Berdagang dalam Intaian Kobaran Api
Kebakaran dua pasar di DKI Jakarta sepekan terakhir menyentak kalangan pedagang pasar. Mereka khawatir menjadi korban selanjutnya setelah menyadari sehari-hari mencari nafkah dekat dari sumber api.
Suasana pengap langsung menyergap siapa pun yang memasuki kawasan Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Keriuhan pedagang pasar dan pembeli kian meruncing mendekati waktu berbuka puasa.
Di dalam keriuhan aktivitas transaksi pasar, Jono Sujono (41) duduk di dalam kios seragam sekolah miliknya. Kios tersebut hanya berukuran 6 meter persegi. Di atas kios, tepatnya di sela-sela atas tembok terlihat puluhan utas kabel menjuntai, terpasang begitu saja tanpa tertata. Jono memperhatikan sekilas kabel-kabel tersebut dan kembali duduk di kursinya.
Ia bercerita, secara kebetulan baru selesai membaca sebuah artikel berita yang dibagikan rekan-rekannya dalam grup percakapan daring. Dalam berita tersebut dikatakan, Kepala Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Selatan Herbert Plider Lumban Gaol menduga korsleting listrik menjadi penyebab kebakaran di Blok C Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (12/4/2021) malam.
Baca Juga: Jelang Lebaran, Pedagang Pasar di Jakarta Diminta Tingkatkan Kewaspadaan
Begitu membaca isi berita, Jono tertegun. Secara cepat ia teringat situasi tempat ia berdagang juga hampir serupa, banyak kabel-kabel tak tertata bergelantungan di atas kiosnya.
”Ngeri juga kalau di sini sampai kebakaran seperti di Pasar Minggu,” kata Jono, Selasa (13/4) sore.
Jono tergolong pedagang yang suka mengikuti isu terkini melalui portal berita atau media sosial di kala sedang tidak melayani pembeli. Dari kebiasaan itu pula ia tahu dalam waktu kurang dari sepekan terakhir telah terjadi dua kebakaran pasar di DKI Jakarta. Pertama, kebakaran Pasar Kambing di Tanah Abang, Jakarta Pusat, pada 8 April 2021 dan, kedua, di Blok C Pasar Minggu.
Dalam waktu kurang dari sepekan terakhir telah terjadi dua kebakaran pasar di DKI Jakarta. Pertama, kebakaran Pasar Kambing di Tanah Abang, Jakarta Pusat, pada 8 April 2021 dan, kedua, di Blok C Pasar Minggu.
Dua peristiwa kebakaran itu mulai membuat Jono cemas. Ia khawatir akan menjadi korban berikutnya. Ketakutan Jono didasari atas kacaunya penataan kabel-kabel listrik di tempat ia mencari nafkah. Jono memperlihatkan betapa kabel listrik yang berselimutkan debu tebal menggulung menjadi satu di langit-langit pasar.
Menurut dia, kabel-kabel yang terpasang itu sudah sangat tua sehingga rawan mengalami korsleting listrik. Belum lagi soal banyak pedagang sesama rekannya yang kurang perduli aspek keselamatan saat menggunakan listrik. Jono mencontohkan, ada pedagang yang memasang banyak stop kontak pada satu aliran listrik.
”Itu, kan, bahaya sekali. Sering lama ditinggal pedagang. Bisa-bisa korsleting,” ujarnya.
Yuli (29), pedagang lainnya di Pasar Kebayoran Lama, juga mengaku waswas begitu mendengar Blok C Pasar Minggu terbakar. Sebagai pedagang pasar, ia merasa belum aman dan mungkin akan menjadi korban apabila antisipasi kebakaran tak dilaksanakan.
Ia khawatir karena di bagian lantai 2 Pasar Kebayoran Lama, tepatnya di pusat makanan dan warung makan, beberapa kali terjadi insiden kebakaran kecil yang diakibatkan kebocoran gas atau tabung gas meledak. Namun, kebakaran itu sejauh ini bisa diatasi dengan cepat sehingga tidak lekas membesar.
