Lonjakan arus pengendara meninggalkan Jakarta diprediksi mulai terjadi pada Kamis (11/2/2021), terutama ke arah timur melalui Jalan Tol Jakarta-Cikampek.
Oleh
JOHANES GALUH BIMANTARA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS —DKI Jakarta kembali menghadapi potensi lonjakan kasus positif Covid-19 karena mobilitas warga kemungkinan meningkat pada akhir pekan seiring libur Imlek pada Jumat (12/2/2021). Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM tidak berdaya mengendalikan karena warga tetap boleh bepergian ke luar kota.
”Walaupun kita ada PPKM, kalau orang pada liburan naik mobil, ya, repot, karena itu, kan, tidak diatur,” ucap Gubernur DKI Anies Baswedan seusai rapat koordinasi terkait PPKM di Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi, Rabu (10/2/2021), di Markas Kepolisian Daerah Metro Jaya, Jakarta. Karena itu, menurut dia, saat ini potensi penularan bukan terkait PPKM, melainkan lebih pada perilaku.
Anies pun mengimbau masyarakat memanfaatkan libur panjang Imlek untuk tetap bersama keluarga di rumah saja. Aktivitas bepergian sebaiknya direncanakan hanya untuk kepentingan mendasar dan mendesak.
Risiko penyebaran Covid-19 akibat pergi ke luar kota bukan hanya dari interaksi antara warga Jakarta dan non-Jakarta, melainkan juga dari interaksi sesama warga asal Jakarta yang berkendara dalam satu mobil. Sebab, potensi penularan sangat besar jika di dalam mobil tertutup dan dalam waktu berjam-jam ketika ada satu anggota keluarga ternyata terpapar Covid-19 tanpa gejala.
”Itulah mengapa setiap habis libur panjang di Jakarta, kita selalu menyaksikan lonjakan kasus aktif,” ujar Anies. Lonjakan kasus, antara lain, terjadi sekitar dua pekan pascalibur panjang Hari Ulang Tahun RI 17 Agustus dan tahun baru Islam bulan Agustus 2020, pascalibur panjang peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 29 Oktober, serta libur panjang Natal 2020-Tahun Baru 2021.
Sebagai gambaran, pada 17 Agustus ada tambahan 552 kasus positif Covid-19 di DKI. Kasus harian berangsur-angsur naik dan lantas melonjak pada 30 Agustus dengan adanya 1.094 tambahan kasus positif. Tanggal 6 September ada tambahan 1.176 kasus positif.
Lalu, pada 25 Desember ada 14.462 kasus aktif (masih dirawat atau isolasi) di Jakarta. Tanggal 14 Januari ada 20.499 kasus aktif. Data pada Rabu ini, kasus aktif berjumlah 24.173 kasus.
Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Sambodo Purnomo Yogo mengatakan, pihaknya memprediksi lonjakan arus pengendara meninggalkan Jakarta mulai terjadi pada hari Kamis (11/2/2021), terutama ke arah timur melalui Jalan Tol Jakarta-Cikampek. Karena itu, ditlantas menyiapkan pos-pos pengamanan di Tol Jakarta-Cikampek arah Cikampek pada Kilometer 10 dekat jalan tol layang, area peristirahatan Km 19, serta di Km 29.
”Pos di Km 10 tol layang untuk antisipasi jika terjadi kecelakaan atau kemacetan di atas sehingga bisa dilakukan buka tutup, sedangkan di Km 29 antisipasi apabila diperlukan contraflow (rekayasa lawan arus),” kata Sambodo.
Untuk turut menekan risiko lonjakan kasus Covid-19 karena libur panjang, Ditlantas Polda Metro Jaya menyiapkan fasilitas tes usap antigen lantatur (drive-thru) di area peristirahatan Km 19. Tes tersebut gratis selama empat hari pada Kamis-Minggu (11-14/2/2021) dan tersedia kuota untuk 100-200 orang per hari.
Terkait penanganan warga yang terpapar Covid-19 tanpa gejala, Anies mengarahkan mereka sebisa mungkin masuk tempat isolasi terkendali, tidak melakukan isolasi mandiri di rumah. Sebab, 41 persen kasus positif berasal dari kluster keluarga. Menurut dia, tempat isolasi terkendali di Jakarta, antara lain Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet beserta sejumlah hotel, masih mampu menampung pasien.
Letnan Kolonel Laut drg M Arifin dari Humas RSDC Wisma Atlet menyebutkan, dalam sepekan terakhir tingkat keterisian Wisma Atlet Kemayoran di Jakarta Pusat senantiasa dalam batas aman, berkisar 56-58 persen. Pihaknya sudah mempermudah prosedur merujuk pasien bagi puskesmas-puskesmas, tetapi kiriman pasien tetap tidak sebanyak pascalibur Natal dan Tahun Baru.
”Dulu biasanya masuk IGD (instalasi gawat darurat) bisa 350-400 orang, kemarin 184 orang, sempat juga 200 orang, tetapi tidak setinggi sebelumnya,” ujar Arifin. Efeknya, pasien-pasien yang butuh dirawat di tempat perawatan intensif RSDC Wisma Atlet Kemayoran juga berkurang.
Data pada Rabu pagi, terdapat 3.494 pasien dirawat di Wisma Atlet Kemayoran. Tingkat keterisian di sana berarti 58,29 persen karena tersedia total 5.994 tempat tidur di empat menara.
Meski demikian, Arifin belum bisa menyimpulkan faktor penyebab tingkat keterisian Wisma Atlet Kemayoran makin lengang. Sebab, bisa jadi jumlah kasus positif tetap tinggi dan kriteria kondisi sejumlah pasien tidak sesuai dengan syarat ditempatkan di sana. Pasien dengan gejala berat hingga kritis, misalnya, mesti dirujuk ke RS-RS rujukan Covid-19 yang dilengkapi unit perawatan intensif (ICU) mengingat Wisma Atlet dirancang untuk menangani pasien tanpa gejala hingga maksimal bergejala sedang.