Keterisian Turun, Wisma Atlet Kemayoran Kembali Merawat Pasien Tanpa Gejala
Pasien tanpa gejala bisa masuk Wisma Atlet Kemayoran lagi mulai hari ini, Selasa (16/2/2021). Pasien bergejala berat di sana pun kian turun, sekarang sekitar 10 persen saja.
Oleh
JOHANES GALUH BIMANTARA
·4 menit baca
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Warga melintasi gedung Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet di Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin (25/1/2021).
JAKARTA, KOMPAS — Setelah beberapa waktu merawat pasien Covid-19 yang bergejala, Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran di Jakarta Pusat kini kembali menerima rujukan pasien terkonfirmasi positif tanpa gejala. Perubahan ini lantaran penurunan tingkat keterisian selama pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM.
Pada pertengahan Januari, kasus Covid-19 meningkat drastis di Jakarta dan sekitarnya serta menyebabkan jumlah pasien bergejala yang butuh perhatian ekstra juga melonjak. Semua pasien tanpa gejala yang dirujuk ke Wisma Atlet lantas diarahkan untuk isolasi di Menara 8 dan 9 Wisma Atlet Pademangan, Jakarta Utara, sehingga Menara 4-7 bisa dikhususkan bagi pasien-pasien bergejala.
”Karena sudah ada penurunan ini, Wisma Atlet Pademangan bisa digunakan lagi untuk repatriasi,” ucap Kolonel Laut dokter RM Tjahja Nurrobi, Kepala Sekretariat RSDC Wisma Atlet, dalam konferensi pers yang disiarkan langsung dari Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Selasa (16/2/2021). Repatriasi merujuk pada karantina terhadap warga negara Indonesia yang baru saja datang dari luar negeri.
Karena sudah ada penurunan ini, Wisma Atlet Pademangan bisa digunakan lagi untuk repatriasi.
Penurunan tingkat keterisian di Kemayoran terjadi mulai 24 Januari lalu. Menurut Tjahja, pasien tanpa gejala bisa masuk Wisma Atlet Kemayoran lagi mulai Selasa ini. Pasien bergejala berat di sana pun kian turun, sekarang sekitar 10 persen saja.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19 menunggu dijemput kendaraan menuju RSDC Wisma Atlet Kemayoran di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, Selasa (26/1/2021).
Berdasarkan data Selasa pagi, terdapat 3.284 pasien bergejala yang dirawat di Wisma Atlet Kemayoran. Tingkat keterisian di empat menara RSDC di sana berarti 54,78 persen.
Kepala Subdirektorat Kekarantinaan Kesehatan Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, dokter Benget S Turnip, mengatakan, saat ini tinggal Menara 8 di Pademangan yang digunakan untuk merawat pasien Covid-19 tanpa gejala. Itu pun jumlahnya sudah berkurang menjadi 343 orang saja per Senin (15/2/2021) malam. Artinya, tingkat okupansi di menara itu hanya 33,75 persen karena tersedia total 1.016 tempat tidur di sana.
Sementara itu, sejak 10 Februari, dua menara di Wisma Atlet Pademangan sudah digunakan untuk karantina WNI dari luar negeri, yakni Menara 9 dan 10.
Sekretaris Jenderal Perhimpunan RS Seluruh Indonesia (Persi) dokter Lia G Partakusuma menuturkan, terdapat tren penurunan tingkat keterisian juga pada RS rujukan Covid-19 se-Indonesia. Sayangnya, unit perawatan intensif (ICU) Covid-19 masih padat pasien, terutama di sejumlah wilayah di Jawa. ”Beberapa tempat, seperti di Bekasi dan Jakarta, angkanya masih di atas 60 persen,” ujarnya.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Tenaga kesehatan mengenakan baju hazmat mendorong ranjang pasien Covid-19 sembari membawa alat bantu pernapasan dengan tabung oksigen di Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Duren Sawit, Jakarta Timur, Rabu (3/2/2021).
Di DKI, berdasarkan data pada 7 Februari, 838 pasien dirawat di ICU yang berlokasi di 101 RS rujukan. Dengan ketersediaan total 1.130 tempat tidur ICU, tingkat keterisian ICU di Jakarta berarti 74 persen.
Lia menjelaskan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan agar tingkat keterisian fasilitas kesehatan dijaga di bawah 60 persen untuk mengantisipasi perubahan kondisi pasien. Pasien berkondisi sedang yang kemudian memburuk jadi berat atau kritis mesti dilayani di ICU, sedangkan jika tingkat keterisian ICU di atas 60 persen mereka kemungkinan besar harus antre dan dirawat sebisanya dulu di ruang isolasi atau unit gawat darurat (UGD), yang fasilitasnya tidak selengkap ICU.
Meski demikian, Lia tetap mensyukuri pelonggaran tingkat keterisian ruang isolasi di RS-RS rujukan Covid-19. Para tenaga kesehatan bisa lebih fokus merawat pasien-pasien yang membutuhkan fasilitas RS.
Menurut Lia, kolaborasi semakin baik dalam hal menangani perawatan pasien positif Covid-19. Salah satunya, pemerintah dan pemerintah daerah menyediakan tempat-tempat isolasi non-RS bagi pasien tanpa gejala dan bergejala ringan.
KOMPAS/JOHANES GALUH BIMANTARA
Wisma Atlet Pademangan di Jakarta Utara, Senin (18/1/2021). Fasilitas ini disiapkan sebagai tempat isolasi pasien positif Covid-19 yang tanpa gejala atau bergejala ringan, tetapi tidak berisiko.
Benget menyebutkan, tempat isolasi pasien Covid-19 non-RS di Jakarta antara lain Grand Asia Hotel Penjaringan, Hotel Ibis Mangga Dua, Hotel Ibis Senen, Hotel Twin Plaza, Hotel Pop Kelapa Gading, Hotel Nite and Day, Hotel Kaisar Pancoran, Hotel Ibis Jakarta Harmoni, Hotel Jayakarta, dan Hotel Hariston Penjaringan.
Terdapat hotel dengan tingkat keterisian mencapai 100 persen saat ini, yakni di Grand Asia Hotel Penjaringan (85 kamar penuh untuk 1.245 orang). Namun, masih ada yang tingkat keterisiannya nyaris nol persen, yakni Hotel Jayakarta (dari 198 kamar, baru terisi satu kamar oleh satu orang).
Meski demikian, Tjahja menyadari terdapat potensi lonjakan kasus Covid-19 pada dua minggu setelah libur panjang hari raya Imlek 2572. Ia menyatakan pihaknya bakal memantau terlebih dahulu dalam dua pekan ini untuk menentukan langkah selanjutnya.