Luapan Citarum Memperparah Banjir di Kabupaten Bekasi
Luapan Kali Citarum kian memperparah dampak banjir di Kabupaten Bekasi. Sebanyak 27.298 keluarga terdampak banjir di daerah tersebut.
Oleh
STEFANUS ATO
·3 menit baca
BEKASI, KOMPAS — Jumlah kecamatan terdampak banjir di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, hingga Minggu (21/2/2021), mencapai 19 kecamatan. Banjir terparah terjadi di empat kecamatan akibat luapan Sungai Citarum. Evakuasi korban terdampak banjir di wilayah yang paling terdampak, terutama di Kecamatan Pebayuran, masih terus berlangsung.
”Ada tujuh kecamatan yang terparah. Dari jumlah tersebut, ada empat kecamatan yang dilalui Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum dan cukup urgen yang harus ditangani. Empat kecamatan itu, antara lain, Kedungwaringin, Pebayuran, Cabangbungin, dan Muara Gembong,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bekasi Henri Lincoln.
Ia menambahkan, sejauh ini BPBD Kabupaten Bekasi dibantu personel kepolisian dan TNI mengevakuasi warga yang masih terjebak luapan banjir di wilayah Kecamatan Pebayuran. Di tempat itu, dari total sekitar 4.000 keluarga terdampak banjir, baru sekitar 50 persen keluarga yang terevakuasi.
Secara keseluruhan, berdasarkan data BPBD Kabupaten Bekasi, hingga Minggu pukul 09.00 banjir merendam 62 desa atau kelurahan di 19 wilayah kecamatan. Lokasi banjir tersebar di 134 titik dan mengakibatkan 27.298 keluarga terdampak.
Bupati Bekasi Eka Supria Atmaja menyebut, untuk membantu warga terdampak banjir, semua personel dikerahkan ke lokasi terdampak banjir. Personel disebar ke 94 lokasi. ”Mohon untuk bersabar,” ucap Eka.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB), banjir di Kabupaten Bekasi juga disebabkan jebolnya tanggul penahan Sungai Citarum di Kecamatan Pebayuran. Ada empat desa paling terdampak, yakni Desa Sukaurip, Karangsegar, Bantasari, dan Sumber Urip.
”Banjir mengakibatkan lima rumah hanyut. Ketinggian muka airnya antara 100 sentimeter (cm) dan 250 cm,” kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati dalam siaran pers.
Dapur umum
Polda Metro Jaya membuka dapur umum untuk korban terdampak akibat jebolnya tanggul Sungai Citarum di Kabupaten Bekasi. Dari data Polda Metro Jaya, warga terdampak akibat tanggul jebol itu mencapai 10.000 keluarga dan tersebar di empat desa.
”Sekarang ini, kami siapkan dapur umum yang bisa memuat sekali masak 500 sampai 750 porsi makanan. Makanan dimasak oleh personel kepolisian,” kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Yusri Yunus.
Selain membuka dapur umum, Polda Metro Jaya juga memberikan bantuan lain untuk warga terdampak. Salah satunya berupa bantuan helikopter dari Markas Besar Polri yang akan digunakan untuk mendistribusikan bantuan kebutuhan pokok karena sebagian akses jalan darat di wilayah itu terputus. ”Sebab agak susah masuk lokasi. Keempat desa ini sangat sulit (ditembus) karena airnya cukup tinggi. (Akses) putus, ke-TKP (tempat terjadinya banjir) tidak bisa,” ujar Yusri.
Di Kota Bekasi, hingga Minggu pukul 16.30, banjir yang sempat merendam 12 wilayah kecamatan di daerah itu sudah mulai surut. Secara keseluruhan, banjir di Kota Bekasi tersebar di 126 titik. Dari jumlah itu, 121 titik banjir mulai surut dan lima titik lainnya masih ada genangan.
Data BPBD Kota Bekasi menyebutkan, banjir di daerah itu mengakibatkan 25.133 keluarga terdampak. Bencana banjir juga menelan dua korban jiwa.
Kepala Bagian Humas Pemerintah Kota Bekasi Sayekti Rubiah mengatakan, dari dua korban yang tewas akibat tenggelam itu, Dimas Damar Bintang (14) sudah ditemukan, sedangkan Yoga (17) masih dalam pencarian petugas.
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi, pada Sabtu (20/2/2020), mengatakan, di wilayahnya ada lima wilayah kecamatan yang selama ini jadi daerah langganan banjir. Wilayah dimaksud, antara lai, Jatiasih, Rawalumbu, Bekasi Timur, Bekasi Barat, dan Bekasi Utara.
”Dan kondisi kami sekarang dibelah oleh Kali Bekasi. Yang terjadi di Pondok Gede Permai adalah karena curah hujan tinggi di dua bukit Hambalang dan Bukit Sentul Kali Cikeas dan Kali Cileungsi,” ucap Rahmat.
Ia menambahkan, banjir di Bekasi hanya bisa diselesaikan dari hulu di Bogor hingga wilayah hilir di Bekasi. Salah satu langkah penyelesaian yang sedang dilakukan adalah normalisasi Kali Bekasi.