Jumlah Pasien di Wisma Atlet Kemayoran Terus Menurun
Pada Selasa ini, tingkat keterisian RSDC Wisma Atlet Kemayoran di angka 58,49 persen, jauh lebih rendah daripada tanggal 24 Januari yang mencapai 84,02 persen. Namun, ini sesuatu yang dinamis. Semua harus tetap waspada.
Oleh
JOHANES GALUH BIMANTARA
·4 menit baca
KOMPAS/RIZA FATHONI
Ambulans membawa pasien Covid-19 menuju Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu (3/1/2021).
JAKARTA, KOMPAS — Berdasarkan data sejak pekan lalu, jumlah pasien positif di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat, terus menurun. Kondisi ini memberikan tambahan relaksasi bagi tenaga kesehatan agar makin jauh dari ambang batas kelelahan sehingga tetap aman dari paparan Covid-19 meski rutin berdekatan dengan pasien.
Koordinator RSDC Wisma Atlet Mayor Jenderal TNI dokter Tugas Ratmono mengatakan, pihaknya berharap kondisi itu mencerminkan penurunan laju kasus baru Covid-19 di masyarakat, khususnya di area Jakarta dan sekitarnya. ”Namun, kami lihat ini sesuatu yang dinamis dan kami tetap waspada,” ujarnya dalam siaran daring dari Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana di Jakarta, Selasa (2/2/2021).
Namun, kami lihat ini sesuatu yang dinamis dan kami tetap waspada.
Pada Minggu (24/1/2021), tingkat keterisian RSDC Wisma Atlet Kemayoran mencapai 84,02 persen karena jumlah pasien sudah melampaui 5.000 orang. Tingkat keterisian kemudian turun sehari berikutnya pada Senin (25/1/2021) menjadi 77,63 persen. Setelah itu, kemarin Senin (1/2/2021), tingkat hunian turun lagi jadi 58,72 persen dan Selasa (2/2/2021) di angka 58,49 persen. Dari 5.994 tempat tidur yang tersedia di empat menara (Menara 4-7), terdapat 3.506 orang yang sedang dirawat di sana.
Pelonggaran tingkat keterisian Wisma Atlet Kemayoran juga merupakan hasil ”perekrutan” Menara 8 dan 9 di Wisma Atlet Pademangan Jakarta Utara sebagai bagian dari RSDC. Ada 1.016 tempat tidur di Menara 8 dan 1.746 tempat tidur di Menara 9 untuk perawatan pasien Covid-19. Dengan demikian, pasien tidak menumpuk di Kemayoran. Berdasarkan data Senin malam, tingkat keterisian Menara 8 sebesar 51,67 persen dan Menara 9 sebesar 69,41 persen.
KOMPAS/JOHANES GALUH BIMANTARA
Wisma Atlet Pademangan di Jakarta Utara, Senin (18/1/2021). Fasilitas ini disiapkan sebagai tempat isolasi pasien positif Covid-19 yang tanpa gejala atau bergejala ringan, tetapi tidak berisiko.
Tugas menjelaskan, terdapat pembagian tugas antara Wisma Atlet Kemayoran dan Pademangan. Menara 4-7 di Kemayoran difokuskan untuk pasien bergejala ringan ke atas, termasuk pasien bergejala berat yang menunggu dirujuk ke RS rujukan. Adapun Menara 8 dan 9 Pademangan digunakan untuk merawat pasien tanpa gejala hingga bergejala ringan.
Selain untuk mengoptimalkan pelayanan bagi pasien, pengaturan itu juga menjaga kebugaran tenaga kesehatan agar terhindar dari kelelahan akibat beban kerja berlebih. ”Ini bagian dari perlindungan tenaga kesehatan,” ujar Tugas.
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia mencatat, 647 tenaga medis dan kesehatan di Indonesia meninggal dunia akibat tertular Covid-19 kurun Maret 2020 hingga Rabu (27/1). Itu merupakan tingkat kematian tenaga medis dan kesehatan yang tertinggi di Asia, serta tertinggi ketiga di dunia.
