Bantu Warga Lanjut Usia Mengakses Vaksin Covid-19
Warga lanjut usia termasuk paling rentan tertular Covid-19. Oleh karena itu, warga lansia mesti dibantu semua pihak agar dapat segera mengakses layanan vaksinasi.
JAKARTA, KOMPAS — Warga lanjut usia antusias mengikuti vaksinasi Covid-19. Namun, sebagian lansia kesulitan mengakses layanan itu karena keterbatasan persediaan vaksin dan ketidakjelasan informasi pendaftaran serta jadwal vaksinasi. Karena itu, semua pihak mesti membantu warga lansia agar dapat mengakses layanan vaksinasi.
Ketidakjelasan informasi membuat warga lansia yang telah mendaftar vaksinasi mengantre cukup lama di sejumlah puskesmas dan rumah sakit. Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kembangan, Jakarta Barat, belasan warga lansia mengantre di posko informasi, Rabu (3/3/2021) siang.
Lydia Widjaja (66), warga Meruya Selatan, Kecamatan Kembangan, menagih kepastian jadwal vaksinasi yang belum muncul sejak dia mendaftar pada Sabtu (27/2). Sementara tetangganya mendapat jadwal vaksinasi beberapa jam setelah mendaftar. Karena itu, Lydia bersama suami dan ibunya yang berusia 91 tahun menanti sejak pagi di RSUD Kembangan. ”Kata petugas, berkas saya masih diperiksa. Saya berharap ada kejelasan informasi,” ujarnya.
Baca Juga: Warga Lansia Dibuat Bingung oleh Hoaks Seputar Vaksin Covid-19
Helen (31), warga Kembangan, juga belum mendapat informasi jadwal vaksinasi bagi orangtua dan mertuanya sejak mendaftarkan mereka di situs dki.kemkes.go.id, 23 Februari lalu. ”Ini lebih dari seminggu. Saya khawatir orangtua saya tak terdaftar,” ujarnya.
Sementara itu, Abdurrohman (70), warga Johar Baru, Jakarta, mengaku enggan mengikuti vaksinasi setelah dapat informasi bahwa pendaftarannya harus melalui daring. Padahal, semula ia antusias mengikuti program tersebut. ”Setelah tahu pendaftarannya online dan ribet, saya kayaknya enggak dulu,” katanya.
Untuk membantu warga lansia mengakses vaksinasi, sebagian lurah di Jakarta mengerahkan perangkat rukun tetangga (RT) dan rukun warga (RW) membagikan undangan dan jadwal vaksinasi Covid-19 bagi warga lansia ke rumah mereka. Vaksinasi pun diadakan dekat permukiman warga.
Setelah tahu pendaftarannya online dan ribet, saya kayaknya enggak dulu.
Upaya jemput bola ini untuk meminimalkan antrean panjang di tempat vaksinasi. Sariman, Lurah Grogol Utara, Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, misalnya, mengerahkan perangkat RT/RW membantu warga lansia di lingkungan tempat tinggalnya untuk mendaftar vaksinasi Covid-19. Sebab, pendaftaran vaksinasi bagi lansia secara daring.
Mekanisme pendaftaran
Pendaftaran vaksinasi bagi warga lansia hanya dapat dilakukan di laman dki.kemenkes.go.id. Selanjutnya, pendaftar akan menerima undangan jadwal vaksinasi melalui Whatsapp atau pesan singkat. Padahal, tak semua warga lansia mampu memakai ataupun memiliki gawai untuk mengakses laman pendaftaran.
Sementara itu, di sejumlah daerah, vaksinasi bagi warga lansia mulai digelar. Kepala Dinas Kesehatan Kota Ambon Wendy Pelupessy mengatakan, tak semua warga lansia dapat mengakses pendaftaran atau menerima pemberitahuan melalui telepon seluler. Sejauh ini, pendaftaran dilakukan dinas kependudukan sesuai data kependudukan. Karena itu, para warga lansia ataupun keluarga pendamping diminta mendatangi puskesmas terdekat.
Baca Juga: Ketersediaan Vaksin Terbatas, Penguatan Deteksi Covid-19 Makin Krusial
Di Kota Semarang, Jawa Tengah, puskesmas mendorong sosialisasi dan membantu warga lansia yang kesulitan mendaftar vaksinasi. Namun, dengan masih terbatasnya vaksin, masyarakat diminta bersabar.
Kepala Puskesmas Miroto, Kota Semarang, Dien Hasanah mengatakan, pada vaksinasi tahap dua, pihaknya mendapatkan alokasi 600 dosis untuk suntikan pertama dan hampir 40 persennya untuk warga lansia. ”Kami membantu warga lansia yang datang mendaftar di link (resmi), terutama yang bingung caranya,” ucap Dien.