”Apalagi di lantai bawah sini juga tidak ada tabung pemadam kebakaran. Kalau ada kebakaran, ya sudah, habis semua,” kata Yuli.
Baca Juga: Pasar Inpres Pasar Minggu dan Kerawanan Kebakaran di Pasar Tradisional
Di lantai 1 Pasar Kebayoran Lama memang tak terlihat ada alat pemadam api ringan (APAR) terpasang. Hanya ada hidran yang tersambung dengan pipa merah di beberapa sudut lantai 1 pasar. Baik Jono maupun Yuli sama-sama mengaku tak memahami bagaimana cara mengevakuasi diri atau mengoperasikan hidran untuk memadamkan api.
”Wah, saya cuma jualan di sini. Enggak pernah diajarin cara pakai alat pemadam kebakaran,” kata Jono.
Mungkin saja Jono juga Yuli lupa atau bahkan belum berdagang di Kebayoran Lama saat kebakaran hebat melanda pasar itu pada Jumat, 2 April 2010. Namun, bisa jadi peristiwa besar bertahun-tahun lalu itu terkikis dari ingatan, seperti halnya gejala umum di masyarakat kita yang mudah melupakan peristiwa penting dan tak jua belajar dari pengalaman pahit.
Sebelas tahun lalu, kebakaran terjadi sejak pukul 06.30 dan baru berakhir pukul 16.00. Data sementara dari Kepolisian Sektor Metro Kebayoran Lama kala itu, api merusak sekitar 500 kios dari total 1.118 kios di kompleks pasar itu, termasuk di dalamnya bangunan di lantai satu hingga tiga yang disewa Ramayana Department Store. Tak ada korban jiwa, tetapi kerugian diperkirakan lebih dari Rp 7 miliar (Kompas, Sabtu, 3 April 2010).
Musibah di Pasar Kebayoran Lama lebih dari satu dekade silam itu membuka mata publik tentang seringnya kebakaran pasar tradisional terjadi. Harian ini pun menurunkan laporan yang berisi pemaparan data kebakaran pasar di Jakarta, buruknya instalasi listrik di pasar-pasar tradisional Ibu Kota, dan mendesak agar instansi terkait pasar, yaitu Perusahaan Daerah Pasar Jaya, mengevaluasi kinerjanya.
Sebelas tahun lalu, kebakaran terjadi sejak pukul 06.30 dan baru berakhir pukul 16.00. Data sementara dari Kepolisian Sektor Metro Kebayoran Lama kala itu, api merusak sekitar 500 kios dari total 1.118 kios di kompleks pasar itu, termasuk di dalamnya bangunan di lantai satu hingga tiga yang disewa Ramayana Department Store.
Waktu berlalu, kebakaran di pasar tradisional tetap terus terjadi di Jakarta. Masalah kelistrikan terbukti belum dibenahi dan menjadi lebih baik. Kasus terakhir yang kembali menyentak publik adalah kebakaran pasar di kawasan Tanah Abang dan Pasar Minggu yang terjadi berturut-turut pekan ini.
Kebakaran di Blok C Pasar Minggu membuat 391 pemilik kios atau tempat usaha tidak lagi bisa menjalankan usahanya. Kebanyakan dari mereka adalah pedagang sembako, bumbu giling, sayuran, dan rempah-rempah. Musibah itu mereka alami di hari pertama menjalankan ibadah puasa.
Fatturohman (22), pedagang ayam di lantai dasar Blok C Pasar Minggu, mengatakan, sepekan sebelum musibah kebakaran terjadi, aliran listrik di tempat usahanya sudah naik turun alias kerap mati ketika pagi hari.
Dari sana, ia mulai menyadari ada yang salah dengan sistem kelistrikan di Pasar Minggu. Kabel-kabel listrik dibiarkan terurai begitu saja di tiang dan tembok pasar. Pengelolaan pasar dia nilai kurang baik sehingga kebakaran terjadi.
