Tetap Patuhi Protokol Kesehatan, PSBB DKI sampai 8 Maret
Studi lebih lanjut masih diperlukan untuk memastikan ada hubungan antara penurunan tingkat okupansi tempat isolasi pasien Covid-19 dan PSBB ataupun pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
Oleh
Johanes Galuh Bimantara dan Laraswati Ariadne Anwar
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pembatasan sosial berskala besar atau PSBB di DKI Jakarta diperpanjang sampai 8 Maret. Keputusan tersebut dikeluarkan oleh Gubernur Jakarta DKI Anies Rasyid Baswedan pada Senin (22/2/2021) malam.
”Ada penurunan kasus positif harian dan keterisian tempat tidur di rumah sakit rujukan. Meskipun demikian, warga tetap harus mempraktikkan memakai masker, menjaga jarak fisik, dan sering mencuci tangan dengan sabun serta air mengalir,” katanya.
Anies mengakui, tantangan saat ini ialah memastikan keamanan warga daerah terdampak banjir yang terpaksa mengungsi. Sarana, seperti tenda isolasi, disediakan petugas, tetapi kuncinya tetap di kedisiplinan individu menegakkan protokol kesehatan.
Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti mengatakan, PSBB periode 7-22 Februari memberi efek signifikan pada penurunan kasus positif Covid-19. Sebelumnya, ada 23.869 kasus aktif. Per tanggal 22 Februari, jumlah kasus aktif adalah 13.309 orang.
Keterisian tempat tidur di rumah sakit rujukan yang dua pekan lalu mencapai 72 persen sekarang turun menjadi 66 persen. Unit perawatan intensif (ICU) juga berkurang keterisiannya walaupun masih relatif tinggi, yakni dari 74 persen menjadi 71 persen.
Studi lebih lanjut masih diperlukan untuk memastikan ada hubungan antara penurunan tingkat okupansi tempat isolasi pasien Covid-19 dan PSBB ataupun pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat.
Brigadir Jenderal (Purn) dokter Alexander K Ginting, Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satuan Tugas Penanganan Covid-19, dalam siaran pers dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana, kemarin, menyebutkan, penerapan PPKM skala mikro dari luar terlihat longgar. Namun, yang tidak terlihat publik, terdapat pembatasan dan pengawasan di level rukun tetangga yang berbeda sesuai zonasinya.
Contohnya, di RT zona merah ada enam skenario pengendalian, termasuk melarang kerumunan lebih dari tiga orang, membatasi masuk keluar area RT maksimal hingga pukul 20.00, dan meniadakan kegiatan sosial. Langkah-langkah serupa butuh dilanjutkan untuk memastikan kasus terus turun.
Namun, sebelumnya Sekretaris Jenderal Perhimpunan RS Seluruh Indonesia dokter Lia G Partakusuma berpandangan, studi lebih lanjut masih diperlukan untuk memastikan ada hubungan antara penurunan tingkat okupansi tempat isolasi pasien Covid-19 dan PSBB ataupun pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
Pekan lalu, dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Moch Iqbal Nurmansyah, menjelaskan pasien positif Covid-19 saat ini adalah mereka yang terpapar ketika libur Tahun Baru 2021. Untuk itu, pemerintah tetap harus menyiapkan diri terhadap kasus baru akibat penularan saat libur Imlek pada 11-13 Februari lalu.
Wisma Atlet
Tingkat keterisian Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat, naik dari 54-57 persen pekan lalu menjadi 60-an persen pada Senin (22/2/2021). Kenaikan tersebut turut dipicu kedatangan warga terkonfirmasi positif dan sedang menjadi isolasi mandiri lalu mesti mengungsi karena rumah mereka banjir.
”Karena kebanjiran, banyak (orang tanpa gejala/OTG) yang isolasi mandiri di rumah bingung. Paling cepat, ya, ke Wisma Atlet,” kata Letnan Kolonel Laut drg M Arifin dari Bagian Humas RSDC Wisma Atlet saat dihubungi Senin.
Belum diketahui jumlah pasti pasien positif Covid-19 yang terpaksa pindah ke Wisma Atlet karena terdampak banjir. Ini mengingat puskesmas perujuk mengirim tanpa memilah antara korban banjir dan nonbanjir. Namun, terdapat 30-an pasien positif dari salah satu panti asuhan di Jakarta Timur yang juga pindah ke Wisma Atlet karena panti asuhan itu terendam banjir.
RSDC Wisma Atlet Kemayoran membuka diri terhadap para pasien positif korban banjir untuk meringankan beban mereka dan mengantisipasi penularan lebih lanjut.
Di Wisma Atlet Kemayoran disiapkan satu lantai khusus di salah satu menara untuk menampung korban banjir yang mendapatkan hasil reaktif berdasarkan tes cepat antigen, tetapi belum terkonfirmasi positif menurut tes usap reaksi rantai polimerase (PCR).
Saat ini, sekitar 100 korban banjir yang reaktif menempati lantai khusus itu. Jika hasil PCR positif, mereka langsung dirawat di Wisma Atlet.
Menurut Arifin, OTG di Kemayoran saat ini kurang dari 10 persen. Tingkat keterisian ICU transisi di sana sekitar 70 persen, yang sebelumnya selalu penuh. Namun, pasien bergejala tetap lebih banyak.