Puskesmas Miroto juga melakukan sosialisasi terkait vaksinasi bagi warga lansia. ”Sosialisasi kami lakukan melalui grup (aplikasi percakapan) Whatsapp, musyawarah pimpinan kecamatan dan tokoh masyarakat, kader (kesehatan), PKK, forum kesehatan kelurahan, media sosial, dan berkeliling,” ujarnya.
Sementara itu, vaksinasi terhadap para ulama dan tokoh agama dimulai pada Rabu (3/3/2021). Para ulama mengimbau masyarakat untuk mengikuti program vaksinasi nasional yang dilaksanakan pemerintah. Sebab, vaksinasi merupakan ikhtiar untuk memutus mata rantai Covid-19 serta mengakhiri pandemi penyakit yang disebabkan virus SARS-CoV-2.
Pemberian vaksin Covid-19 untuk para ulama ditandai dengan digelarnya vaksinasi massal di Kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) pusat, Jakarta. Sebanyak 250 pengurus MUI beserta keluarganya mendapatkan suntikan vaksin Covid-19 yang diberikan secara gratis oleh Kementerian Kesehatan.
Sekretaris Jenderal MUI Amirsyah Tambunan mengungkapkan, vaksinasi perdana diikuti jajaran dewan pimpinan harian dan pengurus. Vaksinasi di kantor MUI akan dilanjutkan dalam beberapa tahap dengan sasaran 500 orang.
Persediaan terbatas
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, pada semester I-2021 baru 45 juta orang yang bisa divaksinasi. Padahal, pemerintah menargetkan 181,5 juta orang divaksin tahun ini. Hal itu karena ketersediaan vaksin terbatas. Per Juni 2021, Indonesia mengamankan stok 97 juta dosis vaksin produksi Sinovac.
”Vaksin (dengan dosis lebih) banyak akan datang pada Juli ke belakang. Vaksinasi akan berat di semester kedua. Dengan 45 juta orang divaksin di semester pertama, artinya sekitar 140 juta orang lain harus divaksin dalam enam bulan. Menurut perhitungan saya, kita butuh 2-3 juta (orang divaksin) per hari,” kata Budi.
Kondisi itu membuat kekebalan kelompok (herd immunity) melalui vaksinasi Covid-19 sulit terwujud dalam waktu dekat. Namun, vaksin bisa menekan tingkat keparahan dan kematian jika pemerintah memprioritaskan penyuntikan kepada kelompok lanjut usia.
Baca Juga: Kekebalan Kelompok Belum Pasti, Tuntaskan Vaksinasi bagi Lanjut Usia
”Herd immunity tidak mungkin dicapai dalam waktu dekat. Tidak mungkin dalam setahun kita bisa menyuntikkan 170 juta vaksin,” kata epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Pandu Riono, dalam diskusi daring yang diadakan Ikatan Alumni UI kemarin. Vaksin juga belum mencegah penularan, tetapi terbukti mencegah tingkat keparahan dan kematian.
Dengan pertimbangan ini, setelah menyelesaikan penyuntikan vaksin kepada tenaga kesehatan, pemerintah seharusnya fokus memberikan vaksin kepada kelompok lansia. Sebab, lebih dari 50 persen pasien Covid-19 yang meninggal adalah warga lansia. ”Karena stok vaksin terbatas, jangan ada yang memotong jatah lansia ini,” katanya.
Pandu juga mengingatkan, jangan dulu berpikir memberikan vaksin untuk meningkatkan aktivitas ekonomi, misalnya dengan memberikannya kepada pelaku wisata. Kalaupun kepada pedagang atau pelaku wisata, pemberiannya tetap berdasarkan kriteria kelompok usia rentan dan daerah dengan risiko penularan dianggap sangat tinggi, bukan berdasarkan aktivitasnya saja.
Adapun dua pekerja migran asal Kabupaten Karawang, Jawa Barat, terdeteksi terpapar varian baru SARS-CoV-2 bernama B.1.1.7 untuk pertama kali di Indonesia. Meski keduanya telah negatif Covid-19, tim gabungan dari kabupaten, provinsi, dan pusat menelusuri kontak erat untuk memutus rantai penularan.
Menurut Gubernur Jabar Ridwan Kamil, kasus varian baru SARS-CoV-2 asal Inggris yang dijuluki B.1.1.7 terdeteksi di Kabupaten Karawang. ”Dua orang yang terjangkit tercatat bepergian ke luar negeri. Dinas Kesehatan bersama Universitas Padjadjaran sudah diminta melakukan kajian,” ujarnya.(DAN/SKA/DIV/TAN/AIK/MEL/TAM/HLN/FRN/DIT)