”Enggak kuat (listriknya). Ini (listrik), kan, lepas gitu aja, enggak pakai MCB (mini circuit breaker),” katanya.
Kasto (53), pedagang soto ayam di Pasar Minggu, mengaku merugi hingga sekitar Rp 10 juta. Ia kehilangan gerobak, peralatan makan, meja, dan bahan-bahan untuk membuat soto karena ludes terbakar.
Musibah kebakaran menjadi ujian pertama dan mungkin yang terberat baginya selama menjalani ibadah puasa di bulan Ramadhan tahun ini. Setelah kehilangan tempat berjualan, ia mengaku bingung harus bagaimana lagi menafkahi anak dan istrinya.
Baca Juga: Puing Sisa Kebakaran di Pasar Kambing Tanah Abang
Meski pengelola pasar nantinya memberikan lokasi lain untuk berdagang, Kasto juga belum tentu bisa kembali berjualan karena seluruh modalnya telah habis.
”Peristiwa ini menunjukkan sekaligus jadi bukti sistem kelistrikan di sini belum aman,” kata Kasto.
Direktur Utama Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Pasar Jaya Arief Nasrudin melalui siaran pers menyampaikan, pihaknya akan mencarikan solusi bagi para pedagang agar bisa segera berjualan kembali. Kebakaran hanya terjadi di Blok C Pasar Minggu, tetapi pedagang yang berjualan di blok lainnya juga ikut terdampak karena belum bisa membuka kios akibat listrik masih dipadamkan.
”Pedagang yang terkena dampak kebakaran untuk sementara waktu akan dipindahkan ke Blok B sambil menunggu investigasi dari pihak terkait,” kata Arief.
Secara terpisah, Kepala Polsek Pasar Minggu Komisaris Effi M Zulkifli menyampaikan belum dapat menyimpulkan penyebab kebakaran. Pascakebakaran, anggota polisi dari Polsek Pasar Minggu terus berada di lokasi kebakaran untuk pengamanan dan melakukan olah tempat terjadinya perkara.
Ia belum dapat membeberkan dugaan sementara penyebab kebakaran karena masih tahap pengumpulan informasi serta data. Menurut rencana, tim Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Mabes Polri juga diterjunkan ke lokasi kebakaran untuk membantu penyelidikan.
”Tunggu Puslabfor datang dulu. Mereka yang lebih tahu. Sekarang belum tahu berapa kerugian dan dugaan penyebab kebakaran,” katanya.
Melalui keterangan tertulis, Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (DPW Ikappi) DKI Jakarta Miftahudin meminta para pedagang pasar di DKI Jakarta untuk meningkatkan kewaspadaan dan mengantisipasi terjadinya kebakaran pasar. Peristiwa kebakaran di dua pasar di DKI Jakarta menjelang Lebaran menjadi sinyal awal bagi pedagang untuk senantiasa bersiaga.
Miftahudin mendorong pedagang membentuk satuan kelompok untuk melaksanakan kegiatan ronda keliling di setiap sore dan malam hari setelah pasar tutup. Pedagang diharapkan berkonsolidasi antarsesama pedagang di masing-masing blok.
Upaya itu untuk mencegah kebakaran kembali terjadi. Dua peristiwa kebakaran pasar di Jakarta dalam jangka waktu yang berdekatan bagi Miftahudin harus dijadikan sebagai alarm peringatan bagi pasar-pasar lain di DKI Jakarta.
”Oleh sebab itu, kami mendorong agar PD Pasar Jaya mempersiapkan APAR atau penanganan kebakaran secara dini,” kata Miftahudin melalui siaran pers.
Antisipasi dini dan kesiapsiagaan menghadapi musibah yang sewaktu-waktu bisa melanda adalah kunci agar musibah kebakaran tidak lagi membuat para pedagang pasar di Jakarta kehilangan mata pencariannya.