Dokter Mariya Mubarika dari Bidang Perlindungan Tenaga Kesehatan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 menuturkan, tekanan psikis merupakan salah satu masalah mendasar bagi tenaga kesehatan. Berdasarkan riset yang dihimpun, hampir 95 persen tenaga kesehatan di dunia mengalami kecemasan karena takut tertular, dan 49 persen di antaranya menderita kecemasan dengan gejala sedang-berat.
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Petugas medis bersiap di ruang perawatan Rumah Sakit Darurat Penanganan Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Senin (23/3/2020).
Stres melemahkan kekebalan tubuh karena meningkatkan kadar sitokin proinflamasi (zat yang menimbulkan peradangan) dalam darah. ”Jadi, itulah mengapa tenaga kesehatan ketika terpapar cepat sekali masuk ke fase (gejala) sedang, berat, masuk ICU (unit perawatan intensif) dan tidak tertolong,” kata Mariya.
Stres pada tenaga kesehatan yang langsung berinteraksi dengan pasien, misalnya dokter dan perawat, diduga lebih tinggi dibandingkan pada yang tidak berinteraksi langsung, seperti tenaga laboratorium dan radiologi.
Mariya menyebutkan, dokter dan perawat dengan perasaan kemanusiaannya mesti menghadapi kepanikan pasien dan keluarganya. Selain itu, mereka harus membuat keputusan-keputusan yang melelahkan mental, misalnya dokter menentukan pasien mana yang bisa masuk ICU dan mana yang ditunda meski semuanya tergolong membutuhkan di tengah kelangkaan ketersediaan ICU.
Menilik rincian data PB IDI, dari 647 tenaga medis dan kesehatan yang meninggal, 289 orang di antaranya dokter dan 221 orang adalah perawat, sedangkan tenaga lab medik berjumlah 15 orang.
KOMPAS/NIKSON SINAGA
Seorang perawat beristirahat sejenak ketika melaksanakan screening (penyaringan) Covid-19 terhadap pasien di sebuah rumah sakit di Medan, Sumatera Utara, Rabu (23/9/2020).
Meski demikian, Tugas menyatakan Wisma Atlet Kemayoran masih punya kapasitas melayani pasien hingga tingkat keterisian 80 persen. Namun, para tenaga kesehatan dipastikan memiliki waktu yang cukup dan fasilitas memadai untuk memulihkan kebugaran mereka setelah bertugas.
Setiap tenaga kesehatan bekerja delapan jam setiap kali mendapatkan giliran tugas, kemudian mereka punya waktu istirahat selama 32 jam sebelum giliran berikutnya. Dalam kurun 32 jam itu, mereka bisa memanfaatkan sebagian waktu untuk berolahraga, menggeluti hobi, atau menikmati hiburan. Mereka juga bisa mengakses layanan pendampingan psikologi jika membutuhkan.
Tugas menambahkan, RSDC memastikan asupan nutrisi dan vitamin bagi para tenaga kesehatan terjamin. Selain itu, terdapat rotasi tenaga kesehatan secara periodik.
KOMPAS/RIZA FATHONI
Petugas medis dari Puskesmas Tebet Warga memberikan pelayanan tes usap antigen gratis yang diselenggarakan Polsek Tebet di Pos Pemangamanan Natal 2020 dan Tahun Baru 2021 di kawasan Pancoran, Tebet, Jakarta Selatan, Senin (28/12/2020).
Sementara itu, untuk membantu perluasan cakupan tes Covid-19 agar warga yang terkonfirmasi positif bisa segera ditangani, Kepolisian Daerah Metro Jaya menyediakan tes cepat antibodi dan antigen gratis di setiap kepolisian sektor. Sasarannya menurut Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Yusri Yunus adalah warga kurang mampu serta warga yang merasakan gejala sakit.
”Setiap Senin dan Kamis pukul 09.00-12.00 di polsek-polsek yang ada di wilayah hukum Polda Metro Jaya,” ujar Yusri. Pihaknya menyiapkan jatah 100 alat tes cepat per polsek per pekan.