Jabodetabek berada pada puncak periode musim hujan sehingga potensi banjir masih ada setidaknya hingga awal Maret.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan warga masih mewaspadai potensi banjir meskipun air mulai surut. Sebab, banjir masih bisa terjadi setidaknya sepekan ke depan mengingat Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi berada pada periode puncak musim hujan.
Hingga Minggu (21/2/2021) pagi masih ada 153 rukun tetangga di Jakarta yang tergenang. Sebanyak 1.361 warga masih mengungsi di berbagai titik pengungsian.
Suparti (54) mulai membersihkan warungnya di Duren Tiga, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, dari lumpur dan sampah setelah terendam banjir setinggi sekitar 50 sentimeter. Sebagian perabotan rusak, seperti lemari pendingin beserta bahan makanan di dalamnya.
Ia memindahkan perabotan-perabotan lain ke atas meja, kursi, dan tempat lain yang lebih tinggi. Hal itu untuk meminimalkan kerugian jika terjadi banjir lagi.
”Saya tidak menyangka bakal banjir karena area warung cukup tinggi. Di sini juga tidak banjir saat hujan deras awal tahun 2020,” kata Suparti.
Saat ini Pemerintah Provinsi DKI Jakarta masih mengevakuasi dan memantau situasi banjir di Ibu Kota. Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan, petugas gabungan terus memantau situasi meskipun air mulai surut.
”Mudah-mudahan segera surut. Kami terus pantau, pompa air terus bekerja dan atur aliran air di pintu air,” ucap Riza dalam siaran langsung Kompas TV, Minggu pagi.
Ia mengatakan, Pemprov DKI Jakarta terus mengupayakan penanggulangan banjir dengan normalisasi dan naturalisasi sungai serta pembebasan lahan. Anggaran pembebasan lahan pada 2020 mencapai Rp 751 miliar.
Sementara itu, pada tahun ini pemerintah daerah mengoptimalkan pengerukan sungai dan waduk atau gerebek lumpur. Tujuannya meningkatkan daya tampung air sehingga potensi genangan banjir bisa berkurang.
”Terobosan lain dengan membuat kolam penampungan dan sodetan untuk alirkan genangan ke kali atau sungai,” ujarnya.
Saat ini seluruh wilayah di Indonesia, termasuk Jabodetabek, masih berada pada puncak periode musim hujan. Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat masih berpotensi terjadi selama puncak periode musim hujan yang akan berlangsung hingga awal Maret 2021.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Dwikorita Karnawati menuturkan, cuaca ekstrem pada puncak musim hujan berlangsung hingga akhir Februari atau awal Maret dengan hujan intensitas tinggi dan dalam durasi yang lama.
”Kami koordinasi dengan pemerintah daerah untuk terus memantau dan menyampaikan informasi intensitas hujan dan sebaran daerah yang kemungkinan akan kena hujan ekstrem,” ucap Dwikorita.
Ia menuturkan, potensi cuaca ekstrem masih akan terjadi pada Maret dan April dengan intensitas dan durasi lebih kecil ketimbang bulan sebelumnya. Perlu juga kewaspadaan karena terpantau bibit siklon di Samudra Hindia persisnya sebelah utara Australia. Bibit siklon itu bergerak ke arah barat atau selatan Pulau Jawa yang berpotensi menimbulkan angin kencang serta pembentukan awan hujan.
Dwikorita juga mengingatkan dampak perubahan iklim sehingga potensi cuaca ekstrem bakal lebih sering terjadi ketimbang sebelumnya.