuti mengingatkan masyarakat agar tidak bepergian apabila tidak mendesak. ”Belajar dari beberapa kali libur panjang pada 2020 dan di tiga bulan pertama di 2021, setiap libur panjang banyak warga Jakarta yang keluar. Saat kembali lagi, angka kasus kembali naik,” ujarnya.
Penurunan di Jakarta sejauh ini hanya sementara. Artinya, kita mesti tetap waspada, terutama dengan tren kenaikan kasus setelah periode liburan.
Menurut catatan Kompas, periode libur panjang pertengahan Agustus 2020 memicu lonjakan dengan kasus 3.000 pasien per hari di bulan September. Periode libur panjang pada akhir Oktober juga memicu lonjakan kasus pada level 4.000 pasien per hari. Sementara angka kasus harian meningkat hingga 5.828 pasien pada 27 November 2020.
Berdasarkan data Satgas Covid-19, kasus Covid-19 selalu meningkat tajam pascalibur panjang. Pascalibur panjang Idul Fitri, kasus positif naik 69-93 persen pada 28 Juni. Pascalibur panjang Hari Kemerdekaan, kasus positif meroket 58-118 persen pada pekan pertama dan ketiga September. Adapun pascalibur panjang 28 Oktober hingga 1 November, kasus positif meningkat 17-22 persen pada 8-22 November.
Urgensi pengawasan menjadi penting karena persentase kasus positif (positivity rate) secara nasional masih berkisar 11 sampai 14 persen. Angka itu belum aman jika mengacu pada standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyebutkan positivity rate mesti di bawah 5 persen.