”Ngotot” Antre di Puskesmas hingga Dibantu Sopir Ojek biar Bisa Daftar Vaksinasi
Warga lansia terus mengalami kesulitan saat pendaftaran vaksinasi Covid-19 di Jakarta, Kamis (4/3/2021). Mereka memerlukan pendampingan dari kerabat atau petugas untuk pendaftaran.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Berbagai macam cara ditempuh warga lanjut usia di Jakarta agar dapat mendaftar vaksinasi Covid-19 yang hanya dapat diakses melalui daring. Ada yang ngotot mendatangi fasilitas kesehatan dan ada pula yang minta bantuan ke sopir ojek.
Sejak vaksinasi Covid-19 bagi penduduk lansia dilaksanakan pada akhir Februari lalu, para warga lansia hanya dapat menjangkau layanan vaksinasi itu dengan mendaftarkan diri secara daring. Sebelumnya, vaksinasi bagi pekerja layanan publik, seperti pedagang Pasar Tanah Abang dan pekerja media, pendaftarannya juga melalui daring.
Namun, permasalahannya, tidak semua warga lansia mampu mengoperasikan ponsel pintar mereka untuk mendaftar vaksinasi melalui daring. Ponsel yang mereka miliki umumnya hanya digunakan untuk mengirim pesan dan telepon melalui aplikasi Whatsapp. Aplikasi percakapan itu pun biasanya sudah terpasang di ponsel.
Seperti di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat, pada Kamis (4/3/2021), sebagian calon peserta lansia memilih ngotot antre di posko petugas ketimbang membaca panduan pendaftaran berbasis daring.
Saya diminta buka formulir lewat website, tetapi saya, kan, kurang mengerti.
Sulistriyono (60), contohnya, memaksa petugas puskesmas agar ia didaftarkan sebagai peserta vaksinasi. Ia mengaku tidak familier dengan pendaftaran lewat formulir daring yang tersedia di laman dki.kemkes.go.id.
Kepada petugas, Sulistriyono menjelaskan bahwa ia tidak mengerti cara membuka situs lewat peramban (browser) daring. Namun, jika sekadar mengirim pesan ke sanak saudaranya lewat Whatsapp, ia mengakui masih bisa melakukannya. Lewat pesan yang beredar di Whatsapp pula, ia mengaku mengetahui bisa mendaftar vaksinasi secara langsung di fasilitas kesehatan.
Alih-alih memperhatikan kesulitan yang dihadapi Sulistriyono, petugas yang memang juga sedang repot menangani aduan peserta lain saat itu pun berkeras agar Sulistriyono mengakses situs terlebih dahulu.
”Saya diminta buka formulir lewat website, tetapi saya, kan, kurang mengerti. Patokan saya cuma dari pesan yang (beredar) di Whatsapp kalau katanya bisa langsung daftar di faskes,” ucapnya.
Karena kesulitannya tidak ditanggapi, ia pun memilih pulang. ”Ini kayaknya saya pulang dulu minta bantuan orang rumah saja,” kata Sulistriyono yang tetap bersungguh-sungguh ingin memperoleh vaksinasi Covid-19.
Artha Lidya (63), warga lansia lainnya yang dijumpai di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan, juga mengalami kendala serupa dengan yang dihadapi Sulistriyono. Beruntung, saat itu Artha memperoleh bantuan mengisi formulir pendaftaran daring dari sopir ojek daring yang mengantarnya ke puskesmas. Artha pun menyerahkan ponsel pintar miliknya kepada sopir ojek tersebut agar data pribadinya bisa dimasukkan ke dalam formulir pendaftaran vaksinasi. Dengan mengikuti tata cara pendaftaran daring yang dimuat dalam poster yang terpasang di puskesmas, sang sopir ojek dengan telaten membuka situs pendaftaran satu per satu.
Pertama-tama, sopir ojek itu membuka situs dki.kemkes.go.id, kemudian menuju formulir pendaftaran vaksinasi bagi warga lansia. Artha kemudian mendiktekan satu demi satu data pribadinya di KTP, sementara sang sopir ojek mengetikkan data itu di formulir daring.
Proses pendaftaran ini pun memakan waktu lantaran Artha lupa sejumlah detail informasi, seperti riwayat penyakit dan nomor ponsel pribadinya. Si sopir yang membantunya mengisi formulir pun ikut membantu mencarikan nomor ponsel Artha dari aplikasi pesanan.
Selesai mengisi formulir di situs dki.kemkes.go.id, sopir ojek itu melangkah ke tahap pendaftaran selanjutnya, yakni mengisikan data pribadi Artha di laman http://bit.ly/PENDAFTARANVAKSINLANSIAGP. Sejumlah data pribadi Artha harus diketikkan kembali dan diunggah di situs ini. Artha yang sudah mendaftar hari itu masih harus menunggu konfirmasi pendaftaran dan jadwal vaksinasi dari sistem. Menurut instruksi pendaftaran vaksinasi, calon peserta akan mendapat undangan resmi lewat pesan singkat atau dari aplikasi Whatsapp.
”Saya tadinya berharap setelah daftar, bisa langsung vaksinasi. Ternyata, harus tunggu dipanggil beberapa hari lagi,” ujarnya.
Juru bicara Kementerian Kesehatan untuk vaksinasi Covid-19, Siti Nadia Tarmizi, menjelaskan, proses tersebut mungkin butuh waktu beberapa hari. Notifikasi akan dikirim ke nomor telepon ataupun surel yang dicantumkan warga saat mendaftar.
Sejauh ini tersedia 60.000 dosis vaksin untuk penduduk lansia pada program vaksinasi tahap kedua. Siti berharap seluruh dosis itu bisa dimanfaatkan sepenuhnya.
Kesulitan daring
Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti menyadari adanya kesulitan pendaftaran secara daring bagi warga lansia. Di satu sisi, petugas juga dihadapkan dengan rentang waktu yang pendek sehingga sosialisasi berjalan terbatas.
Widyastuti berharap pengurus RT dan RW bisa mendampingi warga lansia dalam proses pendaftaran itu. Warga lansia juga akan mendapat pendampingan dari petugas yang ada di setiap fasilitas kesehatan.
Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, pun menaruh harapan besar kepada pengurus RT dan RW. Peran mereka kian penting dalam sosialisasi vaksinasi untuk warga lansia.
Sejak 1 Maret, proses pendaftaran vaksinasi lansia terus menghadapi kendala. Rabu (3/3/2021), antrean vaksinasi terjadi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kembangan, Jakarta Barat. Sebagian warga lansia mempertanyakan status jadwal vaksinasi yang tidak muncul kendati sudah mendaftar pada situs resmi.
Belum lagi, pada Selasa (2/3/2021) juga beredar pesan berantai lewat Whatsapp yang berisi informasi tidak benar bahwa pendaftaran vaksinasi dapat langsung dilakukan di fasilitas kesehatan tertentu. Hal itu memicu antrean panjang di Jalan Hang Jebat, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, tempat kegiatan vaksinasi dilaksanakan di Balai Besar Pelatihan Kesehatan Kementerian Kesehatan.